Kepala Agra tertunduk, melihat banyak orang yang memperhatikan mereka semua dengan tatapan penuh pertanyaan.
Agra melangkah mendekati Prilly yang masih diam, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, bahkan ekspresinya terlihat santai.
"Maaf, maafkan Mami Pril. Aku meminta maaf atas nama Mami." Agra menundukkan kepalanya, sangat mengerti arti diam Prilly.
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Prilly, seadanya Agra tahu jika saat ini hatinya sedang hancur, sakit dan sangat terluka.
Sikap Mami Agra masih sama seperti biasanya, selalu berlaku kasar dan penuh penghinaan. Setiap melihat wajahnya, tidak perduli di depan umum langsung marah dan mempermalukan dirinya.
Agra selalu meminta maaf, mengantikan Maminya yang akan selalu mengulangi saat melihat wajahnya.
Sungguh keadaan yang sangat menyakitkan bagi Prilly, tapi berusaha untuk tidak mengambil hati dan membiarkan begitu saja.
Andra terlihat mendekati mereka, menghela nafasnya melihat sikap Maminya Agra yang sikapnya jauh berbeda dari Agra.
"Mami kamu sudah pulang, gila membuat malu saja." Baju Andra terlihat berantakan karena ulah Maminya Agra yang mengamuk tidak ingin berhenti.
"Terima kasih Dra, maaf soal sikap Mami." Agra menepuk pundak sahabatnya yang terlihat kesal.
Tatapan Andra melihat banyaknya orang yang sedang menonton mereka, menunjuk satu persatu orang yang memotret.
"Apa yang sedang kalian lihat? siapapun yang menyebarkan video akan tahu akibatnya?" Andra mengancam semua orang yang berani membocorkan soal keributan.
Satu-persatu penonton mulai melangkah pergi, takut dengan ancaman Andra yang tidak main-main dalam bicara.
"Dra cukup, sebaiknya kita pergi. Aku ganti baju dulu." Cepat Agra berlari ke belakang panggung untuk mengganti bajunya.
Arvin masih diam, menepuk pundak Prilly agar segera pergi jika perasaan tidak enak.
"Saya baik-baik saja Tuan."
"Katakan pada Agra aku pulang lebih dulu." Arvin langsung melangkah pergi, diikuti oleh Andra yang meminta Naya menunggu Agra.
Cukup lama Nay dan Alis menunggu Agra sambil sesekali bermain piano yang tidak jelas nadanya, Nay berteriak menutup telinganya mendengar suara piano Alis.
Agra menutup mulutnya menahan tawa melihat Nay dan Alis yang berdebat soal piano, padahal keduanya sama-sama salah.
"Apa yang kalian berdua lakukan? di mana yang lainnya?" suara tawa Agra tidak berhenti terdengar menatap Alis yang asal tekan saja.
"Alis stop, gendang telinga bisa pecah." Naya menyingkirkan tangan Alis dari atas piano.
Suara tawa dari ketiga orang terdengar, Alis menatap Agra memintanya untuk mengajari mereka berdua bermain piano.
Dengan senang hati Agra akan mengajarkan, meminta keduanya duduk di kanan dan kiri, juga berhenti untuk berdebat.
"Mulai kak Agra, Alis pasti bisa menjadi pianis yang hebat jika diajarin orang pintar seperti kakak tampan." Mata Alis berkedip-kedip sambil tersenyum.
Suara Agra tertawa terdengar, meminta Alis memperhatikannya dan mendengarkan dengan baik apapun yang Agra sebutkan.
Mata Alis menatap tajam, otaknya tidak sampai untuk menangkap apa yang Agra ajarkan. Naya juga sama bingungnya, menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Seseorang melangkah mendekat, meminta Alis untuk segera kembali atas perintah Papinya, rencana belajar piano akhirnya Alis undur.
Dia tidak berani membantah Papinya yang sangat keras, jika diminta pulang dia harus segera pulang sekalipun ada diujung dunia.
"Hati-hati di jalan Alis, salam untuk Mami." Agra melambaikan tangannya.
Naya juga melambaikan tangannya, meminta Alis menghubunginya jika sudah sampai di rumah.
Rencana belajar bertiga akhirnya batal, hanya ada Naya dan Agra. Nay tersenyum mendengar Agra mulai bermain kembali.
Sesekali mengajari Naya untuk menekan nada, keduanya bermain piano bersama-sama sambil bernyanyi.
"Kita istirahat dulu." Agra kehabisan suara, karena selesai konser.
"Ayo kita pergi, tempat ini juga sepi. Rasanya menyeramkan." Nay langsung berlari diikuti oleh Agra yang tertawa melihat Nay menakutinya.
Kedua berjalan kaki sambil bercerita, hari sudah malam tapi cerita keduanya belum juga selesai, bahkan membahas banyak hal soal musik.
"Kamu tunggu di sini Nay, aku beli minum." Agra meninggalkan Naya yang duduk di bangku taman.
Wajah Agra terlihat sedikit kesal, minuman yang dia inginkan tidak ada jualnya, karena sudah malam.
Nay tersenyum melihat Agra membuat minuman dari beberapa bahan yang dia beli agar sesuai keinginan, Naya bertepuk tangan kagum melihat tingkah Agra yang kreatif.
"Silahkan di minum."
"Wow, rasanya seperti minuman di cafe. Ini enak sekali, sungguh luar biasa." Nay meminum sambil tersenyum.
Agra memang sangat luar biasa, dia bisa banyak hal. Nay tidak mengerti lagi cara mengungkapkan rasa kagumnya kepada pria hangat di sampingnya.
"Jangan katakan kepada siapapun soal minuman ini? cukup menjadi rahasia kita."
Naya mengangguk kepalanya, melihat ekspresi wajah Agra yang secara tiba-tiba langsung berubah tidak bersemangat.
Sejak di atas panggung, mendengar kemarahan Maminya Agra sudah menunjukkan ekspresi yang tidak senang.
"Naya, terima kasih untuk malam ini." Tatapan Agra melihat langit malam.
Tangan Naya menepuk pundak Agra yang terlihat ada beban pikiran, dan ada kesedihan di balik konser spektakulernya.
"Manusia tidak ada yang sempurna, aku tahu kamu juga memiliki masalah. Apapun masalahnya, Nay percaya kamu bisa menghadapinya." Tatapan Nay juga melihat langit malam.
Sejak kecil Naya sudah harus hidup mandiri, bahkan harus melindungi dirinya sendiri. Sejujurnya Nay juga memiliki banyak kelemahan, juga rasa takut.
Menyemangati diri sendiri tidak mudah, tapi terkadang diri sendiri yang bisa dipercaya, karena dia tidak akan berkhianat.
Nay tidak akan bertanya apa yang Agra pikirkan, dia punya hak untuk bercerita, juga menyembunyikannya.
"Kamu menutupi kesedihan saat konser, lagu yang kamu nyanyikan perasaan yang sedang dirasakan, musik yang kamu mainkan mengandung kesedihan." Nay meminta maaf jika penilaiannya salah, terbiasa membaca situasi membuat Nay memahami ekspresi seseorang.
Agra mengangguk kepalanya, tebakan Naya benar jika dirinya sedang tidak baik, bahkan saat konser juga perasaan sedang sakit.
"Kenapa kamu mengadakan konser? padahal kamu tidak menginginkan." Nay menatap tajam, melihat Agra mengusap wajahnya.
"Jangan menjadi sempurna jika terpaksa, kamu boleh melakukan sekali saja kesalahan." Nay rasanya ingin menangis melihat Agra yang menutup matanya.
Manusia tidak bisa sempurna, Agra juga manusia biasa. Dia memiliki keinginan lain, bukan selalu menjadi orang yang unggul dan menguasai banyak hal.
"Lakukan sesuatu yang membuat kamu bahagia, jangan hanya ingin membahagiakan orang lain."
Agra hanya bisa menganggukkan kepalanya, dia sangat mengerti maksud ucapan Naya. Selama ini Agra terlalu memaksa dirinya untuk bisa segalanya, padahal dia memiliki batas kemampuan.
Hati Agra merasakan tertusuk mendengar ucapan Nay, hanya Naya yang bisa membaca pikirannya jika saat ini dia sedang lelah. Lelah segala-galanya.
"Sebaik-baik kita jika orang tidak suka akan tetap terlihat jelek, jadi jangan mencoba untuk sempurna." Senyuman Nay terlihat, memberikan Agra minum agar perasaannya tenang.
***
Follow Ig Vhiaazaira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Suky Anjalina
setuju nay
2023-03-16
0
Suky Anjalina
terpesona sama Arga
2023-03-16
0
Suky Anjalina
😂😂😂🤦♀️
2023-03-16
0