Mata Nay berkeliling melihat isi apartemen yang baru dia tempati, hidup mandiri di dalam apartemen kecil yang terasa sepi, karena Nay tidak tinggal bersama orang tua ataupun saudara.
Nay hanya tersenyum melihat suasana malam dari atas balkon, menikmati angin malam yang menemaninya.
"Sepi, malam ini sepi sekali membosankan. Sebaiknya aku pergi jalan-jalan, menghirup udara segar di kota ini." Nay mengambil jaketnya, langsung menggunakan sepatu melangkah keluar apartemennya.
Suara merdu bernyanyi terdengar, Nay tersenyum melangkah menelusuri jalanan, tidak ada kata bosan melihat keindahan kota, sungguh luar biasa indahnya kota di malam hari.
Di tempat yang sama Arvin meneguk sebotol minuman, matanya sudah merah, kepalanya sudah mulai pusing melihat sekitarnya, tapi tidak menghentikannya masih lanjut minum.
Arvin berjalan menuju ke tempat yang biasanya dirinya kunjungi, beberapa kali Avin berhenti karena hampir muntah, tapi tetap lanjut menyiksa dirinya sendiri dengan minuman keras.
Dari kejauhan Nay melihat seseorang, menghentikan langkahnya, mengucek matanya berkali-kali sungguh tidak bisa dia percaya. Arvin yang masih kuliah bisa minum-minuman, Nay sangat yakin jika Arvin sedang mabuk, terlihat sekali dari matanya yang merah.
"Gila ini anak, kenapa dia mabuk-mabukan?" Nay menggelengkan kepala mencoba mengabaikan saja, bukan urusan dirinya atas apa yang terjadi kepada Arvin.
Tubuh Naya berbalik, melangkah pergi. Kepalanya menoleh ke arah pemuda dingin yang sangat sombong, ingin membiarkannya tetapi Nay tidak tega akhirnya memutuskan mengikuti Arvin yang menuju ke suatu tempat.
Wajah Nay terkejut melihat Avin mendatangi sebuah bar, melangkah masuk dan melihat sekitar yang sangat ramai. Bar yang Arvin kunjungi terlihat sangat bebas, tidak ada penjagaan sama sekali.
Di dalam bar penuh lampu, terdengar juga musik yang berdentum kuat, bau minum tercium sangat menyengat, banyak sekali perempuan seksi, juga para lelaki hidung belang yang duduk bersama sambil minum.
"Sebaiknya aku pergi, tempat ini berbahaya." Nay ingin melangkah pergi, tapi matanya fokus melihat tingkah laku Arvin.
Di tempat duduk Avin meminta minuman dengan santainya, tersenyum dan tertawa melihat banyaknya orang. Kepalanya bergerak mengikuti alunan musik, meminta beberapa wanita untuk menemaninya minum-minuman dan berjoget.
Nay sebenarnya tidak ingin ikut campur, tapi melihat pria dingin dan sombong berubah drastis sangat memprihatinkan. Nay tidak tahu apa masalah Arvin sampai membuatnya menjadi orang yang berbeda.
Kepala Nay juga mulai pusing mendengar suara musik, semakin malam semakin ramai membuat bar terasa sesak. Nay mendekati Arvin yang kepalanya sudah tertunduk mabuk, menarik tangannya untuk pulang, tapi ditepis dengan kuat.
"Ayo kita lanjut." Kedua tangan avin memeluk pinggang dua wanita yang juga memeluknya, menyerahkan minuman kepada manusia dingin yang sudah memejamkan matanya.
Rasanya Nay ingin menonjok kepala Avin, melemparnya keluar, mematahkan tulang belulangnya. Setiap orang memiliki masalah, tapi tidak dengan merusak diri sendiri, tidak tahu sebesar apa masalah hidup Arvin, tapi sudah pasti sangat melelahkan.
"Arvin sadar, ayo kita pulang."
"Pulang, kamu siapa yang beraninya meminta tuan muda pulang?" Suara tawa Arvin terdengar diikuti oleh banyak wanita.
"Tuan muda brengsek, membuat susah saja. Aku pulang duluan, ya?" Nay memukul kepala Arvin yang langsung mengangguk.
Bibir Naya monyong, duduk diam menunggu Arvin yang tertawa, berjoget dan minum sepuasnya. Beginilah kehidupan di kota, diisi oleh manusia bodoh dan tidak berotak, menghamburkan uang hanya untuk merusak dirinya sendiri.
Kesadaran Arvin semakin berkurang, kepalanya sangat pusing, mual dan mengantuk.
"Aku harus pulang, terima kasih semuanya sudah menghabiskan malam bersama." Avin berdiri, melambaikan tangannya.
"Ingin diantar pulang ganteng?"
Arvin menggelengkan kepalanya, menolak niat baik wanita yang mengelilinginya. Langka Avin sempoyongan bahkan kesulitan melihat jalan.
Tangan Naya langsung memukul kepala Arvin yang tertawa mengusap kepalanya, berjalan sambil merangkak keluar dari bar, Nay hanya bisa geleng-geleng kepala, menendang Arvin agar berjalan lebih cepat untuk segera keluar.
"Siapa? Kamu mau uang?" Avin menatap Naya, memberikannya beberapa lembar uang, tapi Nay mengembalikan.
"Kurang? Perempuan matre."
Nay langsung memukul kepala Arvin lagi, bibir Avin langsung cemberut mengusap kepalanya yang terasa sakit, terdengar suara menangis karena dipukul.
"Kamu jahat, sana pergi. Uang tidak mau, tapi memukul dasar aneh." Avin berjalan bergelantungan di tangga mirip monyet.
Kanaya sudah capek melihat tingkah Arvin yang sangat aneh, sungguh menyebalkan. Mengikuti Arvin kesalahan terbesar Nay, seharusnya dibiarkan saja dia mabuk dan tidur di jalanan.
"Aku sudah besar, tapi diperlakukan seperti anak kecil."
Arvin menatap Nay, mentertawakan Naya yang terlihat marah mengingatkan Arvin saat pertama bertemu seorang wonder women yang memukuli pengawalnya.
Nay cukup terkejut mendengar ucapan Arvin yang mengatakan jika dia memiliki pengawal yang babak belur ulah Naya, hari itu Avin melihat seorang wanita yang aneh, dia perempuan tapi sangat kuat.
"Aku berkelahi dengan pengawal?"
"Dia perempuan di kampus yang suka memukul." Avin tertawa melanjutkan jalannya yang sempoyongan.
Nay hanya melihat saja dari kejauhan, membiarkan Arvin berjalan jauh di depannya. Melihat perubahan sikap Avin pasti ada masalah serius antara keluarganya sampai Avin dan pengawal bermain kejar-kejaran.
Sepanjang perjalanan Arvin mengoceh tidak jelas, hilang sudah sikap dinginnya karena berubah menjadi si pemabuk yang cerewet, Nay tidak terlalu menanggapi hanya menganggap Avin gila, lemah dan sangat pengecut.
"Setiap orang punya masalah Vin, tapi tidak pengecut seperti kamu yang kabur dan mabuk-mabukan." Nay tidak menyukai sikap pemberontak Arvin yang membuat banyak orang terlibat masalah.
Suara tawa terdengar, Arvin menatap Nay yang bicara memang enak, tapi jika belum merasakan ada di posisi dirinya tidak akan pernah tahu betapa sulitnya untuk bertahan.
Air mata Avin menetes, langsung tertawa membuat Nay yang ingin pergi mengurungkan niatnya, dia tidak tahu harus melakukan apa, cara untuk menghubungi keluarga Arvin ataupun teman-temanya.
Keadaan Arvin sangat tidak baik, dia sedang tidak sadarkan diri. Bicaranya ngelantur ke mana-mana.
Nay tidak terlalu mengenal Arvin, tidak tahu pasti apa masalahnya dan seperti apa sosok Arvin sebenarnya.
"Sebaiknya kamu pulang, aku juga ingin beristirahat." Nay menghentikan langkahnya, membiarkan Avin berjalan sendirian.
Mulut Nay menguap besar, melihat punggung Avin yang pergi menjauh. Perasaan Nay masih tidak tenang saat melihat sebuah mobil mengikuti Avin ke tempat yang lebih sepi, akhirnya Naya berlari mengejar.
Sudah terlanjur menghabiskan waktu untuk menunggu Avin, setidaknya harus menolong dia sampai akhir agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.
"Ke mana Avin? tidak mungkin dia menghilang." Nay melihat Avin menyebrangi jalan, langsung berlari mengejarnya.
"Arvin sialan, laki-laki gila yang membuat aku pusing saja." Nay berhenti menatap sebuah mobil melewatinya, dan mendekati Arvin untuk masuk ke dalam mobil.
Beberapa orang keluar, menarik tangan Arvin agar masuk ke dalam mobil.
***
follow Ig Vhiaazaira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Tina
Mungkin Arvin punys masalah dengan keluarganya atau dapat tekanan dari orang tuanya dan di tidak bisa menghindarinya...makanya dia cari pelampiasan ke miras....kasihan Arvin, ikutin terus dia Nay.
2023-04-13
0
Suky Anjalina
udah tolongin si Arvin dan bawa dia ke apartemen
2023-03-16
0
Nur Sholihah
apakah Arvin anak Tika Genta ayo shin juna
2023-03-02
0