Di pinggir jalan Arvin berkali-kali jatuh, Nay langsung menyebrangi jalan mengejar Arvin agar segera berhenti.
"Vin, berhenti." Nay menarik tangan Arvin yang melotot melihatnya.
"Jangan sentuh aku." Avin terjatuh, mendorong Naya yang berniat membantunya.
Mobil yang mengikuti Avin langsung berhenti, beberapa orang berbadan besar keluar. Mereka menggunakan baju hitam, berjalan mendekati dua anak muda yang masih terdiam menatap kearah mobil.
Naya mengerutkan keningnya, empat orang yang pernah menyerang Avin saat pertama kalinya memasuki sekolah, mereka datang kembali langsung memapah Arvin yang memberontak.
"Tuan, tolong jangan terus melawan. Kami hanya menjalankan perintah. Ikutlah bersama kami secara baik-baik, agar tidak menyebabkan keributan."
"Tidak! aku tidak akan pulang. Brengsek kalian semua, sebaiknya pergi." Tangan Arvin melayangkan pukulan membuat Nay melotot.
Tubuh yang lemah, bukannya membuat lawan jatuh, tapi dia yang terjungkal jatuh memukul angin. Sudah Nay peringatkan untuk berhenti minum, tapi masih saja. Sekuat tenaga Avin terus mengamuk, kedua tangannya di pegang kuat.
Nay menghentikan pengawal, seharusnya mereka tidak melakukan kekerasan. Berbicara pelan bersama Arvin agar bisa pulang secara sukarela.
"Bos, dia perempuan yang memukuli kami." Seorang yang memegang Arvin menunjuk Nay.
"Aku tidak berniat memukul kalian, tapi kalian yang duluan tidak ingin berhenti. Terpaksa Naya yang tidak tahu apapun menghentikan." Nay tersenyum membela dirinya.
Ketua pengawal tidak memperdulikan alasan Nay, langsung memberikan perintah untuk membawa Arvin kembali.
Suara teriakan Arvin mirip anak kecil yang kehilangan mainannya, teriak-teriak histeris meminta dilepaskan. Nay tidak tega melihatnya, juga mengkhawatirkan Arvin yang dipaksa pulang tanpa tahu alasannya.
"Tuan-tuan Nay sebenarnya tidak ingin ikut campur, tapi dia menolak. Setidaknya kalian berikan dia waktu sampai sadar." Tangan Nay menahan pundak pria bodoh yang suka mabuk.
"Mahasiswi baru jangan kebanyakan bicara, mereka tidak akan mendengarkan ucapan kamu. Berikan pelajaran." Avin menarik tangannya yang dipegang kuat.
"Aku juga memikirkan hal yang sama, mereka tidak bisa diajak kompromi."
"Kenapa kamu tidak ingin pulang?" Nay menatap Avin yang menatapnya tajam.
Pukulan kuat menghantam perut Arvin membuatnya hampir muntah, Nay juga teriak karena khawatir melihat wajah Avin yang mendadak pucat.
Tatapan mata Naya langsung tajam, melihat manusia dingin ditarik paksa. Sepatu Nay langsung melayang menghantam tekuk leher pria yang menarik Avin, menghentikan langka mereka.
"Kalian tidak bisa pergi begitu saja, kalahkan aku terlebih dahulu." Nay tersenyum sinis, melangkah maju.
Empat pria melangkah mundur, mereka sudah tahu kemampuan bela diri Naya yang terasa mematikan. Melangkah maju dan melawan cukup beresiko. Bahkan dia mampu mengalahkan empat orang sekaligus.
"Singkirkan saja perempuan ini." Ketua pengawal menahan tangan Arvin, meminta empat bawahannya yang badan besar- besar maju.
Naya mengikat rambutnya tinggi, mengepalkan tangannya membuat empat orang mengernyitkan kening merasa cemas.
Keempat maju secara bersamaan, Naya juga langsung maju menendang kuat menghantam satu wajah, pukulannya menghantam satu mulut yang mengeluarkan darah. Dua orang langsung jatuh secara bersama, satu orang lagi tangannya sudah di tahan oleh Nay, satu lagi ragu untuk maju.
Suara teriak kesakitan terdengar, Nay menendang kaki dan melepaskan tangan sampai tersungkur. Satu orang lagi Nay minta maju, tapi hanya selangkah membuat Naya kesal langsung berlari ke arahnya.
"Stop, pukulannya jangan kuat-kuat, kemarin gigi saya patah sampai sekarang belum tumbuh." Tangan pengawal memohon terlihat sambil menunjukkan giginya.
"Dia tidak akan tumbuh lagi." Nay tersenyum, mengangkat tangannya ingin memukul, tapi suara memohon lebih besar terdengar.
"Kami hanya menjalankan tugas, kamu jangan ikut campur." Ketua melepaskan Arvin, mendekati Naya yang menganggukkan kepalanya.
Naya tahu mereka menjalankan tugas, tapi Nay juga melakukan hal yang sama mencoba menolong temannya yang kesulitan. Dia hanya meminta waktu samapi Arvin sadar dan mendengarkan secara langsung penyebab Avin pergi.
Pembicaraan baik tidak mendapatkan titik terang. Lima orang sekaligus langsung menyerang Nay, secara terpaksa juga Naya melawan dan membuat kelimanya tergeletak jatuh dengan rasa sakit masing-masing.
"Kemampuan bela diri kamu sungguh luar biasa, aku harap kita tidak bertemu lagi." Lima pengawal melangkah pergi meninggalkan Avin dan Naya yang tersenyum saja mendapatkan pujian.
Kaki Nay terasa sakit langsung mengambil sepatunya yang ada dalam pelukan Avin, Nay memukul kepala pria dingin menggunakan sepatunya.
"Sekarang kamu ingin ke mana?" Nay membantu Avin untuk berjalan, melangkah bersama untuk pergi dari lokasi perkelahian.
Naya tidak punya pilihan, akhirnya memutuskan untuk pergi ke apartemennya sampai Avin sadar dan menceritakan semuanya. Dari kejauhan ada yang melihat secara langsung hubungan Naya dan Arvin yang berjalan saling rangkul.
Sepanjang jalan sampai tiba di apartemen, Arvin tidak mengeluarkan suara sama sekali, hilang sudah pria aneh yang tertawa, menangis, berjoget, dan melakukan hal gila. Arvin yang pendiam akhirnya kembali menjadi patung.
Nay meletakkan temannya di atas ranjang apartemen yang sangat kecil, hanya memiliki satu ranjang, dan Arvin yang menidurinya.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan? Semoga saja ini tidak menyebabkan masalah, aku hanya berniat menolong." Nay menghela nafas berkali-kali melihat penampilan Avin.
Wajah Avin terlihat sedang menahan rasa sakit, tubuhnya terlihat menggigil, kedua tangannya memegang perutnya yang terasa sakit. Nay masih diam hanya memperhatikan.
Melihat wajah Avin yang meringis, Nay menyentuh perutnya mengusap perlahan sampai rasa sakitnya mulai hilang. Merasakan tangan lembut Nay membuat rasa sakitnya mulai membaik dan perlahan terasa lebih rileks.
Melihat Avin yang sudah mulai tenang, Nay langsung melangkah ke dapur mengambilkan air untuk membersihkan kaki dan tangan Avin, juga wajahnya yang berantakan.
Naya tidak terpikirkan akan terlibat masalah dengan Andra yang sampai saat ini seperti musuh bebuyutan, ditambah lagi Arvin yang membuatnya memiliki banyak musuh, terutama para pengawal, Nay tidak menganggap remeh jika para pria berbadan besar memiliki tenaga yang kuat. Hanya Agra manusia normal paling menenangkan dari kedua pria pengacau.
"Kenapa aku harus bertemu kalian? Ini petaka dan pertanda buruk." Nay menendang kaki Arvin kesal.
Selesai membersikan tubuh Avin Nay kembali ke dapur, menatap malam yang sudah larut. Berpikir apa yang sebenarnya terjadi kepda Arvin sehingga dia pergi dari rumah.
"Andra memiliki rumah yang sangat mewah, dia juga keturunan anak orang kaya, Arvin memilki pengawal, pasti keluarganya bukan orang sembarangan. Jangan bilang dia putranya mafia, matilah kamu Nay." Suara Naya bergumam sendiri memikirkan nasib sialnya yang harus terlibat masalah dengan Andra dan Arvin.
Suara sesuatu terdengar, Nay memijit pelipisnya, berjalan pelan sambil menunduk mendengar suara Arvin yang muntah, tatapan Naya tajam melihat pemuda yang sangat tampan, tapi sangat memancing emosi.
Kedua tangan Naya menggenggam kuat, langsung melempar Arvin dengan kain kotor menuntutnya wajahnya.
"Arvin sialan." Nay teriak kuat.
***
Follow Ig Vhiaazaira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Suky Anjalina
sabar Naya
2023-03-16
0