Lanjut lagi yuk
Happy reading
🍃🍃🍃
.
Tidak ada kebetulan yang disengaja, semuanya terjadi karena memang hal itu harus terjadi dengan cara yang seperti itu. Sama halnya seperti pertemuan antara Nadine dan Keenan yang terjadi secara kebetulan dan tidak disegaja.
Awal pertemuan memang bukan sesuatu yang tidak disengaja namun pertemuan selanjutnya merupakan sebuah bentuk usaha dan ikhtiar untuk dapat merubah takdir. Bukankah katanya takdir itu bisa dirubah, begitulah berita yang pernah author dengar. Dan Keenan ternyata percaya pada author hingga ia berusaha mengubah takdir yang sebelumnya jauh dan tidak kenal dengan Nadine hingga akhirnya ia bisa dekat bahkan sampai sedekat ini dengan Nadine yang kini telah menjadi istrinya.
Nadine sungguh tidak menyangka bahwa peristiwa yang terjadi tujuh bulan yang lalu membawanya pada takdir yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Takdir yang menjadikan pertemuan mereka terus terhubung dengan seutas benang merah hingga berakhir menjadi pasangan.
"Ya Tuhan! Jadi pria itu adalah Keenan! Tapi kenapa gua nggak ingat ya".
Nadine mengedip- ngedipkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadaran yang sempat kabur sesaat. Dan seketika ia reflek mengeplak lengan Keenan dengan keras hingga membuat Keenan meringgis kesakitan.
Keenan mengelus lengannya yang terasa sakit, perih dan pedih tak terkira, tenaga istrinya itu sungguh diluar prediksinya.
"Sakit Din" Protes Keenan.
"Jadi laki- laki itu kamu?" Nadine seolah masih belum percaya dengan kebenaran cerita itu.
Nadine meraih wajah Keenan dengan kefua tangannya kemudian diarahkan untuk menatap matanya.
"Kamu seriuskan, kamu nggak bohongkan!" Tanya Nadine kembali.
"Iya dr Nadine, ini aku. Keenan Malik Hazza pria yang telah kamu selamatkan nyawanya dan sekarang pria ini adalah suami anda". Jawab Keenan.
"Ya,,,!" Nadine menimpuk paha Keenan dengan tenaga yang lebih keras dari sebelumnya.
"Aww,,, Sakit Nadine,,,!" Keluh Keenan kembali setelah merasakan telapak tangan Nadine mampir diatas pahanya.
Nadine tidak memperdulikan rintihan Keenan, emosinya tiba- tiba meledak mengingat penderitaanya yang lalu.
"Ternyata kamu penyebab sumber masalah yang aku alami waktu itu. Kamu tahu apa yang aku alami setelah kejadian itu? Oh my god! Itu adalah hari paling sial dalam hidupku" Nadine memijit pelipisnya.
"Hari itu aku harus pergi ke Surabaya sebagai perwakilan rumah sakit Cipta Kusuma untuk menghadiri seminar internasional disana. Tapi kamu mengacaukan semuanya dan aku harus memerima sangsi dari rumah sakit" Keluh Nadine.
Keenan diam, ia hanya mendengarkan keluh kesah dari istrinya itu. Semua itu memang benar, Nadine memang harus menerima sangsi dari rumah sakit karena keterlambatannya menghadiri seminar, apalagi hari itu Nadine lepas tugas sehingg ia tidak punya kewajiban untuk merawat pasien pada saat itu.
"Kamu tahu nggak, aku di skor selama satu minggu dan honor piketku juga dipotong. Aku dilarang menangani pasien IGD dan lebih parahnya lagi aku dikirim sebagai dokter relawan kepelosok daerah yang sebenarnya tidak membutuhkan keahlianku tetapi lebih membutuhkan tenagaku, jadi disana aku menjadi kuli bukan dokter" Keluh Nadine.
Dengan semangat yang menggebu- gebu Nadine menceritakan penderitaan yang ia alami setelah aksi heroik yang ia lakukan.
"Kalau aku tahu itu kamu, aku kan bisa minta pertanggung jawaban untuk menjelaskan kejadian sebenarnya, tapi ternyata kamu kabur sehingga aku tidak punya bukti untuk membela diri" Ujar Nadine lagi.
Keenan meraih tangan Nadine yang masih bermain diatas kepalanya dan menggenggam dengan kedua tangannya.
"Aku tahu, aku tahu semuanya. Aku tahu semua kesulitan yang kamu alami setelah kejadian itu, aku mengakui kesalahanku Din" Aku Keenan.
"Aku minta maaf ya!".
"Aku tidak bisa menemuimu saat itu karena kondisiku yang masih belum pulih sepenuhnya dan juga aku harus bersembunyi untuk sementara waktu hingga orang yang mencoba mencelakaiku tertangkap, sehingga aku tidak bisa berbuat apa- apa".
Keenan menatap Nadine dengan lekat sebelum akhirnya kembali berucap :
"Tapi satu hal yang harus kamu tahu, sejak saat itu aku mencari tahu semua hal tentang kamu, tidak sedetikpun kamu pernah lepas dari pantauanku. Aku selalu mengetahui apapun yang kamu lakukan".
"Kamu memata- mataiku?" Tanya Nadine yang terkejut dengan pengakuan Keenan.
"Iya bisa dibilang begitu" Aku Keenan lagi.
"Untuk apa? Kenapa kamu melakukan itu?" Tanya Nadine.
"Ya tentu saja untuk mengetahui informasi tentang kamu" Jawab Keenan.
"Buat apa kamu ingin tahu tentang aku? Kamu bukan psycho kan?" Nadine melepaskan tangannya dari genggaman Keenan dan reflek mundur kebelakang.
Melihat reaksi Nadine yang terkejut membuat Keenan menjeda sesaat ucapannya.
"Din,,,!" Panggil Keenan.
Nadine tidak menjawab, ia masih memandangi Keenan.
"Nadine,,,!" Panggil Keenan kembali dengan penuh penekanan.
"Kamu mau tahu kenapa aku mencari informasi tentang kamu,,,?" Tanya Keenan.
Nadine mengangguk dengan cepat tanpa suara.
Keenan menggeserkan posisi duduknya untuk lebih dekat dengan Nadine. Nadine ingin bangkit dari duduknya ketika melihat Keenan mendekat namun Keenan mencegahnya.
"Dengar dulu" Pinta Keenan sembari meraih tangan Nadine yang hendak berdiri.
"Pada awalnya aku cuma ingin mengetahui tentang seorang dokter yang rela meninggalkan penerbangannya hanya demi menyelamatkan nyawa orang yang bahkan tidak dikenalnya. Aku yakin dari semua orang yang berada dibandara saat itu pasti bukan hanya kamu saja yang berprofesi sebagai dokter pasti ada orang lain juga, namun hanya kamu yang datang untuk menolongku" Jelas Keenan.
"Aku tahu mungkin kamu menolongku karena nalurimu sebagai seorang dokter dan kamu pasti akan melakukan hal yang sama kepada orang lain, tapi bagiku itu berbeda. Aku memang tidak mengingat apa saja yang telah kamu lakukan padaku tapi aku percaya dengan semua hal yang diceritakan oleh Jimmy dan aku yakin Jimmy tidak berbohong akan hal itu".
Nadine masih mendengarkan dan mulai terhanyut dalam cerita Keenan.
"Aku berniat untuk berterima kasih kepada kamu dengan bertemu secara langsung, tapi aku tidak ingin melakukannya dengan cara yang biasa. Aku ingin tahu apa yang kamu itu inginkan ataupun kamu butuhkan terlebih dahulu baru aku akan menemuimu. Tentu akan sangat berkesan jika aku bisa memberikan sesuatu yang menjadi keinginan terbesarmu" Jelas Keenan panjang lebar.
"Benarkan,,,?" Tanya Keenan meminta persetujuan Nadine.
Nadine mengangguk pelan.
Keenan tersenyum kecil setelah itu kembali berkata :
"Tapi aku sungguh tidak menduga karena ternyata hal yang paling kamu butuhkan saat itu adalah seorang suami, kamu harus mendapatkan calon suami dalam waktu tiga bulan, iya kan,,,?" Tanya Keenan kembali.
Nadine kembali mengangguk walau dengan ragu- ragu.
"Makanya aku melamar menjadi suamimu" Ucap Keenan yang diakhiri dengan suara tawa terkekehnya.
Nadine memukul dada Keenan beberapa kali untuk meluapkan rasa kesalnya karena merasa Keenan terus mempermainkannya.
"Ih,,, kok malah larinya kesitu sih" Kesal Nadine.
"Loh, memang iya kan, saat itu kamu memang sedang mencari calon suami?" Kilah Keenan.
"Iya memang benar sih" Jeda Nadine sesaat
"Tapi nggak begitu ceritanya".
Keenan kembali terkekeh geli.
Sungguh Nadine tidak bisa memahami jalan pikiran Keenan, apa hubungannya balas budi Keenan dengan calon suami untuk dirinya apalagi lamaran Keenan kepadanya.
"Terus mana!" Nadine mengulurkan tangannya kearah Keenan seolah meminta sesuatu.
"Tanda ucapan terima kasihnya. Nggak mungkin kan seorang Keenan Malik Hazza mengucapkan terima kasih hanya dengan membawa tangan kosong doang" Ejek Nadine.
"Kan sudah" Jawab Keenan.
"Aku kan sudah memberikannya sebagai ucapan terima kasih".
"Mana, memberikan apa? nggak ada kok" Kekeh Nadine.
"Itu yang kemaren waktu di bogor" Sargah Keenan" Aku kan udah kasih mas kawin sama seserahan yang mewah untuk kamu waktu kita nikah".
"Hah,,,!" Nadine melotot kearah Keenan.
"Oh, jadi alasan kamu melamar aku hanya untuk balas budi" Tanya Nadine dengan raut wajah yang terlihat kecewa.
"Emm,,, gimana ya jawabnya" Keenan pura- pura berfikir.
Melihat reaksi Keenan membuat Nadine tambah kesal.
"Hei, dengar ya bapak Keenan Malik Hazza yang terhormat, jangan berfikir dengan bapak menikahi saya berarti bapak sudah membalas budi ya!" Cetus Nadine.
"Oh tidak bisa begitu,,,! Itu tidak termasuk pak Keenan. Jangankan mas kawin dan seserahan yang pernah bapak kasih, bahkan walaupun seluruh isi dompet pak Keenan kasih sama saya tidak akan pernah sebanding dengan apa yang sudah saya lakukan kepada bapak".
"Paham anda!" Tegas Nadine mantap.
"Iya aku paham. Bahkan sangat paham, maka aku memberikan diriku, hidupku bahkan semua milikku untukmu istriku, dr Nadine Fellisya tercinta" Ucap Keenan dengan sebelah tangan mencubit dagu Nadine.
"Its,,,! Apaan sih" Nadine menepis tangan Keenan.
"Memberikan apaan! Eh, dengarnya Kamu belum kasih apa- apa sama aku" Kilah Nadine lagi.
Keenan mengangkat sudut bibirnya, menyeringai licik.
"Ooo, jadi kamu mau aku kasih 'apa- apa' ya! Boleh. Mau sekarang? Aku bisa kasih 'apa- apa' nya sekarang juga kalau kamu mau" Goda Keenan.
Keenan mengangkat tangannya mengelus pundak hingga kebelakang leher istrinya itu hingga membuat Nadine merinding seketika.
Nadine membeku saat tangan Keenan terus bermain diatas pundaknya.
"Keenan!" Tegur Nadine.
"Emm,,,!" Gumam Keenan.
Keenan menatap Nadine dengan perasaan berkecamuk, ditatapnya sang istri dengan tatapan sayang penuh damba.
"Terima kasih dr Nadine Fellisya.
"Terima kasih istriku.
"Terima kasih sayang.
.
.
Bersambung
...~☆○○○☆~...
See u next eps guys
🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments