Masih semangatkan
Lanjut lagi yuk
Happy Reading
🍃🍃🍃🍃🍃
Al- Malik Grup adalah sebuah perusahaan raksasa yang pada awalnya berdiri bergerak dibidang properti dan telekomunikasi, namun seiring berjalannya waktu perusahaan tersebut melebarkan sayapnya dibidang ekspor impor, transportasi dan juga jasa.
Keenan Malik Hazza menjadi pewaris tunggal dari perusahaan besar itu setelah pak Malik, papa Keenan mundur sebagai direktur perusahaan. Posisi CEO diberikan utuh kepada Keenan dengan tanggung jawab sepenuhnya berada ditangannya.
Tidak ada seorangpun yang tahu tentang sosok Keenan yang sebenarnya, termasuk keluarga dan sang asisten pribadinya. Mereka hanya mengetahui sikap dan sifat Keenan bagian luarnya saja, namun bagian pribadi yang lainnya tidak ada yang tahu pasti.
Tok tok tok
Jimmy mengetuk pintu ruang kerja Keenan pelan, ia menunggu beberapa saat sebelum dipersilahkan untuk masuk.
Sudah menjadi peraturan bagi semua pengawai yang ingin menemuinya harus mengetuk pintu terlebih dahulu. Keenan paling tidak suka jika ada orang yang menerobos ruang kerjanya tanpa ijin darinya.
"Masuk" Perintah Keenan.
Jimmy memutar ganggang pintu dan masuk kedalam. Ia berjalan mendekat kearah Keenan yang sedang duduk dikursi kebesarannya.
"Perwakilan Indotrans telah tiba pak, mereka sudah menunggu diruang meeting" Ucap Jimmy.
Keenan menutup laptopnya sembari melirik arlogi ditangannya kemudian menatap Jimmy.
"Sudah jam 2 siang, apakah tidak terlambat kalau aku mengucapkan selamat makan siang kepada Nadine?" Tanya Keenan meminta pendapat Jimmy.
"Sudah sangat terlambat bos, biasanya orang- orang makan siang jam 12, tapi ini sudah jam 2 siang jadi sudah pasti dr Nadine sudah makan siang bos" Jelas Jimmy yang merasa paling tahu segalanya.
"Benarkah, jadi aku sudah terlambat untuk mengatakan itu" Tanya Keenan Lagi.
Jimmy mengangguk kepalanya.
"Kenapa kamu tidak mengingatkanku Jim? Kamu benar- benar tidak bisa diandalkan" Keluh Keenan.
"Bapak tidak mengatakan apapun tadi pagi, jadi saya tidak memasukkannya dalam agenda pak bos" Kilah Jimmy membela diri.
"Seharusnya kamu punya inisiatif Jim, tidak mungkin aku menjelaskan semuanya sama kamu. Kamu seharusnya tahu apa yang harus kamu lakukan" Sanggah Keenan tak mau kalah dari Jimmy.
Jimmy menghela nafas panjang, niat hati ingin memberitahukan tentang meeting malah ia yang mendapat masalah genting.
Seperti yang khalayak ramai ketahui bahwa dalam hirarki organisasi ada peraturan yang tidak tersirat yang harus dipatuhi dan ditaati oleh bawahan, peraturan tersebut terdiri dari dua pasal yakni: pasal satu, atasan tidak pernah salah dan pasal dua, jika atasan salah maka kembali kepasal satu.
Jadi percuma berdebat panjang- panjang toh pada akhirnya Jimmy sadar kalau tetap akan disalahkan oleh bosnya itu.
"Saya minta maaf pak, saya telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Mohon pengampunannya pak" Ucap Jimmy.
"Akhirnya kamu mengaku juga kan kalau ini salah mu" Balas Keenan senang karena ia telah menang dari Jimmy.
Jimmy tidak ingin menyela lagi, ia sadar bahwa orang waras harus lebih mengalah dari orang ,,,,, ya begitulah.
"Apakah mulai saat ini saya harus memasukannya dalam agenda bapak?" Tanya Jimmy.
"Ide bagus, iya lakukan seperti itu" Keenan menjawab cepat dengan raut wajah yang senang.
"Kali ini kamu memang yang terbaik Jim" puji Keenan.
"Baiklah pak akan saya lakukan sesuai dengan perintah anda" Jawab Jimmy.
"Jadi bagaimana, apa kita bisa menuju keruang rapat sekarang pak?" Tanya Jimmy kembali.
"Tunggu sebentar Jim, aku ingin mengirim pesan untuk istriku" Jawab Keenan sambil meraih ponsel dan kemudian larut dengannya.
Sedangkan Jimmy hanya bisa menunggu dengan hati yang mulai jengkel.
📨 Semangat kerjanya istriku, jangan lupa makan ya. Sampai ketemu dirumah
💜 Suamimu
Dan send, Keenan menyungingkan senyum saat pesan tersebut sudah terkirim.
"Baiklah selesai" Ucap Keenan seraya bangkit dari kursinya untuk mendekati Jimmy.
"Ayo Jimmy, klien sudah lama menunggu kita".
Keenan menepuk pundak Jimmy kemudian berlalu pergi.
"Baik pak" Jawab Jimmy.
Kenapa kesannya seolah- olah Jimmy yang membuat klien menunggu, padahal kan ini semua salah pak Keenan sendiri. Jimmy terus mengerutuki pak bos yang berjalan dengan santai didepannya seakan tidak merasa bersalah sedikit pun.
🪶🪶🪶
Ting
Sebuah pesan masuk kedalam ponsel Nadine. Saat ini ia sedang diintrogasi oleh sahabatnya yang tidak lain adalah Paramita. Nadine membuka pesan sender dengan nama Keenan yang tertulis disana.
Nadine membuka pesan tersebut kemudian membacanya sekilas sambil mengerutkan keningnya.
"Tumben" Ucap Nadine.
"Pesan dari siapa?" Tanya Mita penasaran.
Nadine memperlihatkan sumber pesan sekaligus isi pesan tersebut kemudian meletakkan kembali diatas meja. Nadine melanjutkan kembali makan siangnya yang sempat tertunda tadi.
"Ah sweet banget sih" Puji Mita.
"Lu nggak balas?" Tanya Mita saat Nadine meletakkan ponselnya kembali diatas meja.
Nadine menggelengkan kepalanya.
"Balas dong Din. Suami lu udah menyempati waktu buat kirim pesan ke elu, masak elu cuekin sih" Oceh Mita.
"Balas apa, gua nggak tahu harus balas apa".
Nadine bersikap cuek seolah tidak peduli padahal hatinya berdebar tidak menentu setelah membaca isi pesan dari Keenan.
"Parah lu Din, suami sesempurna itu tega lu cuekin begitu. Lu sadar nggak sih kalau suami lu tuh termasuk dalam kategori pria impian. Seandainya lu bukan sohib gua, udah gua tikung dah" Mita kesal karena Nadine tidak merespon ucapannya.
Mita mengotak- atik ponselnya sesaat lalu menyerahkannya kepada Nadine.
"Nih lihat baik- baik biar lu sadar siapa laki lu yang sebenarnya" Tunjuk Mita keponselnya.
Nadine melirik ponsel Mita sekilas tampak berniat melihatnya isinya. Walaupun cuma sekilas tapi ia bisa melihat sebuah tulisan yang menjadi titik fokusnya, yakni 'Malik Grup'.
Nadine sudah tahu bahwa Malik Grup adalah perusahaan milik papa mertuanya. Keenan pernah menceritakannya pada dirinya, namun Nadine tidak mengetahui secara jelas semua hal tentang perusahaan Malik Grup.
"Lu pernah dengar nggak kabar yang tersebar kalau ada perusahaan lokal yang menjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan asing milik kerajaan eropa?" Tanya Mita.
Nadine bergeleng pelan, ia tidak mengerti maksud Mita.
"Dasar kudet lu ya, masak lu nggak tahu kabar itu. Makannya nonton berita jangan cuma nonton video bedah doang" Kesal Mita.
"Lu kenapa sih Mit, sensi banget. Gua yang datang bulan tapi kenapa malah elu yang sensitif".
"Gimana gua nggak sensi coba, lu tuh aneh tahu nggak".
Mita membenarkan posisi duduknya dan menatap Nadine yang masih asyik dengan makanannya.
"Malik Grup perusahan milik suami lu kan" Tanya Mita.
"Iya" Jawab Nadine singkat.
"Nah perusahan yang melakukan kerja sama dengan perusahaan asing itu adalah perusahaan milik suami lu Din".
Nadine menyimak setiap ucapan yang keluar dari mulut Mita.
"Jadi lu bisa bayangin nggak sehebat apa suami lu itu. Dia termasuk dalam jajaran pengusaha muda yang paling sukses dinegara ini".
"Terus apa hubungannya sama gua Mit, itukan perusahaan milik keluarganya bukan milik gua. Milik gua nih,,,!" Nadine menunjukkan jas dokter yang dipakainya.
"Gua tahu siapa Keenan dan keluarganya, dan gua juga tahu seberapa hebatnya dia. Tapi so what,,,! Itu adalah ranah pribadinya".
"Lu istrinya konglomerat Din, lu tuh spesial tahu gak?"
"Terus?" Sanggah Nadine.
"Harusnya lu bangga dong. Lu seharusnya mengumumkan pernikahan lu ini sama semua orang bukan malah menutupi seperti seorang selingkuhan".
"Malas ah, gua nggak suka orang- orang bicara tentang hidup gua" Kilah Nadine.
Mita menghela nafas panjang, ia benar- benar tidak mengerti dengan jalan pikirannya sahabatnya itu.
"Udah ah, capek gua ngomong sama lu. Buang- buang energi aja" Mita bangkit dari kursinya dan kembali berkata:
"Suami sekeren itu harus lu jaga baik- baik Din, jangan sampai direbut orang. Ingat bibit pelakor bertebarang dimana- mana".
"Iya berisik, ntar gua bikin stempel kepemilikan dikeningnya yang banyak- banyak, biar semua pada tahu siapa pemiliknya. Puas lu,,,!".
"Hik hik hik. Belum, gua belum puas sebelum lihat langsung bentuk stempel kepemilikan yang lu buat sama laki lu" Balas Mita sambil cenggegesan.
Mita meninggalkan Nadine untuk kembali bertugas, sementara Nadine bergegas membereskan bekas makan siangnya.
Nadine melirik ponselnya yang masih ditempat semula, terbesit keinginan untuk membalas pesan dari suaminya itu namun ia urungkan. Hubungan mereka memang baik dan mulai dekat tapi belum sampai pada kedekatan layaknya pasangan lainnya. Mereka masih memerlukan waktu untuk membiasakan diri dengan situasi yang terjadi saat ini.
Bersambung.
...~☆○○○☆~...
See u next guys
👋👋👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments