Masih semangatkan
Lanjut lagi yuk
Happy Reading
😀😀😀
♤☆♤☆♤☆♤☆♤☆♤♤☆♤☆♤♤☆♤☆♤☆
Mita berjalan dengan langkah yang cepat, ia ingin segera bertemu dengan Nadine yang sedang menunggunya ditoilet.
Tok tok tok
Mita mengetuk pintu toilet beberapa kali hingga kepala Nadine nongol dari balik pintu.
"Lama banget sih!" Ucap Nadine bete.
"Ya lama lah neng, gua kan harus beli dulu di mini market depan" Sanggah Mita.
"Lu tahu nggak, waktu lu telpon gua tadi gua lagi briefing sama dr Nasrul dilantai 5. Lu bisa bayangin nggak seexpress apa gua berlari dari lantai 5 ke mini market depan sana dan dari mini market ke toilet ini".
Mita menatap Nadine dengan emosi yang meluap- luap dan nafas yang terengah- engah.
"Lu tahu nggak, gua bela- belain ninggalin briefing sama pak bos hanya untuk pergi buat cari tambalan loe ini".
"Nih,,,!" Mita memberikan bungkusan yang ia beli di mini market tadi.
"Thanks,,,!" Nadine meraih bungkusan plastik pemberian Mita setelah itu menutup kembali pintu toilet.
"Kebiasaan, udah tahu tamu bulanan datangnya tiba- tiba nggak pernah sediain stok pembalut didalam tas" Omel Mita.
Mita berdiri didepan toilet menunggu Nadine dengan mulut yang tidak berhenti mengoceh. Selang beberapa menit kemudian Nadine keluar dari toilet dengan nafas lega.
"Lain kali nyetok yang banyak biar nggak nyusahin orang lain melulu" Mita masih mengomel.
"Iya lain kali gua nyetok yang buanyakkk biar bisa bagi- bagi" Canda Nadine.
Mita memutar bola matanya, ia sudah malas mendengar kata- kata yang sama keluar dari mulut sahabatnya itu setiap bulannya.
"Lain kali, lain kali, terus aja ngomong gitu terus. Tapi kenyataannya gua yang selalu jadi korbannya".
"Kan lu sahabat gua, kan nggak mungkin gua minta tolong sama orang lain sedangkan gua punya seorang sahabat baik. Sobat gua ini memang yang paling baik sedunia" Puji Nadine.
"Its,,, paling pintar lu ya ngeluarin kata pujian begitu. Belajar dari mana lu,,,?".
"Gua dapat ilham tiba- tiba tadi, hehehe,,," Nadine terkekeh.
"Dasar sableng!" Ejek Mita.
Nadine tertawa pelan, ia menarik tangan Mita untuk pergi dari sana. Nadine merangkul tangan Mita sambil tertawa bersama, walaupun selalu berdebat tetapi mereka tidak pernah marah satu sama lain. Anggap saja setiap perdebatan yang terjadi adalah cara mereka untuk menjaga hubungan persahabatannya agar selalu kompak dan harmonis.
"Eh tunggu Din,,,!" Mita menghentikan langkah Nadine.
"Apa lagi sih,,,?" Tanya Nadine
Mita memposisikan tubuhnya berdiri dihadapan Nadine.
"Lu beneran datang bulan,,,?" Tanya Mita dengan memasang wajah serius.
Nadine menjitak kepala Mita dengan kesal
"Dasar pikun, lu lupa atau amnesia atau bagaimana sih! barusan kan lu sendiri yang beliin gua pembalut. Lu beneran lupa apa gimana sih" Balas Nadine heran.
"Bukan itu maksud gua Din,,,! Gua tahu kalau lu tuh lagi datang bulan. Maksud gua,,," Mita menjeda ucapannya sambil melirik kesamping kiri dan kananya untuk memastikan tak ada orang disekitar mereka.
Mita menarik tangan Nadine kesudut dinding.
"Lu mau ngomong apa sih?" Nadine mulai penasaran dengan tingkah Mita yang tiba- tiba jadi aneh.
"Maksud gua kalau tamu bulanan lu datang bulan ini berarti lu sama suami lu gagal dong" Ucap Mita yang masih dengan ditanggapi aneh oleh Nadine.
"Maksud lu apaan sih, ngomong yang jelas jangan pake bahasa planet, gua nggak ngerti" balas Nadine.
Mita menipuk lengan Nadine dengan keras karena tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan.
"Awww,,, sakit be**" Bentak Nadine sambil mengelus lengannya yang sakit.
"Lu tuh mau nanyak apa mau KDHS sih".
"KDHS? Apaan tuh" Mita malah kepo dengan kata- kata Nadine.
"kekerasan dalam hubungan sohiban, ngarti lu?".
Mita tertawa saat mendengar arti dari kata tersebut.
"Biarin, habis gua kesal sama lu, masak pertanyaan gua nggak ada jawaban yang benar dari lu".
"Eh oon, gua harus jawab apa, gua aja nggak ngerti lu nanyak apaan. Lu tadi bilang kalau gua gagal,,,! Gagal apaan coba, emang gua sama Keenan sedang melakukan apa hingga gagal" Sanggah Nadine.
"Lu tuh yang oon, masak gitu aja nggak ngerti" Kilah Mita.
Mita mendekatkan bibirnya ditelinga Nadine sembari berbisik
"lu nggak hamil,,,?" Tanya Mita.
Mata Nadine membulat seakan ingin loncat keluar mendengar pertanyaan dari Mita.
"What,,, G*** lu ya! Lu nanyak apa tadi" Nadine berharap kupingnya salah dengar.
"Gua tanya, emang lu belum hamil,,,? Lu kan udah nikah dua minggu, emang belum jadi Din,,,?" Mita bertanya sambil mengelus perut Nadine.
"Terus selama dua minggu ini lu sama laki lu ngapain aja?"
Reflek Nadine menepis tangan Mita yang tengah mengelus perutnya.
"Apaan sih, masa lu nanyak- nanyak begituan" Nadine melangkahkan kakinya meninggalkan Mita, ia tidak ingin membicarakan masalah itu lebih lanjut.
Mita mengikuti Nadine dari belakang masih dengan mengajukan pertanyaan yang sama
"Din,,,!" Panggil Mita lagi.
"Kok malah pergi sih. Kan lu belum jawab pertanyaan gua tadi. Jadi benar kan lu belum hamil Din?".
Nadine menutup mulut Mita sambil memelototkan matanya.
"Ngapain sih lu nanyak begituan disini, kalau ada yang dengar gimana?" Nadine terlihat panik, ia takut kalau ada yang mendengar ucapan Mita.
Pernikahan Nadine dan Keenan memang belum diketahui oleh publik termasuk para karyawan di rumah sakit tersebut. Bukan tidak ingin memberitahukan kepada khalayak ramai, tapi Nadine tidak ingin membuat kehebohan dilingkungan rumah sakit dengan kabar pernikahannya. Nadine tidak suka kehidupan pribadinya di jadikan bahan gosip hingga menjadi buah bibir dilingkungan tempat kerjanya.
"Gua kan cuma pengin tahu Din" Kilah Mita.
"Lu nggak perlu tahu" Balas Nadine.
"Cukup ya Mit, gua nggak mau bahas masalah ini lagi, apalagi ditempat ini. Lu mau semua orang tahu kalau gua udah merried".
Nadine tidak mengiraukan Mita dan melanjutkan langkahnya. Mita sebel karena Nadine tidak mau cerita kepadanya.
"Masa gua nggak boleh tahu sih. Nadine mah pelit, masak nggak mau bagi- bagi ceritanya" Mita memperhatikan Nadine yang terus berjalan meninggalkannya.
"Tapi kalau dilihat- lihat gaya jalan Nadine nggak ada yang berubah deh kayaknya. Bukankah riset didunia pernovelan membuktikan akan adanya suatu perubahan dari cara jalan perawan yang sudah pecah telur".
Mita masih terus menatap Nadine dan seketika ia membulatkan matanya sambil menutup mulutnya dengan kedu tangannya saat menyadari sesuatu
"OMG jangan- jangan Nadine sama Keenan belum,,," Mita tidak sanggup menahan rasa penasarannya hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengejar Nadine yang telah melangkah jauh di depannya.
'Apapun yang terjadi gua harus mengetahui fakta yang sebenarnya' Batin Mita.
"Din, tunggu,,,?" Mita menyusul Nadine
Elsa keluar dari balik tembok tempat ia bersembunyi, pikiran penuh dengan berbagai pertanyaan. Rasa penasaran semakin menyelimutinya saat samar- samar mendengarkan pembicaraan antara Mita dan Nadine.
"Belum isi? Perawan pecah telur? Maksudnya apa? Apa mungkin yang gue dengar itu benar.
Jangan- jangan,,,!".
Sejuta pertanyaan kini memenuhi otak Elsa, ia kesal karena tidak bisa mendengar dengan jelas percakapan yang terjadi antara Nadine dan Mita tadi.
Bersambung
...~☆○○○☆~...
See u next eps
Please tinggalkan jejak kalian
Trims,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments