Terima kasih bagi kalian yang yang masih mengikuti cerita ini.
Semangat terus ya untuk kita semua.
Happy Reading
😀😀😀😀😀
♤☆♡☆♡☆♡☆☆♡♡☆♡♡☆♧♧☆☆☆☆
Jimmy terdiam di ujung pintu, untuk sesaat ia tidak bisa berkata- kata. Sama halnya seperti Keenan, ia juga takjub saat melihat isi didalam rumah Nadine, istri dari bosnya tersebut. Tata ruang yang simple namun terlihat elegan dan yang pasti terasa sangat nyaman. Jimmy melihat perbedaan yang cukup jauh antara rumah Nadine dengan apartemen tempat tinggal Keenan.
"Wah, it's so good. Dokter Nadine memang luar biasa, jiwa seninya sungguh tidak main- main" Puji Jimmy.
"Bukankah tempat ini terlihat sangat keren bos,,,?" lanjutnya.
Keenan tidak menjawab celotehan Jimmy yang dianggapnya tidak penting itu. Tujuannya menyuruh Jimmy datang adalah untuk memberikan beberapa tugas kepadanya bukan untuk mengomentari rumah istrinya itu.
"Bagaimana semalam, apakah ada sesuatu yang spesial terjadi,,,? Bukankah suasana rumah ini sudah sangat mendukung untuk melakukan 'hal itu',,,?".
Keenan melangkah dari arah tempat tidur sambil melirik Jimmy yang datang dengan membawa beberapa dokumen untuknya. Hari ini ia memutuskan untuk tidak kekantor sehingga beberapa dokumen yang harus diperiksanya terpaksa Jimmy bawa kesana.
"Ternyata kulkas empat pintu ini masih belum terbuka juga ya. Pantas suasana tiba- tiba menjadi dingin" Celoteh Jimmy.
"Apa belum aja kemajuan,,,? Sepertinya hubungan bapak dengan dr Nadine masih jalan ditempat".
Keenan tidak menanggapi.
"Oh come on bos, jangan buat aku mati penasaran" Keluh Jimmy
"Tutup mulutmu dan kemarilah" Keenan duduk dikursi depan meja makan.
Jimmy melangkah mengikuti Keenan dan ikut duduk disampingnya. Beberapa dokumen ia letakkan diatas meja tepat dihadapan bosnya itu.
"Bapak belum menjawab pertanyaan saya, tidak perlu merasa malu, kita sama- sama pria dewasakan,,,!" Goda Jimmy.
Keenan menatap Jimmy dengan tajam seakan ingin ********** hidup- hidup.
"Jim,,,!" Keenan menjentikan jemarinya kearah Jimmy
"Ingat batasanmu Jim. Kamu pasti tidak lupakan apa yang bisa terjadi jika aku menjentikkan jari jemariku ini".
Jimmy menelan ludahnya dengan perasaan yang mulai gelisah
"Tentu saja pak Keenan. Saya sangat tahu batasan saya. Tapi saya masih tidak bisa menutupi rasa penasaran saya pak".
Mata Keenan melototi Jimmy yang masih tidak bisa diam itu.
"Saya minta maaf pak, kalau begitu mari kita mulai meetingnya" Ucap Jimmy sambil menyerahkan sebuah dokumen kepada Keenan.
Seperti itulah hubungan antara atasan dengan asistennya itu, ucapan Jimmy kerap kali membuat Keenan naik pitam, namun ia selalu punya cara untuk meredamkannya. Ibarat kata Keenan adalah api dan Jimmy adalah karung goni basah yang bisa memadamkan api tanpa mengeluarkan asap.
Keenan meraih dokumen yang diberikan oleh Jimmy dan langsung memeriksanya.
"Kontrak kerja sama dengan PT Angkasa Jiwa telah selesai, kita tinggal melakukan pertemuan terakhir untuk proses penandatangan kontrak kerja sama ini" Jelas Jimmy.
"Mereka sudah deal dengan harga yang kita tawarkan,,,?" Tanya Keenan. Ia merasa ada hal yang menganjal disana.
"Kenapa secepat itu mereka berubah pikiran, padahal sebelumnya mereka tetap kokoh dengan pendiriaannya" Keenan menatap Jimmy tajam.
"Tidak adakah yang ingin kamu jelaskan kepadaku Jim,,,?" Tanya Keenan.
Jimmy menghela nafas panjang karena untuk kesekian kalinya ia ketahuan, Keenan selalu bisa membaca situasi dan kondisi lawan walaupun ia tidak terjun langsung dalam penanganan proyek tersebut. Jimmy sadar ia memang tidak bisa menyembunyikan hal apapun dari bosnya itu, cepat atau lambat ia pasti akan ketahuan juga.
"Hanya sedikit bertutur sapa sebagai salam pertemanan saja pak Keenan, tidak ada hal serius yang perlu bapak khawatirkan" Jawab Jimmy.
"Kamu yakin,,,! Aku tidak ingin ada laporan yang tidak sesuai dikemudian hari. Kamu tahukan apa resiko yang akan kamu tanggung jika kamu melakukan kesalahan" Ucap Keenan
"Tentu saja bos, saya sangat tahu dengan resikonya dan saya siap mempertanggung jawabkan apa yang telah saya lakukan dan tidak akan lari dari masalah itu" Jawab Jimmy mantap.
"Bagus. Kamu memang bisa diandalkan Jim" Puji Keenan seraya menepuk pundak Jimmy beberapa kali.
"Kali ini aku masih percaya padamu".
"Terima kasih pak" ucap Jimmy.
"Oh iya, ada satu hal lagi yang harus kamu lakukan Jimmy" Keenan memutar kursinya dan memandang seisi ruangan dengan jari telunjuk yang terulur kedepan.
"Aku ingin kamu mengganti meja tamu itu dengan model terbaru, ganti sofa yang ada didekat ranjang itu dengan ukuran yang lebih besar dan nyaman serta lemari pakaian yang disana itu juga harus kamu ganti sama persis seperti yang ada diapartemenku" Perintah Keenan.
"Kenapa mau diganti pak, semua perabotan disini masih bagus dan masih layak pakai. Apa dr Nadine yang memintanya,,,?" Jimmy mulai kepo lagi.
"Bukan, Nadine tidak memintanya tapi aku yang menginginkannya. Aku hanya ingin memberikan suasana baru dan berbeda dengan sebelumnya. Aku ingin Nadine bisa merasakan kehadiranku disetiap sudut yang berada dirumah ini" Ucap Keenan.
Jimmy mengangguk pelan tanda mengerti.
"Lantas bagaimana dengan ranjang itu, apakah saya juga harus menggantikannya dengan yang baru dan dengan ukuran yang lebih besar" Tanya Jimmy dengan tangan yang menunjuk kearah ranjang.
"Haruskah saya menggantikannya dengan model yang sama persis seperti yang ada diapartemen anda,,,?" Tanya Jimmy kembali.
"Tidak perlu, kamu tidak perlu melakukan itu. Nadine tidak ingin ranjang itu diganti karena itu adalah ranjang kesayangannya" Jelas Keenan.
Jimmy tertawa pelan, atmosfir pengantin baru ternyata masih terasa disana. Sekilas terbesit sebuah pertanyaan gila diotaknya.
(Jimmy benar- benar tidak kapok)
"Wah ternyata ranjang itu telah mengukir sejarah ya pak. Apa bapak sudah merasakannya,,,?" Tanya Jimmy iseng.
Keenan menatap bingung kearah Jimmy.
"Merasakan apa,,,?" Tanya Keenan polos.
"Ya merasakan tidur diatas ranjang itu" Jawab Jimmy lagi.
Keenan menipuk kepala Jimmy
"Memangnya kamu pikir semalam aku tidur dimana,,,?" Nada suara Keenan mulai meninggi.
"Ya diatas ranjang itu".
"Oia benarkah,,,! Terus bagaimana rasanya,,,?"
"Maksud kamu apa Jim,,,?" Keenan semakin tidak mengerti pertanyaan Jimmy.
"Bagaimana rasanya setelah tidur disana" Tunjuk Jimmy kearah ranjang.
"Apakah bapak berhasil,,," Ucapan Jimmy terjeda namun diganti dengan kedua jari telunjuknya yang seolah- olah saling menyapa.
Dan pada akhirnya Keenan sadar kemana arah pembicaraan Jimmy. Satu map melayang keatas kepala Jimmy.
"Kamu benar- benar sudah bosan untuk hidup ya Jim. Sepertinya Kayla harus mulai mencari papa baru" Ujar Keenan.
Jimmy bangkit dari tempat duduknya dan langsung membungkukkan setengah badannya kearah Keenan.
"Tolong ampuni saya pak, saya khilaf. Tolong jangan pisahkan saya dengan putri kandung saya pak, saya mohon,,,?" Ucap Jimmy dengan permohonan yang dibuat sedramatis mungkin.
"Kayla pantas mendapatkan ayah yang lebih baik darimu. Kamu sangat tidak bisa dijadikan contoh yang baik buat putrimu itu".
"Saya minta maaf pak Keenan, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi" Ucap Jimmy sambil memperlihatkan dua jari berbentuk Peace.
Keenan memijak kepalanya yang terasa pusing akibat ulah Jimmy, beginilah nasib punya asisten yang tidak tahu diri. Kadang Keenan merasa kalau Jimmy seperti atasannya, Jimmy selalu punya cara untuk membatah setiap ucapannya.
Dasar asisten la***t nggak tahu diri, rada- rada kurang *jar itu si Jimmy
Umpat Keena.
"Sudahlah, aku pusing mendengar ocehanmu yang tidak jelas itu. Sekarang pergilah dari hadapanku, aku muak melihat wajahmu hari ini" Usir Keenan.
"Baik pak terima kasih atas kemurahan hati bapak kepada saya" Ucap Jimmy.
Jimmy berdiri tegak dan mengayunkan kakinya untuk melangkah keluar hingga suara Keenan menghentikan langkahnya.
"Jim,,,!" Panggil Keenan.
"Waktumu tiga jam. Ingat hanya tiga jam terhitung dimulai detik ini" Ucap Keenan seraya melirik arlogi ditangan kanannya.
"Aku ingin tiga jam lagi semuanya telah selesai sesuai dengan apa yang aku perintahkan tadi".
Jimmy mulai mengambil aba- aba untuk berlari setelah mendengar ucapan dari Keenan.
"Kalau kamu gagal, kamu bukan hanya akan kehilangan pekerjaanmu tapi juga dengan *****,,,," Keenan mengayunkan tangannya dibawah leher.
"Baik pak, baik pak Keenan. Saya akan menyelesaikannya tepat waktu. Permisi,,,!" Jimmy mengambil langkah seribu berlari meninggalkan Keenan.
Keenan tersenyum smirk menatap Jimmy yang berlari kotar- katir.
Rasain tu Jimmy
Pak bos pake diisengin
Akhirnya Tahu rasa sendirikan
🤣🤣🤣
Bersambung
...~☆○○○☆~...
Kasian Jimmy
Abis iseng sih
Jadi tak kerjain aja
Like
Komen
Share
Ya guys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments