Happy Reading
🍁🍁🍁🍁🍁
Hari minggu merupakan hari yang paling menyenangkan bagi para pejuang nafkah, karena mereka dapat menghabiskan waktu seharian penuh bersama keluarganya.
Begitu pula dengan Nadine dan Keenan, mereka menikmati hari minggunya dengan berdiam diri dirumah.
Nadine meletakkan secangkir kopi dihadapan Keenan yang duduk di sofa dengan sebuah laptop dipangkuannya.
"Aku buatkan kopi".
Keenan menatap kopi yang diletakkan oleh Nadine dihadapannya.
"Terima kasih" Ucap Keenan.
Keenan mengambil cangkir kopi itu dan menenguknya perlahan. Bola mata membulat dan ia hampir saja tersendak ketika merasa kopi buatan istrinya itu.
"Em,,, manis sekali. Berapa sendok gula yang ia tambahkan"
"Aku tidak tahu bagaimana rasanya karena aku tidak mencobanya tadi, aku hanya mengikuti katamu dengan menambahkan satu sendok teh gula" Terang Nadine.
"Emm pas, enak" Puji Keenan.
"Benarkah? Apa rasanya seenak itu. Aku belum pernah membuat kopi sebelumnya".
Wajah Nadine tersenyum senang karena telah berhasil membuat kopi untuk suaminya.
"Iya sangat enak, kamu mau coba" Tawar Keenan.
"Tidak. Aku tidak suka kopi" Jawab Nadine.
"Oh iya aku lupa" Ucap Keenan.
"Kamu tidak suka minuman yang manis tapi suka membuatkan minuman yang manis, bahkan sangat manis".
Nadine tidak mengerti ucapan Keenan.
Keenan mengaduk kopi kemudian mengambilnya sesendok dan menyodorkannya kearah istrinya.
"Cobalah" Tawar Keenan.
Nadine mendekat menerima kopi yang disuapi oleh Keenan dan seketika ia terbatuk- batuk.
"Emm,,, manis banget sih" Keluh Nadine.
Keenan tertawa melihat reaksi Nadine.
"Enak?" Tanya Keenan kemudian.
Nadine menggelengkan kepalanya
"Nggak, nggak enak. Terlalu manis" Jawab Nadine.
"Sini, aku ganti. Aku buatin yang baru" Nadine meraih cangkir kopi yang berada di tangan Keenan.
Keenan menahan cangkir kopi tersebut dan seketika meneguk kopi itu hingga tandas.
Nadine melotot melihat tindakan Keenan tersebut.
"Kok diminum? Itu manis banget ken" Keluh Nadine.
"Sayang kalau dibuang, mubazir. Istriku udah capek- capek membuatkannya masak dibuang".
Blush,,, pipi Nadine bersemu merah mendengar ucapan Keenan.
"Tapi kan nggak enak terlalu manis".
"Nggak apa- apa cuma kali ini aja kan, aku yakin lain kali istriku akan membuatkan kopi yang pas dengan seleraku" Jawab Keenan.
"Ini kopi instan kan,,,?" Tanya Keenan.
"Iya, itu memang kopi instan. Aku membelinya kemarin saat mampir dimini market depan rumah sakit" Jawab Nadine.
"Memangnya kenapa? Kamu tidak suka kopi instan ya?" Tanyanya kembali.
"Suka, tapi aku jarang meminumnya. Aku lebih suka kopi hitam yang diseduh secara langsung pakai air yang baru mendidih, itu rasa yang paling nikmat" Jelas Keenan.
"Ooo,,, kopi hitam!" Gumam Nadine.
Keenan meletakkan laptop yang ada dipangkuannya diatas meja kemudian menatap Nadine.
"Kamu tidak pergi dinas hari ini,,,?" Tanya Keenan.
"Tidak. Aku free seharian" Jawab Nadine.
Nadine mengambil cangkir bekas kopi Keenan dan membawanya ke wastafel untuk dicuci.
Keenan masih memandangi Nadine yang sedang berdiri membelakanginya.
"Din,,,!" Panggil Keenan.
Nadine menoleh kebelakang melihat Keenan.
"Iya, kenapa,,,?" Tanya Nadine.
Keenan tersenyum kemudian menepuk sofa disisi kirinya sambil berkata:
"Kemarilah. Bukankah ada banyak hal yang masih harus kita bicarakan".
Nadine diam sesaat, ia ingat tentang pembicaraan mereka beberapa minggu yang lalu saat mereka baru tinggal bersama dirumah itu.
Nadine membilas tangannya kemudian langsung menyusul Keenan di sofa tengah, ia duduk tepat di sisi kiri Keenan.
"Kamu siap mendengar kisah ini" Tanya Keenan.
Nadine menganggukkan kepalanya, ia sudah lama ingin mengetahui awal kisah antara mereka.
Keenan meraih kedua sisi kaos hitam yang melekat ditubuhnya dan membukanya dengan sempurna. Nadine memundurkan tubuhnya menjauh dari Keenan dengan mata yang melotot tajam.
"Apa yang kamu lakukan? Kamu mau apa?" Tanya Nadine dengan tangan yang reflek menyilang didepan dadanya.
Keenan tertawa pelan melihat reaksi Nadine yang tampak terkejut. Ia sudah menduga jika istrinya pasti akan bereaksi seperti itu.
"Mendekat kesini Din" Pinta Keenan.
"Nggak mau, kamu mau ngapain? Jangan macam- macam ya" Ancam Nadine.
Keenan memperbaiki posisi duduknya hingga mendekati Nadine tampa menghiraukan ancaman istrinya tersebut. Kalau Nadine menjauh maka ia yang akan mendekat , bukan kah begitu reader.
Nadine makin menyudutkan tubuhnya kebelakang saat tangan Keenan meraih tangannya.
Keenan meraih tangan Nadine yang diikuti tatapan mata oleh yang punya tangan dan membawanya ketubuhnya sendiri, tepatnya kebagian perut Keenan yang pernah terluka.
"Apa kamu ingat luka ini?" Tanya Keenan saat tangan Nadine sampai dibekas lukanya.
Nadine memajukan tubuhnya kembali saat tangannya merasakan sebuah parut bekas luka diperut Keenan. Nadine menundukkan kepalanya untuk melihat secara jelas bekas luka itu sembari merabanya perlahan.
Keenan terus menatap Nadine yang tengah asyik pada bekas lukanya.
Nadine mengangkat wajahnya kembali dan menatap Keenan.
"Luka sayatan" Nadine terdiam sesaat.
"Kapan kamu mendapatkan luka ini?" Tanyanya kemudian.
Keenan tersenyum
"Ternyata kamu memang tidak ingat dengan tindakan yang pernah kamu lakukan padaku dulu" Ucap Keenan.
"Kamu tidak lihat bekas jahitannya ini" Tunjuk Keenan pada lukanya.
"Ini jahitan yang kamu lakukan, apa kamu tidak ingat sedikitpun. Atau kamu tidak mau mengakui jika ini adalah jahitan tanganmu karena jahitan ini terlihat tidak rapi sama sekali" Tuduh Keenan.
Nadine tersinggung saat Keenan mengatakan jahitan pada lukanya tidak rapi. Nadine memang tidak mengingat cerita asal muasal penyebab terjadinya luka tersebut, tapi ia tahu pasti kalau itu memang jahitan tangannya.
Lagi pula wajarkan kalau Nadine tidak mengingatnya terlebih ia adalah dokter bedah yang telah merawat banyak pasien. Tak terhitung berapa banyak pasien yang telah ia tangani dan mungkin Keenan adalah salah satunya. Bukan sombong ya, jam terbang dr Nadine memang sudah tidak bisa diragukan lagi.
"Jangan ngomong sembarangan ya, jahitan siapa yang tidak rapi? Kamu tidak lihat ini adalah jahitan luka yang paling rapi yang pernah ada didunia" Ucap Nadine kesal hingga reflek menekan luka yang ada diperut Keenan.
"Aww,,," Keluh Keenan pura- pura sakit atas tindakan Nadine tadi.
"Ah, sorry" Nadine mengangkat tangannya dengan cepat.
"Kenapa?" Tanya Nadine, ia memeriksa kembali bekas luka Keenan.
"Masih sakit ya?"
"Kapan kamu mendapatkan luka ini? Kenapa kamu bisa terluka? Apa kamu memiliki musuh? Kamu sudah lapor polisikan? Pelakunya sudah ditangkap?" Nadine membombardir Keenan dengan pertanyaan- pertanyaannya.
Keenan kembali terkekeh yang diiringi dengan tawanya yang keras.
"Its,,, bukannya dijawab malah ketawa" Gumam Nadine.
"Aku harus menjawab yang mana dulu. Pertanyaanmu sangat banyak hingga aku bingung harus menjawabnya. Bahkan saat ini aku lupa sama semua pertanyaan kamu tadi" Jelas Keenan yang masih terkekeh geli.
"Ah tahu ah, aku sendiripun lupa sama pertanyaan aku tadi" Kesal Nadine.
Nadine memperbaiki posisi duduknya seperti sedia kala.
Keenan meraih tangan Nadine dan menggenggamnya.
"Kamu ingat kejadian dibandara internasional XXX tujuh bulan yang lalu?" Tanya Keenan sebelum memulai cerita yang sebenarnya.
Nadine memutar otak sembari berpikir serta mengotak- atik memori kepalanya untuk mengingat kejadian yang dibicarakan oleh Keenan.
"Bandara internasional tujuh bulan yang lalu?" Nadine mengulang pertanyaan Keenan.
"Ngapain aku dibandara?" Gumam Nadine pada diri sendiri.
"Aku kan kerja dirumah sakit, trus ngapain aku dibandara? Memangnya aku pernah menjadi dokter khusus bandara? Masa iya sih, kok aku nggak ingat ya,,,!" Nadine masih berkutak dengan pemikirannya sendiri.
Keenan memijat keningnya beberapa saat, semangat yang sebelumnya berkobar- kobar tiba- tiba meredup seketika. Ia sudah tidak punya gairah untuk melanjutkan ceritanya kembali.
'Sabar Ken, kamu sudah berjanji menerima Nadine sebagai istrimu apapun yang terjadi apa itu hal baik ataupun buruknya dan segala keunikan sikapnya'.
Keenan meraih tubuh Nadine menghadap kearahnya seraya berkata:
"Akan aku ceritakan semuanya dari awal hingga akhir tapi aku mohon kamu tidak memotong ucapanku apalagi membantahnya sebelum ceritanya selesai. Ok,,,!" Tegas Keenan.
"Ok,,,!" Balas Nadine sepakat dengan usulan Keenan.
Keenan mulai menceritakan awal mula perjumpaan mereka mulai dari saat penusukan itu terjadi hingga membuatnya terluka serta tindakan Nadine yang datang tiba- tiba untuk menyelamatkan nyawanya. Tentu saja cerita yang Keenan jelaskan berdasarkan dua versi yakni versi dirinya dengan sisa ingatan yang ia miliki dan juga versi Jimmy yang merupakan saksi kunci dari kejadian itu.
Flashback On
.
.
.
Bersambung
Lanjut next eps guys
Tetap stay ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments