Salah Orang

“Sial! Ini semua gara-gara gadis itu.” Umpatnya.

Dia menyadari kecerobohannya gara-gara mahasiswa yang bernama Annisa, tapi bukan Annisa nya. Di kontaknya memang tertera dua nama Annisa. Namun, Annisa pujaannya di tulis dengan lengkap. Saat mendapat pesan dari Annisa pujaannya, dia kira itu pesan dari Annisa yang menyebabkan dirinya dipaksa jadi dosen sementara dan ternyata dia salah total. Kini akibat kecerobohannya, dia dinilai buruk oleh mahasiswanya seperti apa yang dia inginkan dulu. Namun bukan pada orang yang tepat.

Veri sangat menolak jadi dosen, hingga dia bertingkah kejam pada mahasiswanya. Namun dia tidak punya niat sama sekali untuk menyakiti hati Annisa. Jika dia sadar itu adalah pesan dari Annisa nya, pasti dia akan bilang boleh. Namun apa daya nasi sudah jadi bubur. Kini dia harus berusaha bagaimana caranya menyelesaikan masalah gadis itu.

Semenjak mengetahui fakta tentang apa yang tidak sengaja dia lakukan, Veri mulai tidak konsentrasi dengan kerjanya. Setiap malam dia selalu terjaga didepan layar monitor tanpa tidak ada yang dikerjakan. Dia hanya memandangi segala kerjaannya yang ada di monitor. Pikirannya berkelana ke kota Kendari tepatnya kepada Annisa.

‘Annisa, maafkan kecerobohanku.’ Gumam Veri penuh penyesalan.

Di tempat lain, Annisa sedang mengantre untuk mendapatkan tiket pulang ke tanah kelahiran yang dia rindukan. Sudah 6 bulan dia meninggalkan kota itu, pasti sudah ada perubahan dari semua bangunan yang ada. Annisa sangat bahagia ketika sebuah tiket dengan nomor kursi 34 B kelas ekonomi berada di tangannya. Ya, dia mengambil tiket kelas ekonomi karena itu adalah tiket paling murah.

‘Aku datang wahai tanah kelahiranku.’ Gumam Annisa dengan embusan nafas lega.

Di dalam kapal dia bertemu dengan kakak kelasnya saat SMP.

“Hay, Annisa, ya?” tanya seorang pemuda kepada Annisa.

Annisa mengerutkan dahi, mencoba mengingat siapa yang sedang berada di hadapannya.

“Iya, maaf, anda siapa, ya?” tanya Annisa sopan.

“Aku Satrio kakak kelasmu saat di SMP.” Jelas Satrio antusias.

“Oh, maaf, kak. Aku lupa sama kakak.” Jelas Annisa malu-malu.

Annisa merutuki dirinya, kenapa saat SMP dia begitu pendiam hingga kakak kelasnya dia tidak kenal. Jangankan kakak kelas, teman satu angkatannya saja yang beda kelas dia tidak banyak kenal. Namun dia di kenal di sekolahnya. Bagaimana tidak, dia pernah menjadi sorotan karena memakai rok diatas lutut. Ya, di sekolah Annisa harus memakai rok minimal 3 centimeter dibawah lutut.

Saat itu, bukannya dia sengaja menggunakan rok yang terbilang minim.Tetapi karena keterpaksaan. Rok, yang biasa dia gunakan sudah robek dan lusuh karena itu bekas dari bibinya, lalu sepupunya dan terakhir dia. Rok yang sedang dipakainya pun pemberian dari tetangga. Sebenarnya dia enggan memakainya, tapi disisi lain dia tidak mau ketinggalan pelajaran.

“Iya, aku maklum kok. Kamu kan jarang keluar kelas saat SMP, jadi wajar lah kamu nggak ingat sama aku.” Ungkap Satrio tulus.

“Iya,akak. Di Kendari kak Satrio tinggal dibagian mana?” tanya Annisa mengakrabkan diri.

“Aku tinggalnya di Jakarta, dik” jawab Satrio ramah dengan senyum tulus.

“Lalu, kenapa kak Satrio sekarang ada di kapal dari Kendari? Kenapa nggak naik pesawat yang langsung ke kota Raha?” tanya Annisa penasaran.

Ya, walaupun kota kelahiran Annisa masih terbilang kota kecil, tetapi disana sudah memiliki bandara.

“Aku rindu sama kamu.” Candanya yang berhasil membuat pipi Annisa menimbulkan rona merah. Untung wajah Annisa tidak seputih orang Korea, jadi merahnya tidak nampak.

“Kakak serius kek” Annisa cemberut.

“Iya deh iya. Ha ha ha.” Satrio tertawa lepas menyembunyikan matanya. Bukannya sengaja disembunyikan, tapi memang akan hilang ketika dia tertawa saking sipitnya.

“Tadi aku mampir bawain titipan sahabat untuk adiknya.” Jelas Satrio.

“Oh, gitu toh.” Jawab Annisa mengerti.

Setelah berlayar selama 3 jam, kapal yang ditumpangi Annisa berhasil sampai di pelabuhan Nusantara kotanya bersamaan dengan pesawat yang ditumpangi Veri yang telah mendarat di bandar udara Halu Oleo kota Kendari.

Hati keduanya sangat bahagia. Annisa bahagia karena sebentar lagi kerinduannya yang tertahan selama 6 bulan akan terobati. Sedangkan Veri, bahagia karena sebentar lagi akan bertemu dengan gadis pujaannya.

Sebelum keluar dari kapal, Annisa bertemu kembali dengan Satrio. Bukan karena kebetulan, Satrio sengaja pergi menemui Annisa gadis polos yang dia temui di SMP dulu.

“Nis, kamu ke kampung naik apa?” tanya Satrio pada Annisa yang hendak berdiri dari duduknya.

Ya, untuk sampai di kampungnya Annisa harus menempuh perjalanan kurang lebih 10 kilo meter.

“Aku dijemput sama bapak. Kakak sendiri naik apa?” tanya Annisa balik.

“Aku naik taksi aja, sengaja ngasih kejutan sama keluarga. Kebetulan keluarga hari ini pada ngumpul, besok pesta pernikahan kakak perempuanku.” Jelas Satrio dengan senyum bahagia.

“Oh, iya, selamat ya buat kakakmu. Semoga sakinah, Mawaddah, Warahmah. ” ucap Annisa tulus.

“Nanti ngucapinnya langsung saja besok sama kakakku”.

“Eh. Mana mungkin aku kesana? Aku, kan nggak diundang. Bisa-bisa aku diusir sama security.” Ucap Annisa jujur.

“Itu tidak bakalan pernah terjadi, nanti besok aku jemput, oke!” ajak Satrio penuh semangat

“Maksud kakak, apa?”Annisa tidak mengerti.

“Maksud aku ya, itu. Kamu besok aku jemput. Udah sana keluar, nanti bapak kamu kelamaan nunggu.” Usir Satrio lembut.

“Ya, sudah, aku duluan ya, kak.” Pamit Annisa keluar kapal.

‘Iya, titip salam sama calon mertua.’ Kata Satrio, namun hanya berani mengungkapkannya dalam hati. Yang keluar hanya ungkapan “Iya, titip salam buat bapakmu” ungkap Satrio yang dibalas senyum oleh Annisa. Senyum yang membuat hati Satrio meleleh sejak SMP.

“Maaf, kak, cari siapa ya?” tanya salah satu penghuni kos ketika melihat Veri kebingungan.

“Aku cari Annisa yang kos disini. Apa dia ada?” tanya Veri sopan.

“Maaf, kak, Annisa sudah pindah sehari setelah ujian semester.” Jelas mantan tetangga kos Annisa.

“Ya, sudah, mbak. Aku permisi, ya, Terima kasih.” Pamit Veri dengan sopan.

Veri bingung harus cari dimana kos baru Annisa. Menghubunginya juga percuma. Dipikirannya, Annisa sudah mengganti nomor kontak. Ya, sebelum memutuskan untuk menemui Annisa, dia beniat mengkarifikasi masalahnya via telpon. Namun nihil, selama dua jam dia berusaha menghubungi Annisa, nomornya selalu diluar jangkauan. Hingga dia memutuskan untuk pergi menemuinya.

Disaat Veri kebingungan, Annisa malah bahagia dan penuh semangat karena telah melihat bapaknya di pintu keluar pelabuhan.

“Assalamualaikum, bapak.” Salam Annisa mencium tangan bapaknya.

“Wa’alaikumsalam.”jawab pak Amin tersenyum bahagia ketika mendapati putrinya telah sampai di kota kelahirannya.

“Kamu kenapa lama keluarnya? Nomor kamu juga dihubungi nggak aktiv.” Tanya pak Amin saat putrinya memakai helm.

“Tadi, Annisa ketemu teman SMP. Jadi ngobrol sebentar. Hp aku juga lobet saat berangkat.” Jelas Annisa

“Ya, sudah, ayo naik. Mama dan adik-adikmu sudah menunggu di rumah.” Pak Amin menyalakan mesin motor.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!