Ujian di Ruangan Veri

Keringat Annisa bercucuran ketika menjawab soal kedua dari Veri. Bukan karena soal ujiannya yang sulit, tetapi karena menahan gejolak perut yang ingin dikeluarkan melalui tenggorokan, ditambah kipas angin yang ada di ruangan Veri tepat mengenai tubuhnya. Annisa juga tidak bisa dikena kipas angin. Seketika Annisa mual-mual.

“Maaf, pak, bisa pinjam toiletnya.” Ucap Annisa malu-malu.

“Silakan.” Jawab Veri dengan nada khawatir. Dia khawatir melihat wajah Annisa yang sangat pucat. Annisa memang tidak pernah menggunakan lipstik, jadi ketika dia pucat sedikitpun akan sangat kentara.

Setelah dipersilahkan oleh Veri, Annisa langsung lari menuju toilet untuk mengeluarkan semua isi perutnya.

Annisa memuntahkan semua isi perutnya, sementara Veri gelisah tidak tau harus berbuat apa. Masuk dalam toilet tidak mungkin.

“Annisa, kamu kenapa?” tanya Veri khawatir.

Annisa tidak menghiraukan panggilan dari Veri, dia terus saja mengeluarkan isi perutnya. Dia baru sadar kalau dia semalam kena angin malam saat berada dipelabuhan, belum sarapan sejak pagi serta kipas angin yang menerpanya saat mengisi ujian dari Veri.

Mendengar Annisa yang terus saja muntah, Veri langsung keluar untuk memanggil asistennya.

“Mbak, tolong masuk dulu kedalam, tolong cek keadaan Annisa dalam toilet. Aku tidak mungkin masuk kesana.” Ungkap Veri pada Emi sang asisten.

“Baik, pak.” Jawab asistennya langsung menuju toilet.

Saat asistennya sudah berada dalam toilet menemui Annisa, Veri menunggu diluar dengan rasa cemas. Sekitar tiga menit berada didalam toilet, Annisa keluar dengan muka pucat pasi diikuti oleh asisten Veri.

“Dik Annisa kok bisa sampai seperti ini? Apa kamu lagi sakit?” tanya Emi asisten Veri. Petanyaan Emi mewakili pertanyaan yang ingin Veri lontarkan namun gengsi.

“Tidak, bu, aku baik-baik saja.” Jawab Annisa dengan suara lemas.

“Tapi, kok bisa mual-mual gitu. Kalau dik Annisa tidak sakit, apa dik Annisa sedang hamil?” tanya Emi penasaran.

Pertanyaan Emi seketika membuat Annisa membulatkan mulut, begitu juga dengan Veri yang tidak kalah terkejut.

“Mana mungkin aku hamil bu, nikah aja belum. Aku memang sering ngalamin ini kalau sudah kena angin malam, ditambah kena kipas angin saat perut belum terisi, bu.” Jelas Annisa jujur.

“Jadi, kamu belum sarapan, dan menunggu selama tiga jam dengan perut kosong?” heran Emi pada mahasiswa satu itu.

“Kenapa kamu tidak bilang kalau kipas bisa membuatmu sakit? Kan bisa bapak matiin.”ungkap Veri merasa bersalah sekaligus kasihan.

“Sekarang, jika sudah baikan silahkan lanjutkan ujiannya. Dan mbak Emi bisa keluar” ucap Veri yng dibalas dengan anggukan kepala oleh keduanya.

Saat Annisa melanjutkan ujiannya, Veri memesan makanan melalui ponselnya. Dia memesan nasi ayam tumis disertai dengan sup sapi. Menurutnya akan bagus jika Annisa makan sup hangat saat keadaan seperti ini. Namun tebakannya justru salah, Annisa tidak bisa makan-makanan yang mengandung daging sapi.

Sekitar 10 menit, Emi mengetuk pintu Veri untuk memberikan makanan yang diantarkan oleh kurir.

“ Assalamu’alaikum .... ”salam Emi.

“Wa’alaikumsalam, masuk!” jawab Veri.

Emi masuk setelah Veri mempersilahkan masuk.

“Maaf, pak, ada kiriman dari kurir untuk bapak.” Ucap Emi sopan.

“Terima kasih, mbak.” Ucap Veri mengambil makanan dari tangan Emi.

Setelah makanan berpindah ke tangan Veri, Emi pamit undur diri untuk kembali ke tempatnya.

“Sudah, pak.” Ucap Annisa seraya merapikan kertas diatas mejanya.

“Baik, silahkan simpan diatas meja bapak, dan kamu makan terlebih dahulu sebelum keluar.” Ujar Veri datar kepada Annisa.

“Maaf, pak, tapi aku tidak lapar. Nanti di kos aja aku makan.” Tolak Annisa sopan. Dia juga bingung, kenapa dosennya begitu peduli dengannya.

“Bapak memesan makanan ini untuk kamu, jadi kamu harus makan semua makanan ini.” Ucap Veri tegSs. Ingin rasanya dia mengungkapkan akan menyuapi gadisnya itu. Namun apa daya kalimat itu hanya tertahan di tenggorokannya saja.

“Maaf, pak, tapi .…” Belum selesai Annisa mengungkapkan kalimatnya, Veri langsung memotongnya.

“Kamu mau makan, atau ujian ini bapak tidak akan periksa?” Veri mulai kesal dengan penolakan Annisa.

“Baik, pak, aku makan.” Ucap Annisa frustrasi.

“Maaf, pak, boleh aku tanya?” tanya Annisa hati-hati ketika melihat makanan yang ada di hadapannya.

“Boleh, ada apa?” tanya Veri.

“Maaf, pak, ini sup apa?” tanya Annisa berani. Ya, dia mencium aroma daging sapi dari sup itu. Walaupun sudah 5 tahun dia tidak lagi makan daging sapi, tapi dia masih hafal betul aromanya.

“Sup sapi, kenapa?” heran Veri.

“Maaf, pak, aku tidak bisa makan daging sapi.” Ungkap Annisa jujur. Dia tidak mau kejadian saat makan bersama Veri dengan adiknya akan terulang kembali.

Selain udang, Annisa tidak bisa makan daging sapi, daging kambing, kepiting serta makan laut lain selain ikan. Ikan pun tidak semua jenis bisa dimakannya, ada sebagian jenis ikan yang tidak bisa diterima oleh perutnya. Terlihat aneh memang, tapi itulah yang dialami Annisa

“Ya sudah, kamu tidak usah makan. Nanti bapak yang makan” ucap Veri frustrasi karena tebakannya ternyata salah lagi. Namun dia sangat bersyukur karena Annisa berani mengungkapkan kalau dia tidak bisa makan makanan itu, hingga dia tidak akan merasa bersalah terlalu dalam jika gadis itu makan sup itu.

Penuturan Veri, membuat Annisa merasa tidak enak. Namun karena lapar yang melanda, dia melahap makanan itu dengan lahap. Hingga dia tidak sadar Veri terus saja memperhatikannya.

Tiga hari Annisa berada di kos tanpa ada kegiatan, dia mulai bosan. Dia ingin keluar untuk menghilangkan rasa bosannya.

[Sar, kamu dimana? Kita jalan, yuk! Aku bosan di kos trus.] tulis Annisa kepada Sarah melalui pesan WatshApp.

[Aku lagi nemanin mama belanja, nih.] bals Sarah.

“Okelah] balas Annisa tidak ingin mengganggu Sarah yang sedang berbakti pada ibunya.

Karena Annisa ingin sekali menghilangkan rasa bosannya, dia memutuskan untuk keluar walaupun harus jalan sendiri. Dia memilih taman mangrove sebagai tempat penghilang penatnya. Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di tempat itu dengan berjalan kaki. Ya, dia memilih berjalan kaki untuk mengirit uang bulanan.

Saat Annisa sampai di pintu gerbang taman, dia berhenti sejenak untuk mampir dik kios membeli minuman dan sedikit makanan ringan. Dia mengambil 1 botol fresh tea dengan 10 bungkus chokolatos.

Setelah urusan dengan snack, Annisa masuk ke dalam taman. Sesekali dia menghirup angin segar dan mengeluarkannya lewat mulut kasar. Dia berjalan dengan sedikit menundukkan kepala.

Brukkkk!!!

Annisa menabrak seseorang didepannya. Untung saja tangan orang itu cepat menangkap Annisa, kalau tidak, dia akan jatuh kedalam laut.

“Maaf .... ” ucap Annisa menunduk.

“Nggak apa-apa.” Ucap laki-laki itu.

Betapa terkejutnya Annisa ketika mengangkat kepalanya, begitu juga dengan laki-laki yang ditabraknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!