Nilai Haikal Bermasalah

Setelah 1 bulan Veri menggantikan pamannya sebagai dosen, dia kembali sibuk dengan aktivitas sebagai CEO sebuah perusahaan di kotanya. Veri meninggalkan kota Kendari satu hari setalah dia memberikan ujian di kelas Annisa. Tetapi tidak dengan Annisa. Veri sangat kecewa karena harapannya bertemu dengan pujaan hati sebelum berangkat pupus sudah. Disela-sela kesibukannya, Veri selalu memikirkan gadis itu. Namun tidak berani walau hanya sekedar menyapa lewat chat.

Ditempat lain, Annisa sibuk dengan kuliah dan juga melengkapi semua kewajibannya yaitu mengisi absen setiap mata kuliah. Satu minggu lagi ujian semester akan dilaksanakan. Jadi, sebagai ketua tingkat dia harus mengisi seluruh absen yang ada di tangannya. Mulai dari nama dosen, hari dan tanggal pertemuan, hingga pokok bahasan yang diberikan oleh dosen saat kuliah. Di tengah kesibukannya, tiba-tiba ponselnya bunyi pertanda ada chat masuk. Terlihat nama Sarah sebagai pengirim chat.

[Nis, aku minta maaf, ya.] tulis Sarah dengan 8 emoticon menangis yang membuat Annisa bingung.

[Kamu kesambet setan apa sampai minta maaf segitunya? Apa kamu sudah mau pamit dari dunia, ya?] canda Annisa, disertai emoticon bingung. Pasalnya, tidak biasanya sang sahabat chat dengan emot banyak begitu.

[Aku lupa ngasih tau kamu, kalau Ilmu Tanah dari pak Veri sudah ujian. Waktu kamu sakit, pak Veri tiba-tiba ngasih ujian. Katanya ,bapak sudah mau balik ke Jakarta, makanya ujiannya mendadak.] sesalnya pada Annisa

[Astagfirullah! Terus gimana dengan nilaiku, Sar? Apa tidak dikasih waktu buat ujian susulan?] tanyanya dengan sedih.

Annisa adalah sosok yang sangat peduli dengan nilainya, karena hanya itu yang bisa dia lakukan untuk membahagiakan orang tuanya. Maka tidak heran jika IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) nya selalu 3,5 keatas. Pernah sekali dia sakit karena IPnya (Indeks Prestasi) turun dari 3,68 jadi 3,3 walaupun IPK nya masih diatas 3,5.

[Sebenarnya, bapak ngasih kesempatan sampai jam 5 sore, tapi aku benaran lupa ngasih tau kamu. Maaf, ya, Nis, maaf.] Sarah sangat menyesali kebodohannya.

[Iya, tidak apa-apa, nanti aku coba chat pak Veri, minta keringanan.] balasnya dengan hembusan nafas panjang.

Annisa tidak pernah menyalahkan temannya jika itu berhubungan dengan tanggung jawabnya mengenai dosen. Setiap kali temannya ada keluhan tentang dosen, dia selalu memberikan solusi. Bahkan kerap kali turun tangan. Seperti yang terjadi saat liburan semester genap. Haikal teman satu kelasnya bermasalah karena kehadiran, lalu dia meminta bantuan pada Annisa. Annisa merelakan waktu liburannya demi membantu teman sekelasnya.

*Flashback on*

Saat Annisa sedang bermain dengan adik bungsunya, tiba-tiba ponselnya bunyi pertanda ada telpon masuk. Tertera nama Haikal sebagai penelpon.

“Nis, kamu kapan balik dari kampung?” tanyanya pada Annisa ketika sambungan telpon terhubung.

Keluarga Annisa merupakan keluarga yang sangat harmonis, maka tidak heran jika liburan dia lebih senang pulang kampung daripada jalan-jalan bareng temannya.

“Insya Allah, satu hari sebelum jadwal penawaran mata kuliah.” Jawabnya singkat.

“Aduh, Nis, nilaiku bermasalah….” Haikal menggantungkan kalimatnya, menunggu respon dari Annisa.

“Bermasalah kenapa? Apa kamu tidak kumpul tugas?” tanya Annisa penasaran. Dia heran karena Haikal adalah satu-satunya mahasiswa yang selalu bermasalah di akhir semester.

“Daftar hadirku banyak yang kosong, dosen tidak percaya sama aku. Dia minta ketua tingkat yang konfirmasi langsung.” Keluhnya berharap ada solusi dari Annisa.

“Ya, sudah, kamu tenang nanti aku coba bantu.” Jawaban Annisa mampu menenangkan hati Haikal.

“Terima kasih, ya, Nis. Kamu memang keting terbaik.” Pujinya pada Annisa.

Setelah percakapannya dengan Haikal via telpon, Annisa menyampaikan kepada orang tuanya bahwa dia akan balik di Kendari dua hari lagi. Annisa sengaja segera mengabari orang tuanya agar mereka bisa menyiapkan uang untuk beli tiket.

Annisa bukan dari keluarga berada, sehingga untuk keperluannya harus disampaikan jauh-jauh hari. Bapaknya hanya seorang tukang ojek, sedangkan mamanya hanya ibu rumah tangga. Dia anak ke tiga dari lima bersaudara. Kakak pertamanya sudah wisuda dan kerja di salah satu perusahaan milik pamannya di luar kota. Kakak keduanya hanya lulusan SMA, dan berada di luar kota juga. Satu adiknya kelas 2 SMA, sedangkan yang bungsu baru menginjak umur 2 tahun.

.

Hari kamis, Annisa berangkat ke kota Kendari. Disaat teman-temannya sedang asyik menikmati libur bersama keluarga, dia malah harus kembali menuju tanah rantau. Setelah mencium tangan mama dan memeluk adiknya, dia keluar dengan senyum yang dipaksakan. Dia berangkat menuju pelabuhan diantar oleh bapaknya.

“Kamu masuk sendiri saja di kapal ya, bapak hanya bisa antar sampai sini.” Ucap bapak Annisa sambil memberikan dos yang berisi beras dan kebutuhan lainnya untuk di kos nanti.

“Iya, pa, aku pamit dulu, ya.” Annisa menerima dos dari bapaknya dan mencium tangannya.

Annisa berbalik dan menuju kapal dengan embusan napas panjang. Hatinya sangat berat harus meninggalkan kota kelahirannya selama 6 bulan kedepan. Ya, dia hanya pulang 2 kali satu tahun yaitu pada libur semeter. Sebenarnya, orang tuanya meminta dia untuk pulang jika urusan selesai, toh kuliah masih 10 hari lagi. Tapi, bagi Annisa lebih baik menahan rindu daripada harus menyusahkan orang tuanya untuk beli tiket.

Selama kurang lebih 4 jam, kapal sudah berlabuh di kota perjuangannya.

‘Welcome kota Kendari, kota yang menjadi saksi perjuanganku’ gumam Annisa dalam hati.

Setibanya di kamar kos, dia tidak menunda-nunda waktu. Dia langsung saja menanyakan keberadaan Haikal.

[Kamu dimana Kal?, jadi nggak, kita ketemu dosen hari ini?] tulisnya mengirimi pesan pada Haikal.

[Jadi, Nis. Tapi, apa kamu tidak lelah?] tanyanya merasa tidak enak. Pasalnya, Annisa baru saja tiba dari kampung halamannya.

[Tidak, asal temanku bahagia, aku tidak akan pernah lelah.] balas Annisa dengan emoticon tertawa.

*Flashback off*

Setelah menyelesaikan tugasnya mengisi absen, Annisa istrahat sejenak untuk merenggangkan otak dan juga badan yang pega-pegal. Dia berusaha menutup mata, namun seolah mata ingin selalu melek. 2 jam sudah dia berusaha untuk tidur. Namum, tidak bisa karena kepikiran dengan nasib nilai Ilmu Tanahnya. Dia akan sangat terluka jika nilainya eror, mengingat perjuangannya saat praktikum sangat susah.

Sesaat dia teringat masa praktikum. Dia jadi ingat sama perhatian Veri. Dia mengingat semua kebaikan Veri. Sejak awal pertemuannya, Veri sangat perhatian padanya. Tanpa sadar mukanya memerah karena malu sendiri.

“Sadar, Nis! Pak Veri itu dosenmu!” ucapnya menggeleng-gelengkan kepala.

Annisa bangkit dan melihat jam baru jam 9 kurang 5 menit.

‘Belum jam 9, sebaiknya sekarang aku chat pak Veri saja.’ Gumamnya sambil meraih ponsel yang terletak di atas nakas.

[Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Mohon maaf mengganggu waktunya, pak. Aku Annisa Salsabila, mau konfirmasi perihal ujian Ilmu Tanah. Maaf, pak, saat ujian aku sedang sakit jadi tidak bisa ikut ujian dari bapak. Lalu, bagaimana solusinya, pak? Terima kasih.] tulisnya kemudian dikirimkan kepada Veri.

Lima menit Annisa menunggu, akhirnya dibalas oleh Veri.

[Apa kamu mahasiswa yang tidak tau sopan santun chat aku jam begini? Tidak ada ujian susulan. Nanti tahun depan saja kamu ujian!] balas Veri.

Balasan Veri sontak membuat Annisa kaget. Seumur-umur ,dia baru dapat chat dari dosen seperti ini dan dari dosen yang dia tidak sangka-sangka. Hingga tak terasa bulir bening berhasil lolos dari matanya. Sepanjang malam Annisa hanya menangis. Dia merutuki dirinya yang salah menilai perhatian Veri selama ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!