Ke Mall

Sepanjang jalan, Annisa hanya diam mendengarkan kakak beradik itu cerita. Dia tidak ada sama sekali ikut nimbrung sama mereka. Sampai pada akhirnya Sari menyapanya duluan.

“Kak Annisa, sibuk nggak, malam ini?” tanya Sari pada Annisa.

“Tidak dik, besok aku tidak ada kuliah. Emang kenapa ya?” tanya Annisa penasaran. Begitupun dengan Veri. Dia bingung apa maksud dari adiknya menanyakan kesibukan Annisa.

Sari berseru riang, “Yes …! Kak Annisa mau ya, temenin Sari belanja keperluan kampus. Soalnya, kak Veri nggak ngerti keperluan wanita. Kan, kak Sari sudah pernah jadi mahasiswa baru, jadi pasti kakak ngerti apa yang diperlukan.”

Sari bahagia mendengar penuturan Annisa yang tidak sibuk. Namun ada yang lebih bahagia mendengar permintaan Sari. Ya, Veri sangat senang dan berharap Annisa mengiyakan ajak Sari. Lain halnya dengan Annisa, dia bingung antara mau dengan tidak.

Dia bibingung. Jika menolak, tidak enak sama Sari. Tapi jika dia ikut, dia malu dan segan sama Veri. Lagian, bakalan gempar satu kampus kalau tau dia jalan bareng pak Veri. Tapi lagi-lagi rasa pedulinya kepada orang mengalahkan rasa malunya.

“Iya, boleh.” Jawab Annisa yang disambut senyum bahagia dari Sari, dan senyum tersembunyi dari Veri .

Setelah keperluan Sari terpenuhi, mereka ke kasir untuk membayar belanjaan Sari. Veri berjalan lebih dulu, sedangkan Sari dan Annisa di belakang. Mereka saling bercengkrama layaknya kakak adik. Sari sangat senang dengan keberadaan Annisa, karena dia sangat ingin punya kakak perempuan. Dia anak bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya laki-laki. Maka tidak heran bila Sari sangat manja.

“Kita makan dulu, ya! Baru pulang.” Ajak Veri kepada Annisa dan Sari.

Annisa menundukkan kepala. Dia ingin menolak makan ditempat itu, karena tempatnya sangat elit. Dia tidak bisa bayangkan bagaimana nanti memenuhi kebutuhannya jika uang bulanannya digunakan untuk makan di tempat seperti ini.

Seolah mengerti dengan pikiran Annisa, Veri langsung meneruskan kalimatnya. “Nanti aku yang traktir.” Lanjutnya.

“Yey ...! Asyik!” Sari kegirangan.

“Terima kasih, pak, tapi aku langsung pulang. Nanti makannya di kos saja.” Tolak Annisa sopan.

“Ah, kak Annisa tidak seru. Apa kakak tidak suka sama Sari hingga tidak mau makan bareng Sari dan kak Veri?” Sari menunjukkan mode ngambek.

“Tapi, dik ....” Belum selesai Annisa bicara, Sari langsung memasang wajah kecewa dan pergi pada kakaknya.

“Ya, sudah, deh.” Annisa pasrah. Dia tidak tega melihat gadis itu kecewa.

Setelah Annisa setuju untuk makan, mereka mencari tempat yang nyaman untuk memanjakan perut. Mereka memilih meja yang di pojok. Disana mereka bisa melihat kendaraan berlalu lalang karena tempatnya berada di lantai empat. Mereka memesan makanan dan Annisa menyerahkan semuanya pada Veri untuk memesan makanan mereka.

“Kamu pesan apa?” tanyanya pada Annisa.

“Terserah bapak saja.” Kata Annisa.

Veri tidak menanyakan adiknya mau pesan apa, karena dia sudah tau betul apa yang akan dipesan oleh adiknya. Veri memanggil pelayan dan memesan makanan, semua pesanannya berbahan dasar udang kecuali nasi. Mendengar pesanan Veri, Annisa ingin menolak namun malu dan takut karena sudah menyerahkan semuanya pada Veri. Mau tidak mau dia harus menerima semuanya.

Setelah pesanan datang, mereka menikmati hidangan dengan sangat lahap kecuali Annisa. Dia makan sangat hati-hati karena takut alerginya kambuh.

“Kak, kok tidak makan? Apa makannya tidak enak?” tanya Sari saat melihat Annisa hanya mengaduk-aduk nasi dan sesekali memasukkannya kedalam mulut.

“Tidak kok , ini enak.” Bohongnya.

‘Bismillah saja deh, semoga baik-baik saja.’ Gumamnya dalam hati.

Annisa tau, keputusannya kali ini akan berdampak buruk. Namun lebih buruk lagi apabila dia tidak memakan makanan yang sudah dipesankan oleh Veri. Walau bagaimanapun, dia sangat menghormati Veri sebagai dosennya. Namun pikirannya salah, justru dengan keputusannya itu, malah membuat Veri merasa bersalah.

Hari ini cuaca sangat cerah, namun tidak secerah perut Annisa. Sejak subuh dia terus saja bolak balik kamar mandi. Hal ini membuat sebagian teman kosnya mengomel. Kamar mandi yang di gunakan enam orang penghuni kos, seolah hari ini menjadi miliknya sendiri. Setelah urusannya dengan kamar mandi selesai, Annisa kembali berbaring di kamar kecilnya. Dia tidak masuk kuliah hari ini karena kondisinya tidak memungkinkan. Dia menuliskan pesan pada Sarah untuk izin tidak masuk kuliah.

[Sar, tolong izinin, ya. Aku tidak bisa masuk kuliah hari ini. Perutku sakit lagi.]

[Kamu kenapa lagi? Maagmu kambuh?] balas Sarah khawatir.

[Tidak. Semalam aku makan udang]

[Ya Allah! Annisa! Kamu itu bodoh banget sih! Sudah tau alergi udang masih saja dimakan. Apa kamu bosan hidup?] balas Sarah kesal. Dia tidak tau apa yang ada dipikiran sahabatnya itu hingga dia nekat makan udang, padahal dirinya sangat tahu tidak bisa menyentuh makanan tanpa tulang itu.

[Iya, anak pintar! Yang penting sekarang kamu izinin aku, ya. Aku benar-benar nggak bisa kemana-mana nih.] keluhnya.

[Ya sudah, nanti aku izinin sama dosen. Tapi kamu sudah izin sendiri juga, kan, sama dosen?] tanya Sarah memastikan. Pasalnya, jika Annisa tidak masuk kampus, dia akan izin sendiri pada dosen bersangkutan melalui chat.

[Ya elah Sar, kalau aku sudah izin, ngapain minta kamu izinin lagi?] kesal Annisa.

[Kan biasanya kamu gitu Nis, bilangnya izinin padahal udah chat dosennya.] Sarah tidak mau kalah.

Berkat jadi ketua tingkat, Annisa banyak dikenal oleh dosen. Maka tidak heran bila dia sakit langsung izin pada dosen yang bersangkutan, tanpa merepotkan temannya untuk menjelaskan secara detail apa penyakitnya.

[Bilang saja aku sakit perut.] tutupnya. Dia tidak lagi melihat pesan balasan dari Sarah karena harus segera ke kamar mandi lagi.

Baik Annisa maupun Sarah, lupa kalau hari ini pertemuan terakhir dari pak Veri sebagai dosen pengganti Ilmu Tanah. Jadi, hari ini akan diadakan ujian akhir dari Veri.

Setelah ujian yang menguras otak dan tenaga, Sarah dan teman-temannya berniat untuk menjenguk Annisa di kosannya. Namun sebelum menuju kesana, Sarah terlebih dahulu ke ruangan Veri untuk mengumpulkan hasil ujian dari teman-temannya.

“Assalamu’alaikum.” Salamnya ketika tiba di depan pintu ruangan Veri.

“Waalaikumsalam, silakan masuk!” jawab Veri dari dalam.

Setelah menyerahkan hasil ujian, Sarah kepikiran sama sahabatnya yang belum ujian.

“Maaf, pak, apa boleh Annisa ikut ujian susulan untuk mata kuliah ini?” tanyanya ragu-ragu pada Veri.

“Besok bapak balik ke Jakarta, karena waktu bapak untuk menggantikan pak Agus sudah selesai. Jadi, jika Annisa ingin dapat nilai ujian dimata kuliah ini, bapak tunggu sampai jam lima sore.” Jelasnya santai, padahal dalam lubuk hati yang paling dalam dia sangat kasihan pada pujaan hatinya itu.

“Baik, pak, aku permisi dulu.” Pamit Sarah.

Setelah selesai urusannya dengan Veri, Sarah bergabung dengan teman-temannya untuk menuju kossan Annisa. Tidak butuh waktu bagi mereka untuk sampai di kossan Annisa karena mereka pergi dengan menggunakan motor. Karena hari sudah sore, mereka pamit untuk pulang ke tempat masing-masing.

Setelah lama mereka berada di tempat Annisa, mereka undur diri untuk pulang. Mereka pulang meninggalkan Annisa yang sudah membaik, namun masih terlihat pucat, termasuk Sarah. Dia juga ikut pulang tanpa menyampaikan pesan dari Veri pada Annisa. Sarah lupa menyampaikan pesan penting itu pada sahabatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!