90 HD BAB 4 - Rasa Stroberi

Etnel menjitak kepala Serena lagi karena perempuan itu yang ingin menyelidiki orang tuanya sendiri.

"Auw..." Serena memegangi jidatnya. "Etnel..."

"Bukankah katamu orang tuamu jatuh cinta dan bahagia. Terus kenapa mencari tahu? Lebih baik kau tidak tahu apa-apa atau kau akan sakit hati," ucap Etnel memberi peringatan.

"Aku hanya ingin memastikan saja," balas Serena keras kepala.

"Kadang ada sesuatu yang lebih baik kita tidak perlu tahu," Etnel mengusap kepala Serena. "Aku akan pergi sebentar jadi tunggu aku!"

Etnel harus pergi karena melihat targetnya sudah datang. Kali ini dia harus menjadi agen ganda untuk menjual informasi pada dua kliennya.

"Kita lanjutkan pembicaraan kita setelah selesai, okay," Serena masih berusaha bernegoisasi.

Namun, Etnel tidak membalas permintaannya. Lelaki itu sudah pergi meninggalkan Serena karena lebih fokus melakukan pekerjaannya.

"Pokoknya aku harus tahu," ucap Serena seraya duduk di kursi bar. Dia akan menunggu Etnel di sana.

Ketika Serena duduk ada bartender yang datang untuk menawari Serena minum.

"Cocktail dan zaitun?" tanya bartender itu.

"Ya, aku sedang butuh banyak minum," jawab Serena.

Perempuan itu jadi membayangkan kalau sampai jadi menikah, pasti hidupnya akan hancur. Cerai akan dipersulit dan harus melihat perselingkuhan suaminya, parahnya dia hanya dihargai dengan pabrik tambang.

"Sialan, anjing kau!" umpat Serena pada calon suaminya. Dia tidak bisa menahan diri lagi untuk mengumpat padahal itu adalah kata terlarang yang tidak boleh dia ucapkan.

Bartender yang mendengar itu jadi tertawa karena Serena tidak begitu baik saat mengumpat, terdengar sangat kaku.

"Baru pertama kali mengumpat, Nona?" tanyanya. Dia memberikan cocktail dan zaitun yang sudah jadi.

"Memangnya kenapa?" Serena mengambil minumnya dengan mengerutkan keningnya dalam. "Apa terdengar aneh?"

Bartender itu mengangguk. "Sangat kaku!"

"Bajingan gila, biadab, setan!" Serena justru kembali mengumpat dan bertanya lagi. "Apa sekarang lumayan?"

Terdengar tawa dari bartender karena kelakuan Serena itu.

"Anda sangat lucu, Nona." Bartender itu mengulurkan satu tangannya. "Perkenalkan namaku Evan!"

Serena menerima uluran tangan itu dan menjabat tangannya. "Namaku Friday!"

Dia harus menggunakan nama samaran.

"Friday? Kau pasti lahir hari jumat, ya?" tanya Evan.

"Bukan, aku lahir hari sabtu. Hanya saja orang tuaku suka hari jumat," jawab Serena.

Lagi-lagi Evan tertawa karena jawaban tak terduga dari Serena.

"Anda memang benar-benar lucu, saya menyukainya," Evan bertepuk tangan karena jarang-jarang dia bisa tertawa seperti itu.

Serena sendiri tidak masalah ditertawakan padahal dia tidak sedang stand up comedy, toh Evan tidak bisa melihat wajahnya karena memakai topeng.

"Puas-puaslah kau tertawa di atas penderitaanku," ucapnya seraya meminum cocktail untuk kedua kalinya.

Pada saat itu Evan mengangkat gelas di tangannya.

"Kalau begitu, ayo kita bersulang!" ajak Evan.

Serena ikut mengangkat gelasnya namun saat gelasnya beradu dengan gelas Evan, ada yang mengalihkan atensinya.

Di jari Evan ada sebuah cincin yang dia kenal, cincin yang berlambang marga keluarganya, marga Chamberline.

"Dari mana kau mendapatkan cincin itu? Kau dari kalangan bangsawan?" tanya Serena to the point.

Evan melihat cincin di jemarinya dengan tersenyum sinis. "Ini hanya simbol saja, ayahku yang memberikannya."

"Ayahmu?" Serena semakin penasaran. "Berapa usiamu?"

"Tahun ini umurku dua puluh tahun, aku kuliah dan part time di acara seperti ini karena gajinya lumayan," jawab Evan.

Berarti Serena lebih tua empat tahun dari pada Evan. Lantas apa hubungannya Evan dengan keluarga Chamberline?

Ketika Serena ingin bertanya lagi, Evan tengah melayani tamu pesta lainnya.

"Apa ayah mempunyai keluarga lain?" gumam Serena menduga-duga.

Dia harus meminta bantuan Etnel untuk ini, Serena tidak akan tenang sebelum tahu siapa Evan sebenarnya.

"Lama menunggu? Ayo kita berdansa," ajak Etnel yang tiba-tiba datang.

"Bisakah kita kembali ke kamar?" Serena sedang tidak mood.

"Baiklah," Etnel akhirnya menuruti permintaan perempuan itu.

Tidak seperti biasanya yang banyak bertanya, Serena hanya diam saja. Dan hal itu membuat Etnel jadi keheranan.

"Apa kau sakit gigi?" tanya Etnel.

Serena menggeleng. "Aku hanya lelah, bisakah kau menggendongku?"

"Dasar gadis manja!" Etnel berjongkok supaya Serena bisa naik ke punggungnya.

Dengan senang hati Serena naik ke punggung lelaki itu.

"Apa aku berat?" tanya Serena.

"Lumayan," jawab Etnel singkat.

"Kenapa kau selalu menjawab seperti itu, kau harus menjawab lebih jelas," protes Serena seraya mengalungkan kedua tangannya di leher Etnel. Kemudian dia menyenderkan wajahnya ke punggung lelaki itu. "Apa kau benar tidak mau membantu menyelidiki keluargaku?"

"Jadi perubahan sikapmu karena memikirkan hal itu?" tanya Etnel.

Mereka sudah sampai di kamar, Etnel menekan password dan lelaki itu membawa Serena masuk yang masih berada di gendongannya.

"Kau ingat bartender di pesta tadi? Dia memakai cincin dengan lambang kebangsawanan keluargaku," ungkap Serena.

Etnel menurunkan perempuan itu di sofa, dia sebenarnya agak terkejut tapi berusaha bersikap biasa saja.

"Aku berpikir ayahku mempunyai keluarga lain," tambah Serena.

"Sudah, jangan dipikirkan. Lebih baik kau melupakannya," Etnel mengusap kepala perempuan itu. Dia tidak mau Serena menggali lebih dalam yang ujungnya akan membuatnya terluka.

Namun, Serena yang keras kepala tetap memaksa.

"Ayolah, aku akan mati penasaran," pinta Serena.

Etnel mendengus kasar. "Bayaranku sangat mahal, kau tidak akan mampu membayarnya!"

Mendengar itu, Serena justru merasa tertantang. Dia melepas high heels yang dipakainya lalu perlahan membuka bajunya.

Serena menyisakan pakaian dalamnya saja, dia ingin membayar Etnel menggunakan tubuhnya.

"Aku memang tidak bisa membayarmu dengan materi tapi aku akan membayarmu dengan kepuasan," Serena menarik kerah kemeja lelaki itu supaya Etnel condong ke arahnya.

Buru-buru perempuan itu menciumnya dan memutar tubuh Etnel supaya gantian yang duduk.

Ketika Etnel duduk, barulah Serena naik ke atas perut lelaki itu.

"Lucy memberiku banyak pengaman, ada berbagai rasa, bagaimana kalau kita mencoba yang rasa stroberi?" tanya Serena seraya menunduk dan mengecup bibir Etnel.

"Jangan menggodaku, Serena," lelaki itu berusaha menolak dan tangannya meraih pinggang Serena supaya Etnel bisa memindahkan tubuh perempuan itu.

Tapi, sebelum semua itu terjadi, Serena menggoyangkan bokongnya. Dia berharap milik Etnel bangun dan berdiri.

Rupanya usaha Serena berhasil, celana Etnel tampak mengembang.

"Wah, ada yang bangun," komentar Serena.

Sebenarnya Etnel sangat malu, dia memalingkan wajahnya. Tubuhnya berkhianat.

"Bagaimana, lanjut apa tidak?" Serena kali ini membuka bra yang dia kenakan.

Dua kates kalifornia bergoyang ke sana kemari dengan bebas.

Etnel menelan ludahnya beberapa kali sampai dia tidak tahan dan meraup dua kates kalifornia yang berada di hadapannya.

Seperti seorang bayi kehausan, Etnel melahapnya bergantian. Sementara Serena tampak menikmati dengan mengacak rambut lelaki itu.

"Aku pikir, rasa stroberi tidaklah buruk," ucap Etnel kemudian.

Terpopuler

Comments

🧸ᴊᴇꜱꜱɪᴄᴀ

🧸ᴊᴇꜱꜱɪᴄᴀ

untung namanya bukan popo dan momo juga ya 🤣🤣🤣🤣

2023-10-04

1

harmawati fathindy

harmawati fathindy

sampe 2x baca ini kates California baru paham...🤦🤣😂

2023-04-22

0

harmawati fathindy

harmawati fathindy

😂🤣🤣🤣 astaga...bahasa planet🤭

2023-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!