10. Arwah Penasaran Andini

Oaaaak... Oaaaaaak...

Tiba-tiba kini terdengar suara tangisan bayi yang datangnya entah dari mana,

Kak Risa kembali terlihat celingak-celinguk ke arah atas, di mana di atasnya adalah lantai dua rumahnya,

Bayi, jelas seharusnya tidak mungkin ada bayi di sana, maka jika malam ini tiba-tiba ada suara bayi...

"Ris..."

Ibu mendekati Risa, bersamaan dengan angin yang entah berhembus dari mana masuk ke dalam rumah,

Hembusan angin itupun membuat tirai kaca jendela rumah berukuran besar di ruang utama dan juga samping rumah yang menuju ke arah teras samping meriap-riap,

Kak Risa dan Ibunya yang kini saling menempel, tanpa terasa akhirnya saling berpegangan tangan, keduanya terlihat celingak-celinguk karena mulai merasakan energi tidak enak yang berada di dalam rumah mereka,

"Panggil Mbok dan pekerja yang lain saja Ris,"

Kata Ibu,

Kak Risa menggeleng-gelengkan kepalanya, jelas ia kini tak berani beranjak satu jengkal pun dari tempatnya berdiri,

Apalagi, dari sana ia juga melihat lampu di lantai dua seperti berkedip-kedip tidak jelas, ditambah sayup suara bayi yang entah dari mana itu terus saja terdengar,

Auuuuuu... auuuuuuu...

Lolongan suara anjing tetangga rumah ikut terdengar berselang-seling pula dengan suara tangisan bayi yang entah bayi siapa,

Sedangkan Kak Risa, hanya mendengar suara bayi saja kepalanya sudah langsung terisi bayangan-bayangan tentang Andini dengan bayinya yang berlumuran darah di dalam mimpi,

Tidak. Kak Risa menggelengkan kepalanya, rasanya ia tak mau jika mimpinya itu menjadi nyata,

Melihat Andini dan anaknya yang berlumuran darah hanya di dalam mimpi saja rasanya Kak Risa sudah tidak sanggup, apalagi jika harus di dalam kenyataan,

"Ris... Risa..."

Suara Ibu mulai seperti gemetaran, jelas Ibu juga mulai merasakan ketakutan sebagaimana diri Kak Risa,

Apalagi saat kemudian angin yang berhembus entah dari mana itu menyebarkan aroma bunga kantil,

"Riiis..."

Ibu mengeratkan pegangan tangannya pada tangan Kak Risa,

"Bu, baca doa Bu,"

Kata Kak Risa,

"Doa? Baca doa apa?"

Tanya Ibu,

"Ya doa untuk ngusir hantu Bu, ngusir arwah,"

Kata Kak Risa dengan nada seperti kesal,

"Aduh Ibu mana tahu Ris, Ibu tidak tahu yang begitu-begitu,"

Ujar Ibu,

"Lah Ibu, kan harusnya Ibu udah jadi Ibu-ibu harusnya tahu doa untuk ngusir hantu,"

"Memangnya jadi ibu-ibu harus tahu semuanya,"

"Ya iya!"

Keduanya akhirnya malah jadi debat tak jelas,

Kak Risa sewot Ibunya tidak seperti kebanyakan Ibu-ibu yang paham doa-doa, sementara Ibu kesal karena Kak Risa malah marah-marah padanya,

Oaaaak... oaaak...

Tangisan bayi yang semula sayup-sayup kini berubah seperti berada di dalam rumah, tepatnya di lantai dua rumah,

Kak Risa dan Ibu pun sama-sama kompak melihat ke arah tangga,

Ya, tangga rumah yang untuk menuju lantai dua, di mana di sana tanpa mereka sadari terlihat sesosok perempuan dengan rambut panjang terurai yang sebagiannya menutupi wajah kini berdiri di tengah-tengah sembari menggendong bayi,

Oaaak... oaaak...

Bayi yang penuh darah itu di dalam gendongan itu terus menangis, sementara sosok perempuan berambut panjang tersebut juga sama menangis darah,

"Jangan menangis Nak... jangan menangis lagi, maafkan Ibu karena kita jadi begini..."

Suara itu seperti menggema di sepenjuru rumah, meskipun Kak Risa dan Ibunya tak mampu mendengar, namun jelas mereka bisa merasakan kehadiran energi perempuan itu,

Ya perempuan itu, Andini.

...****************...

"Ajaklah mereka pergi bersamamu Andini, ajaklah mereka bersamamu, hihihi... hihihi... hihihi..."

Suara-suara dari begitu banyak hantu terdengar berisik terdengar dari berbagai sudut,

Baik yang ada di dalam rumah, maupun juga dari luar rumah,

Andini tampak melayang dengan menggendong anaknya yang berlumuran darah menuju lantai dua,

Lampu di sepanjang lorong tersebut kini tampak berkedip-kedip, sementara aroma bunga orang meninggal tercium begitu pekat di seluruh rumah, bahkan sampai ke dalam kamar Satria,

"Andini... Andini, maafkan aku... maafkan aku..."

Satria di dalam kamarnya, yang tampak sedang tertidur di atas karpet lantai kamarnya tampak mengigau,

Keringat dingin bahkan nyaris membuat seluruh tubuhnya basah,

Jelas di dalam mimpinya ia sedang bermimpi tentang Andini, perasaan bersalah yang begitu besar pada kekasihnya sesungguhnya telah membuatnya sangat tersiksa,

Ya, meskipun ia ada keraguan atas anak yang dikandung Andini, namun tetap saja hati kecilnya tak bisa mengelak jika sesungguhnya dialah yang telah merenggut kesucian Andini,

Jika toh Andini setelah itu juga bersama Panji, atau bersama laki-laki lain, tetap saja, yang pertama menodai Andini adalah dirinya, Satria.

Sementara itu, Andini yang masih sambil menggendong bayinya yang berlumuran darah tampak melayang ke atas tubuh Satria,

Pada awalnya ia hanya berdiri sambil menatap ke bawah, di mana Satria sedang tertidur dengan gelisah,

Namun, lama-lama tampak kemudian Andini berjongkok di atas dada Satria yang bidang, membuat pemuda itu semakin tampak gelisah dalam tidurnya,

"Tidak Andini... tidak... maafkan aku... jangan... jangan..."

Satria terus mengigau,

Andini meneteskan air matanya yang bercampur dengan darah,

Sungguh ia merasa dadanya kini begitu sesak seperti ditindih batu yang sangat besar,

Menyadari bahwa posisinya saat ini yang bukan lagi manusia, dan anaknya kini terlahir bukan juga sebagai manusia, membuat Andini begitu nelangsa,

Lagi-lagi, ia merasa begitu menyesali keputusannya mengakhiri hidupnya begitu saja,

Namun, dalam penyesalan itu pula, iapun juga merasa ada dendam karena amarah yang terus disulut dari suara-suara hantu di sekitarnya,

"Cekik dia Andini... cekik dia dan bawa bersamamu,"

"Ya Andini, dialah yang telah menodai mu pertama kali, dia pula yang harus membuatmu hamil di luar nikah,"

"Bunuh dia sekarang Andini, bunuh... bunuh..."

Suara-suara hantu di dalam rumah dan juga di luar rumah Satria begitu memekakkan telinga Andini,

Dan entah kemudian kekuatan apa yang tiba-tiba membuat Andini kini mengulurkan tangannya, lalu tangan itu mencekik leher Satria dengan kuat,

"Ah... agh... to... to... tolong."

Satria yang lehernya tiba-tiba dicekik matanya seketika terbuka lebar, dan betapa takutnya ia saat matanya melihat sosok Andini berada di atas tubuhnya,

Sosok itu berjongkok di atas dadanya, dengan tangan satu mencekiknya, dan tangan satunya menggendong anaknya yang berlumuran darah,

"Temani aku... temani aku Mas... aku takut sendirian, hihihi... hihihi..."

Andini cekikikan, seperti sebuah kekuatan lain merasuki dirinya,

Tampak Satria menggelinjang ke sana ke mari berusaha melepaskan diri, tapi cekikikan Andini nyatanya semakin lama semakin kuat, membuat Satria semakin lama juga semakin tak bisa bernafas,

"Ini anak kita Mas... ini buah cinta kita berdua, dia menginginkan kita berkumpul Mas, hihihihi... hihihi..."

...****************...

Terpopuler

Comments

Putrii Marfuah

Putrii Marfuah

dasar bang sat..ria...Wis entuk enake lali tanggungjawabe...skr tinggal terima aja diuber2 Ama Andini ..kira2 andiri kerumah Sat..ria naik apa ya? 🤔🤔🤔

2023-02-22

0

Susan

Susan

awas pipis celana kak Risa

2023-02-18

0

ALNIE

ALNIE

itu baru mimpi kak risa ....klo penampakan nya jauh lebih serem kak 👻👻👻👻*Andini beraksi 👻👻👻

2023-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!