3. Hantu Andini

Hari berlalu berganti malam, saat di rumah Andini kini tampak beberapa orang datang untuk mendoakan arwah Andini yang pagi tadi ditemukan gantung diri dan kemudian siangnya dikebumikan,

Banyak suara nyinyir tentang kematiannya yang dianggap tidak wajar, apalagi berita tentang Andini yang ternyata tengah berbadan dua ditambah ia juga gantung diri pun seketika membuat warga kampung heboh Andini akan menjadi kuntilanak,

"Dia pasti akan jadi kuntilanak atau sundel bolong,"

Begitu banyak suara miring terdengar dari warga kampung terkait meninggalnya Andini,

Ya, seperti yang banyak dipercayai warga plus enam dua, jika perempuan meninggal dalam keadaan sedang berbadan dua nanti pasti akan jadi hantu,

Ayah dan adik Andini pun mengetahui banyak suara seperti itu semakin merasa sedih, apalagi ditambah pula dengan kata-kata orang yang begitu jahat pada Andini,

"Dia mati bunuh diri akan masuk neraka,"

"Mati bunuh diri tidak boleh didoakan karena dia sudah jadi syetan,"

Suara-suara sumbang itu pun nyatanya membuat hati Ayah Andini sebagai orangtua begitu teriris, ditambah pula suara sumbang lain yang lebih jahat,

"Andini belum menikah, tapi sudah berbadan dua, dia hamil dengan pacarnya yang kaya tapi tidak direstui akhirnya bunuh diri,"

Sungguh menyakitkan, benar-benar menyakitkan hati Ayah Andini, tercabik-cabik hatinya mendengar semua kata-kata jahat warga kampungnya, yang itu berarti adalah tetangga dan juga beberapa di antaranya adalah masih keluarga besarnya,

Dan...

Sepi. Hanya beberapa orang tetangga dekat yang datang untuk mengikuti acara doa di rumah Andini,

Ayah tak hentinya meneteskan air mata mewakilkan kehancuran hatinya,

Di dalam kamar, Indah pun sama seperti sang Ayah, menangis tak henti-hentinya, menyayangkan apa yang telah dilakukan kakaknya,

Meskipun, Indah tahu setelah mendengar cerita Mas Panji, teman baik kakaknya, bahwa Orangtua dan kakak dari pacar Mbak Andini lah seharusnya yang paling bertanggungjawab atas apa yang akhirnya menimpa kakaknya,

"Dia dipermalukan di depan semua rekan kerjanya, dilempar alat tes kehamilan persis di wajahnya, ditunjuk-tunjuk dan dikatakan hanya memperalat Satria untuk bisa menjadi menantu orang kaya dengan pura-pura hamil dengan Satria,"

Kata Panji menceritakan apa yang baru saja dialami oleh Andini, hingga akhirnya ia depresi, keluar dari pekerjaannya dan akhirnya bunuh diri,

Sungguh Panji pun tak menyangka, jika Andini akan memilih mengakhiri hidupnya dengan cara yang begitu tragis,

"Mbak Andini, kenapa tidak kau bagi lukamu pada kami, kau anggap apa kami Mbak? Kami keluarga mu, kita menjadi keluarga adalah untuk saling mendukung dan menguatkan, kenapa kau malah memilih jalan seperti ini,"

Indah begitu sedih, ia duduk di depan meja rias sederhana yang dibuat sendiri oleh sang Ayah,

Indah pun menatap pantulan bayangannya di cermin, pantulan bayangan wajah yang sepanjang hari basah oleh air mata,

Hingga, tiba-tiba...

Saat di ruang depan rumah terdengar orang-orang yang tengah membaca doa, Indah sayup-sayup mendengar suara tangisan seorang perempuan di luar rumah, tepatnya dari arah belakang rumahnya,

Indah sejenak mengusap air matanya, dan tampak mengonsentrasikan telinganya untuk mendengarkan suara seperti tangisan perempuan tersebut,

Tangisan yang disertai rintihan tersebut terdengar begitu pilu di telinga Indah, suaranya sayup-sayup seperti terbawa angin saja,

"Indaaah... Ayah..."

Suara perempuan itu tiba-tiba terdengar memanggil Indah dan juga Ayah, suaranya yang semula seperti hanya sayup-sayup dari arah belakang rumah tiba-tiba jadi seperti di atas genteng rumah tepat di atas kamar Indah,

Tampak Indah yang kaget tiba-tiba ada yang memanggil dari atas genteng seketika berdiri dari duduknya,

"Indaaaah... Indaaaah... leherku sakit Ndaaah... sakiiiit,"

Suara itu terdengar lagi, yang makin jelas jika suara itu mirip suara kakaknya,

"Ah... Mbak... Mbak Andini,"

Indah dadanya seketika berdegup kencang,

Sekalipun seharian ini ia menangisi kakaknya, menangisi kepergiannya,

Tapi, jika ia kemudian kembali setelah dikuburkan, jelas itu terlalu menakutkan, dan Indah tak mau sama sekali bertemu dengannya,

Hingga...

Menyusul kemudian aroma daun pandan dan juga bunga tujuh rupa yang pagi tadi dicampurkan dengan air yang untuk memandikan jenazah kakaknya,

Aroma itu semakin lama semakin menyengat, membuat bulu kuduk Indah berdiri dan ketakutan semakin menjalar di sekujur tubuhnya,

"Indaaah... leherku sakiiiit Ndaah, tolooong... tolooong,"

Suara itu terdengar lagi, bersama dengan aroma wangi pandan dan bunga tujuh rupa yang memenuhi ruangan kamar Indah,

Tak mau melihat apa yang akan tampak kemudian, Indah pun segera mengambil langkah seribu,

Ia cepat berlari ke arah pintu kamar dan kemudian memanggil Ayahnya sambil berlari terus menuju ruang depan di mana sang Ayah kini sedang menggelar doa bersama untuk arwah Andini,

"Ayaaah... Ayah..."

Indah yang ketakutan tanpa menghiraukan ada beberapa orang di sana tampak masuk ke ruangan depan,

Ayah yang duduk dekat pintu memandangi Indah yang wajahnya begitu pucat dan ketakutan,

"Ada apa?"

Tanya Ayah bingung,

"Ayah, Mbak Andini, dia memanggil-manggil aku dari atas genteng, di atas kamar,"

Tutur Indah, yang tentu saja hal itu seketika membuat semua yang hadir untuk membacakan doa bagi Andini langsung menghentikan kegiatan mereka,

"And... Andini? Tidak... tidak mungkin Indah, itu pasti hanya perasaanmu saja,"

Ujar Ayah tergagap,

Tentu saja ia tak mau acara doa bersama yang sudah sepi karena banyak orang tak mau datang akan semakin bubar,

Tapi, sudah kepalang tanggung mereka yang ada di sana mendengar kata-kata Indah yang tampaknya tak sadar saat mengatakannya,

"Mak... maksudnya, Andi... Andini benar jadi han... hantu?"

Mereka orang-orang yang telah berbaik hati tetap hadir kemudian berdiri dan tampak panik,

Indah yang kemudian menyadari jika apa yang ia katakan membuat orang-orang yang ada di sana jadi ikut ketakutan seketika berusaha menghalangi mereka yang kini jadi berebutan pulang,

Ayah Andini juga tampak berusaha menahan mereka dan mencoba menjelaskan bahwa Indah pasti hanya bermimpi,

"Aduh maaf Bapak-bapak, ini Indah pasti hanya bermimpi, dia terlalu banyak memikirkan kakaknya seharian,"

Ujar Ayah,

"Maaf Pak Hasan, kami pamit saja ya Pak, maaf... maaf..."

Semua tetap bersikeras berpamitan pada Ayahnya Andini,

Ayah Andini pun seketika tertunduk lemas, saat melihat para bapak-bapak tetangganya satu persatu pergi untuk pulang ke rumah,

"Ma... Maaf Ayah, aku sungguh tadi..."

Indah jadi merasa menyesal dengan apa yang terjadi,

Tentu saja ia saking takutnya sampai tak sadar jika ia malah akan membuat warga semakin percaya jika Andini telah menjadi hantu.

Sementara itu, di kamar Indah tampak hantu Andini berdiri di depan cermin,

Tak ada lagi pantulan bayangannya di sana, ia kini telah menjadi makhluk lain, makhluk yang tak memiliki bayangan dan juga detak jantung, pun juga masa depan.

...****************...

Terpopuler

Comments

Irma Tjondroharto

Irma Tjondroharto

walah indah.. kok malah teriak2 gt.. ya pada takut to ya

2023-02-10

0

Putrii Marfuah

Putrii Marfuah

lagi khusyuk ngaji, malah dikasih cerita hantu...kaburlah semuanya

2023-02-08

1

Karoh Mucharomah

Karoh Mucharomah

andini lagi mau dandan ... biar tambah cetar... temuin kakaknya satria ndin... biar lari terkencing2

2023-02-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!