Auuuu... Auuuuuu...
Terdengar lolongan anjing di kejauhan, mengisi keheningan malam yang kini diguyur hujan gerimis tipis,
Andini tampak duduk di atas atap rumahnya seorang diri, melayang ke sana ke mari membuatnya semakin tak tahu harus bagaimana saat ini,
Hiks... hiks... hiks...
Andini terisak di atas atap rumahnya, menyadari betapa ia telah memutuskan melakukan bunuh diri nyatanya adalah sebuah kebodohan, Andini merasa begitu menyesal,
Di dalam rumah terdengar Indah yang masih membaca doa-doa, ia begitu ketakutan Andini akan datang lagi, dan hal itu membuat Andini semakin sedih,
Dengan keadaannya yang seperti saat ini, jelas ia tertolak bukan hanya di keluarga Satria, tapi juga di manapun, bahkan di dalam keluarganya sendiri,
"Bagaimana tidak jadi hantu, matinya saja gantung diri dan hamil di luar nikah,"
Suara sumbang terdengar di mana-mana,
Andini, menatap sekelilingnya lagi, di mana semua kini terlihat begitu gelap dan sepi,
Ia ingat Satria, ia ingat lagi semua yang dilakukan keluarga kekasihnya itu, Andini mengelus perutnya yang mulai membuncit,
Ya, karena anak dalam perutnya lah, yang akhirnya ia merasa tak ada pilihan lain selain bunuh diri,
Daripada ia harus membunuh bayinya saja, lebih baik ia membunuh dirinya juga agar tak sampai Ayahnya tahu dan malu,
Sayangnya, Andini lupa, jika saat seseorang mati tidak wajar, maka pihak kepolisian pasti akan mencari tahu apa penyebabnya,
Pemeriksaan akan digelar, dan apa yang ia tutupi tetap saja akhirnya terkuak,
Dan...
Ia, Andini tentu tak bisa membela diri, tak bisa menjelaskan pada siapapun agar mereka tak salah persepsi,
Andini kembali terisak, suara tangisnya didengar beberapa tetangga sekitar rumah Andini, dan mereka di dalam rumah begitu ketakutan,
Beberapa dari mereka bersembunyi di balik selimut di atas tempat tidur mereka, beberapa yang lain menutup telinga dengan bantal agar tak mendengar rintihan tangis Andini,
Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Aku tak bisa hidup sebagai manusia, pun juga aku tak mati dengan tenang.
Batin Andini di sela tangisnya,
Ia kemudian melayang dari atas atap rumah orangtuanya,
Ia pergi ke kuburan, di mana di sana tampak beberapa hantu lain,
Andini yang masih takut melihat hantu-hantu di sekitarnya, akhirnya memilih melayang pergi,
"Harusnya kau pergi ke rumah kekasihmu,"
Tiba-tiba sebuah suara tanpa wujud seolah berbisik pada Andini,
Tampak Andini pun berhenti melayang, hantu perempuan itupun lantas celingak-celinguk mencari pemilik suara,
Tapi...
Andini tak menemukan siapapun,
"Merekalah yang paling bertanggungjawab atas apa yang menimpamu,"
Suara itu kembali terdengar,
"Siapa... siapa kau?"
Tanya Andini dengan ekspresi takut,
"Kau tak akan menjadi seperti ini jika bukan karena mereka bukan? Keluarga Satria dan juga kekasihmu Satria, balaslah apa yang telah mereka perbuat padamu Andini, balaslah agar mereka jera,"
Kata suara tanpa rupa itu,
"Ingatlah saat dengan seenaknya mereka menghinamu di depan banyak karyawan lain, bagaimana mereka bersikap seolah-olah karena punya uang mereka bisa melakukan apapun seenaknya,"
Kata suara itu pula,
Setiap ucapannya yang seolah penuh kebencian dan kemarahan itu kemudian seperti membuat Andini melihat kejadian di hari itu diulang-ulang,
Berselang-seling dengan saat ia baru bertemu Satria, lalu akhirnya mereka jadi dekat dan kemudian melakukan kesalahan,
Andini tampak memegangi kepalanya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Cukup, sudah cukup, aku tersiksa..."
Pekik Andini yang seperti terus melihat peristiwa demi peristiwa yang akhirnya mengantarnya menjadi seperti saat ini,
Menjadi arwah penasaran, yang hidup tanpa arah tujuan, dan entah sampai kapan,
Andini melayang lagi, melayang mengikuti angin yang berhembus,
Seperti secarik kertas usang yang terbawa hembusan angin, yang melayang tak tahu mau ke mana.
...****************...
Di rumah Satria,
Tampak Satria yang sudah dilepaskan dari hukuman karena berita kematian Andini telah terdengar sampai ke rumahnya,
"Semua salahmu Kak, kenapa begitu kejam pada gadis itu,"
Begitulah Satria kembali mengamuk pada kakaknya,
Namun, sang kakak sama sekali tak bergeming,
Baginya, Andini bunuh diri adalah keputusan bodoh Andini sendiri, karena seharusnya, sebagai orang yang telah dewasa ia sudah tahu membedakan mana yang boleh ia lakukan dan tidak,
Sama halnya ia hamil di luar nikah, tentu harusnya ia sadar betul bahwa apa yang ia lakukan berisiko untuk menanggung malu,
Bukan hanya dirinya yang malu, tapi juga orangtuanya, saudara-saudaranya, dan juga apabila ia tetap nekat mempertahankan anaknya, maka juga kelak anaknya pun akan ikut malu,
"Setidaknya biarkan aku mengurus urusanku sendiri dengan Andini, kau dan Ibu tidak perlu ikut campur!"
Teriak Satria pada kakaknya saat akhirnya ia dilepaskan dari hukuman petang tadi,
"Kau? Mengurus urusanmu?"
Sinis sang kakak,
"Kau mengurus pabrik saja banyak yang salah, kerjaan mu yang hanya bolak-balik mengajak Andini keluar dan berdua di ruangan, kau pikir itu sikap laki-laki yang bisa dipercaya mengurus sesuatu dengan becus?"
Satria diam saja, tak tahu harus menjawab apa,
"Ibu sudah menyiapkan pernikahanmu dengan anak Koko Tji Kwang Min, atau biasa dipanggil Pak Rudi, dia akan berinvestasi banyak jika nanti jadi berbesan dengan Ibu,"
Satria yang mendengarnya menatap sang kakak,
"Apa maksudnya?"
Tanya Satria yang merasa kakak dan Ibunya benar-benar memaksa sekali mengatur seluruh apa yang ada pada Satria,
"Jika memang benar kau itu bisa mengurus apapun dengan baik, buktikan dengan menikahi anak pak Rudi, lalu jadikan pabrik kita lebih maju dan bisa membuka lapangan kerja lebih banyak!"
Ujar kakaknya Satria, membuat Satria semakin tenggelam dalam diamnya,
"Renungkan saja olehmu, dan berhentilah memikirkan Andini, dia sudah mati,"
Tambah sang kakak kepada Satria, membuat Satria kini hanya mampu menghela nafas,
Kenyataan bahwa selama ini ia memang hanyalah anak laki-laki yang manja dan hanya tahu senang-senang membuatnya merasa begitu tak berdaya saat sang kakak seperti membuka semuanya di depan mata,
Ah yah, semua pada akhirnya memang salahku, yang tak bisa mengurus semuanya dengan benar hingga tak berdaya untuk membela Andini, dan memperjuangkannya. Satria pun menjadi sedih,
"Perempuan itu, tak usah terlalu dipikirkan, sudah kubilang dia sudah mati, tak ada gunanya memikirkan orang yang sudah mati,"
"Dia mati dengan anakku, bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya?"
"Sudah kubilang berulangkali, siapa yang menjamin anak yang dikandungnya adalah anakmu? Dia ada teman dekat laki-laki lain, siapa tahu itu anaknya juga, kau rugi jika bertangungjawab sementara ternyata anak di kandungan Andini adalah anak laki-laki lain, bukan?"
Satria pun kembali terdiam, kenyataan ia memang sering melihat Andini juga bersama Panji membuat Satria menjadi ikut meragukan kehamilan Andini bahwa ialah satu-satunya yang harus bertanggungjawab.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Putrii Marfuah
cowok lbek nih satria..berani berbuat bisanya cuci tangan.
sebelum bertindak, baiknya dipikirlam dulu baik buruknya..karena endingnya pasti penyesalan KLO grusa grusu...ora mutu
2023-02-13
0
Ela Jutek
bego amat tuh Satria, lemah gak bisa melawan cekek aja Ndin
2023-02-12
0
🍁𝕬𝖓𝖉𝖎𝖓𝖎•𖣤᭄æ⃝᷍𝖒❣️HIAT
buat kakanya satria jatuh cinta sama laki2 biar dia tau rasanya kayak apa kalo lagi kasmaran jangan tau nya cuma komen yg gk bener aja..
2023-02-12
0