Dengan setengah diseret, akhinya Abqari masuk ke dalam ruang introgasi yang sudah dipersiapkan oleh tim penyidik.
Kini Abqari duduk di sebuah kursi dimana di sebrang meja duduk pula detektif Egan dan Keiko yang sudah siap dengan segala pertanyaan mereka terkait kasus kali ini.
“Kita mulai saja ya,” ujar detektif Keiko membuka sesi introgasi kali ini.
“Anda ada dimana saat malam kejadian itu?“ tanya detektif Egan.
“Maksud anda?“ Balas Abqari.
“Ayolah Abqari. Kita tahu alasan kita bertiga duduk di ruangan ini,” ujar detektif Egan.
“Oh, maksud anda malam pembunuhan si Tania bodoh itu,” ujar Abqari dengan nada merendahkan.
“Kenapa anda menyebut korban dengan kata bodoh?“ tanya detektif Keiko.
“Tentu aja dia itu sangat bodoh. Bagaimana mungkin seorang wanita bayaran macam dia meminta saya untuk menikahinya, bahkan dia mengancam akan melaporkan apa yang kami lakukan kepada istri saya,” ujar Abqari penuh emosi.
"Bagaimana kamu bisa memanggil orang lain bodoh. Sementara kamu melakukan hal itu bersamaan dengan orangn yang kamu sebut bodoh," ujar detektif Keiko penuh emosi mendengar seorang perempuan direndahkan.
"Kenapa anda begitu marah?" timpal Abqari dengan nada meledek.
"Tolong hargai rekan saya. Karena saya juga bisa marah," ujar detektif Egan sambil menarik kerah baju Abqari setelah mencondongkan tubuhnya melintasi meja diantara dirinya dan Abqari.
"Kita kembali ke pertanyaan kami yang paling pertama tadi, dimana anda saat kejadian malam itu?" ujar detektif Keiko berusaha melerai detektif Egan dan Abqari.
"Saat itu saya sedang di rumah. Nonton film kesukaan saya yang saya putar hampir tiap minggi," jawab Abqari sambil merapikan bajunya yang acak-acakan karena diserang detektif Egan tadi.
"Apa saat itu anda sedang bersama dengan istri anda?" tanya detektif Keiko.
"Sayang sekali tidak. Malam itu saya nonton sendirian dan istri saya sedang pergi bersama taman-temannya karena ada yang ulang tahun hari itu," jawab Abqari dengan santai.
"Sungguh sangat sayang sekali. Kami tak bisa mencoret anda dari daftar tersangka kami pak Abqari," timpal detektif Egan sambil menyeringai.
"Saya tak perduli. Karena saya yakin tidak terlibat dengan kasus ini. Saya tidak melakukan hal itu kepada perempuan bodoh itu," jawab Abqari masih dengan gaya santainya.
"Kalau begitu, dengan segala rasa hormat kami minta sample DNA dari anda," ujar detektif Keiko sambil meletakan satu kantong berisi catton bud untuk mengambil sampel DNA.
Dengan santai Abqari mengambil kantong itu, membuka dan mengeluarkan cutton bud itu lalu memasukkannya ke dalam mulutnya, mengambil beberapa sampel.
“Ada lagi yang saya perlu ambil untuk kalian tes DNA nya?“ tanya Abqari sambil meletakan cutton bud itu di atas meja.
"Sepertinya anda sudah sangat mahir dalam mengerjakan hal ini," ujar detektif Egan sambil merapikan sampel yang sudah diambil.
"Apa itu sebuah masalah besar untuk anda?" tanya Abqari.
"Sepertinya anda memang suka berselisih dengan kami ya," detektif Egan kembali bereaksi.
Karena sudah menyelesaikan interogasi mereka dan Abqari masih berstatus sebagai tersangka maka mereka tidak bisa menahan Abqari lebih lama.
“Jadi, ada lagi yang saya bisa bantu?“ tanya Abqari dengan nada mencela.
“Untuk saat ini tidak ada lagi. Kami ucapkan banyak terima kasih,” balas detektif Egan tak kalah sengit dan seakan meremehkan.
Abqari lalu keluar dari ruang interogasi dengan sombong karena tahu bahwa para detektif tidak bisa menahannya.
"Gemes banget gue lihat gayanya si Abqari," gerutu detektif Egan.
"Sama gue juga. Tapi apa kamu harus tahan emosi kamu itu. Kamu bisa bikin penyelidikan kita bermasalah," ujar detektif Keiko berusaha mengingatkan rekannya itu.
"Gue yakin dia pelakunya," ujar detektif Egan penuh kemarahan.
"Mana bisa begitu. Kita harus meneliti dengan baik dulu baru kita putuskan siapa yang benar-benar bersalah," ujar detektif Keiko berusaha netral walau pun dia juga tidak suka dengan sikap Abqari.
"Yang penting, sekarang kita bawa sampel DNA ini ke Birdella buat dia teliti," detektif Egan penuh semangat.
"Ini coba lo cek," ujar detektif Egan menyerahkan kantong sampel DNA dari Abqari.
"Punya siapa ini?" tanya Birdella.
"Pelaku kita nomer satu," jawab detektif Keiko.
"Siapa namanya?"
"Abqari, mantan atasan korban kita," jawab detektif Egan.
"Oke. Aku bakal periksa sampel ini dengan cepat. Semoga segera keluar hasilnya," ujar Birdella dan mulai memisahkan alat-alat pengambilan sample.
"Kalau ada hasilnya, mohon kabarin kita secepetnya," pinta detektif Keiko.
"Pasti," jawab Birdella.
Kedua detektif itu pun meninggalkan ruangan Birdella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments