Hari ini, sesuai permintaan Detektif Egan dan Keiko, Bapak cahyo dan ibu Maria datang ke kantor forensik.
Keduanya di sambut baik oleh Detektif Egan dan Keiko.
“Bagaimana kabarnya pak Cahyo?“ tanya Egan berbasa-basi.
“Apakah menurut anda, saya terlihat baik-baik saja?“ pak Cahyo membalas dengan ketus.
Mendengaf jawaban itu, Egan tak melanjutkan labi basa-basinya. Dia dan Keiko membawa pak Cayho dan istrinya masuk ke runagna Birdella, tempat dimana mayat Tajia masih di indentifikasi memalui DNA serta masih dicari tahu apa penyebab sesungguhnya dari kematian Tania.
“Masuk!“ terddengar suara Birdella dari dalam ruangan mempersilahkan mereka maxuk.
“Della. Orang tua korban kita, datang,” ujar Keiko.
“Persilahkan mereka masuk dan melihat korban,” balas Birdella dengan tenang.
“Kami mohon kerjasamanya,” ujar Egan berusaha menguasai dirinya sendiri karena dia tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
Pak Cahyo dan bu Maria memasuki ruangan dengan tetap di kawal oleh detektif Egan dan Keiko.
Berlahan kedua orang itu berjalan mendekat ke sebuah meja otopsi yang berada di tengah ruangan. Cahaya terang dari operating light yang berada tepat di atas tempat mayat itu berbaring.
“Della, tolong,” Egan memberi kode.
Dengan pelan dan hati-hati Birdella membuka kain yang menutupi mayat itu hingga kebagian kepala sang mayat.
Seketika jeritan dari bu Maria terdengar memenuhi ruangan, Egan memejamkan mata hampir tak kuat melihat dan mendengar reaksi dari bu Maria.
Dengan sigap, pak Cahyo menangkap istrinya yang hampir jatuh karena lemas dan memeluknya dengan erat.
“Benar, itu putri kami. Tania Akbar,” ucap pak Cahyo dengan suara bergetar namun dia tetap berusaha tegap berdiri.
“Anda yakin seratus persen?“ Keiko berusaha memastikan.
“Iya. Saya yakin seratus persen,” jawab pak Cahyo lagi.
“Kalau begitu, bapak bisa ikut saya untuk membuat surah pernyataan,” Keiko meminta persetujuan dari pak Cahyo.
“Bolehkah beri kami beberapa saat lagi untuk bersama Tania, anak kami?“ ujar pak Cahyo yang masih memeluk erat istrinya.
Entah dia yang sedang menguatkan istrinyz atau sebenarnya dialah yang sedang berpegangan kepada istrinya untuk menguatkan diri.
Kedua mata pak Cahyo telah penuh dengan air mata yang telah ditahannya sejsk tadi, sementara bu Maria telah pecah tangisannya sejak kain penutup telah dibuka sebatas leher Tania.
“Menurutku, berikan waktu intim kepada ketiganya untuk beberapa saat,” ujar Egan.
“Iya, itu ide yang bagus,” sambut Keiko.
“Kalian pergilah. Siapkan apa pun yang perlu kalian lakukan nanti. Aku akan menemani merek bertiga di sini,” Birdella menawarkan diri.
“Terima kasih banyak, della.“
“Pak Cahyo, kami akan meninggalkan anda san istri anda di sini,” Egan berbisik.
“Terima kasih.“ Pak Cahyo menoleh ke arah Egan beberapa detik, lalu kembali meletakan pandangannya ke mayat Tania yang masih terbaring kaku di atas meja otopsi yang masih diteranging lampu operasi yang terpasang tepat di atas tubuhnya.
Detektif Egan dan Keiko segera keluar dari ruang otopsi untuk membersiapkan beberapa pertanyaan dan menyiapkan surat pernyataan dari pak Cahyo.
“Bagaimana rasanya, melihat orang yang kita sayangi terbujur kaku di hadapan kita? Terlebih lagi dia adalah anak kita,” ujar Egan dengan pandangan kosong di ruang introgasinyang sudah mereka persiapkan.
“Kadang gue ngerasa, lo tuh ngga cocok ada di divisi ini, gan,” ujar Keiko yang duduk di sebelahnya.
“Iya, kadang aku juga mikir kayak gitu. Tapi untuk meninggalkan divisi ini juga berat bagiku.“ Egan menghela nafasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Alluka
egan ini diem2 sensitif kayak tespect. 🤭
2023-02-27
3