Detektif Egan dan Keiko sedang menyantap hot dog di pinggir jalan, untuk makan siang kilat mereka ketika sebuah telepon masuk ke ponsel Egan.
"Iya, del!" ujarnya.
"Kalian udah beres makan siang, belum?" tanya Birdella.
"Ini kita lagi makan hot dog. Mau gue bawain ke tempat lo nanti?" tanya Egan lalu dia menyedot cola yang sejak tadi dia tenteng.
"Ngga usah, makasih. Tadi gue udah makan gimbab,"
"Beli gimbab dimana?" tanya Egan.
"Di mini market bawah." Jawab Birdella.
"Mereka jual gimbab?"
"Jual. Udah lama mereka jual, enak pula."
"Ngomong-ngomong, lo ngapain ngehubungin gue? Sekedar nanya udah makan siang apa belum, atau... ?" tanya Egan.
"Ngga gitu. Kalau kalian udah selesai makan siang, cepet deh mampir ke ruangan gue ya," ujar Birdella.
"Apa udah ada perkembangan?"
"Iya. Beberapa hasil pemeriksaan udah keluar. Makanya kalian ke sini deh."
"Oke!"
Egan memutus hubungan telepon keduanya.
"Birdella bilang apa?" tanya Keiko
"Beberapa hasil pemeriksaan udah keluar, kita disuruh ke sana sama dia."
"Ya udah, cepetan deh lo makannya," balas Keiko, sekalian membuang sampah gelas kertas bekas minumnya.
*****
"Jadi, hasil apa aja yang udah keluar?" tanya Egan begitu masuk ke ruang otopsi.
"Seperti dugaan gue sejak awal, korban mati karena kehabisan oksigen, dan setelah gue periksa lebih seksama lagi, gue menemukan ada bekas jerat di leher korban," ujar Birdella lalu menyerahkan sebuah map berwarna coklat kepada Egan.
"Udah tahu, apa yang digunakan pelaku untuk menjerat leher korban?" tanya Keiko.
"Melihat dari jejak di leher korban, dari motifnya yang tertera di leher kerban, menunjukan itu adalah seutas tali. Kemungkinan tali tambang berukuran kecil," Birdella berusaha menjabarkan sebuah kemungkinan dari apa yang dia teliti.
"Jadi nama korban kita, Tania Akbar?!" ujar Keiko, melempar pandangannya dari berkas ke tubuh korban yang terbujur diatas meja otopsi.
"Ya, menurut data base sih, begitu," jawab Birdella.
"Lo dapet dari mana semua data korban ini?" tanya Egan.
"Gue ambil dari sidik jari korban, terus masukin ke data base milik kepolisian. Karena sidik jari korba memiliki bentuk yang berbeda-beda di tiap manusia. Terlebih lagi saat ini tiap sidik jari pun udah ada data base sendiri di tiap kepolisian."
“Jadi kapan waktu resmi kematian korban?“ Egan bertanya.
“Dilihat dari tanda-tanda kematian, badannya udah kaku banget, bahkan gue butuh usaha lebih untuk meluruskan salah satunya yang terlipat, gue bisa pastikan waktu kematiannya antara satu sampai dua hari yang lalu, karena udah muncul juga tanda pembusukan walau belum jelas,” jawab Birdella menerangkan dari sisi ilmu pengetahuan yang dia kuasai.
"Ada lagi info yang perlu kita tau, sampai saat ini?" tanya Egan.
"Ada sisa cairan di alat kelamin korban," ujar Birdella
"Jadi, sebelum korban meninggal, dia diruda paksa terlebih dahulu oleh pelaku?! dasar sinting!" umpat Keiko.
"Sebenernya akan mudah menemukan pelakunya dari cairan semen yang dia tinggalkan di tubuh korban tapi gue butuh DNA pelaku buat gue cocokin sama sample yang ada," ujar Birdella lagi.
"Tapi, tersangka aja belum kita dapet sama sekali," timpal Keiko.
"Kita punya satu tersangka," ujar Egan.
"Maksud lo, Arya?" ucap Keiko.
"Iya, kita bisa masukin dia ke dalam list tersangaka. Dia orang yang pertama kali ada di TKP," balas Egan.
"Berarti kita harus minta DNA-nya," ujar Keiko.
"Kalo kalian bisa, lebih cepat akan lebih baik," sambut Birdella.
"Akan lebih baik kalo kita gali informasi lebih dalam dan lebih luas dulu," ujar Keiko.
"Gue setuju," Birdella mengemukakan pendapatnya.
"Lagi pula, kita perlu menyampaikan kabar penemuan ini kepada keluarga korban," tambah Keiko.
"Ah, gue benci banget kalo harus ketemu kelurga korban dan menyampaikan kabar buruk kayak gini." Wajah dan gerak gerik Egan terlihat sangat tidak nyaman.
"Tapi, bagaimana pun kita harus mengabari keluarga korban," ucap Keiko sambil membolak balik berkas yang ada di dalam map.
"Coba kita cek dulu, apa ada laporan orang hilang beberapa hari ini," ujar Egan, lalu mengecek data base laporan yang terhubung di laboratorium tempat Birdella melakukan pekerjaannya.
"Ngga ada! Sejauh sebulan kebelakang, ngga ada laporan orang hilang satupun di wilayah kerja kita inj," ujar Egan lagi.
Matanya belum terlepas dari layar komputer. Berkali-kali dia menaik dan menurunkan daftar yang ada di layar komputer, meneliti dengan baik.
"Berarti orang tuanya ngga tau, kalo dia hilang? Apalagi meninggal?!" Keiko berpikir dalam kengerian.
"Bagaimana pun kita memang harus pergi ke rumah korban."
*****
Mobil Egan berhenti tepat di depan sebuah rumah bergaya pedesaan, mungkin karena lokasi rumah itu memang berada di pinggiran ibu kota.
"Lo udah siap?" Keiko bertanya kepada rekannya yang sedang duduk di belakang kemudi, menyandarkan kepala di atas sandaran kepala jok mobil.
"Kasih gue waktu lima menit lagi," Egan menarik nafas dalam, memejamkan matanya dan berusaha untuk santai.
Keiko memberi waktu dan ruang untuk rekannya itu, agar bisa menggendalikan dirinya, karena Keiko tahu, dati semua tugas sebagai detektif, bagi Egan tugas seperti ini adalah tugas paling berat untuk dia jalani.
Disaat yang bersamaan, Keiko membunuh waktunya dengan meneliti kembali tiap lembar laporan lab yang diberikan oleh Birdella tadi.
Egan mengangkat kepalanya dan menegakkan tubuhnya yang selama lebih dari lima menit tersandar pada jok mobil yang dia miringkan posisinya.
"Yuk! Gue udah siap!" ujar Egan dengan Yakin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
mama galaau
apakah keluarga korban sebenernya udah tau??
kira2 kekasih korban siapa ya??
2023-10-12
0
Neromanga
ada typo itu di akhir dialog
2023-08-09
1
Alluka
pasti keluarga korban sedih banget 😭😭😭
2023-02-13
3