bab 6. memulai investigasi

Pintu introgasi tempag detektif Egan dan Keiko menunghu diketuk seseorang dari luar.

“Masuk!“ ujar Egan dari dalam ruangan.

Beberapa detik kemudian, pintu ruang introgerasi itu di buka. Ternyata seorang petugas kepolisian yang mengetuk, mengatarkan pak Cahyo dan bu Maria.

Detektif Egan segera berdiri dan mendekat ke arah pintu serta menyambut pak Cahyo dan bu Maria.

“Silahkan masuk pak Cahyo dan bu Maria,” ujar detektif Egan sambil berusaha menuntun bu Maria yang sepertinya sudah kehilangan semua energinya.

Detektif Keiko menarik kursi yang berada di sebrang tempat dia duduk tadi, lalu mempersilahkan bu Maria dan pak Cahyo duduk.

“Kami tahu, anda sedang berduka pak Cahyo. Tapi kami butuh bantuan dari anda dan ibu Maria demi terpecahnya kasus ini, agar kami bisa menemukan siapa yang melakukan ini kepada Tania, anak anda.“ Detektif Egan memulai semua.

“Tanyakan apa pun yang ingin anda ketahui. Kami ingin pembunuh anak kami tertangkap,” ujar pak Cahyo penuh dengan rasa dendam.

“Untuk awalnya, kaki mohon anda membuat surat pernyataan bahwa benar, mayat yang ada di ruang otopsi itu adalah Tania Akbar, anak anda,” ujar detektif Keiko.

Tanpa menunggu lama dan banyak bertanya, pak Cahyo langsung membuat surat pernyataan di atas selemar kertas dan membubuhi tanda tangannya di akhir surat pernyataan tersebut.

Pak Cahyo meyerahkan surat pernyataan itu kepada dekektif Keiko yang kini sudah duduk kembali di kursinya yang berada di sebrang pak Cahyo dan bu Maria.

“Terima kasih banyak pak Cahyo,” ujar detektif Keiko yang mengambil surat pernyataan itu.

“Kami akan mulai mengajukna beberapa pertanyaan, mohon kerjasamanya,” ujar detektif Egan.

“Kapan terakhir kali anda berkomunikasi dengan korban?“ detektif Egan memulai sesi wawancara.

“Kira-kira tiga hari lalu,” jawab pak Cahyo.

“Apa ada yang aneh dari obrolan terkahir kali?“ tanya detektif Egan lagi.

“Seingat saya, semua tampak baik-baik saja. Tak ada yang aneh,” timpal pak Cahyo.

“Apakah korban mengatakan akan kemana?“ kali ini detektif Keiko yang mengajukan pertanyaan.

“Dia bilang akan keluar kota, ada pekerjaan mendadak dari kantor. Makanya walau hari libur dia tetap harus pergi,” pak Cahyo berusaha mengingat.

“Dia bilang mau kemana?“ lagi-lagi detektif Egan bertanya.

“Tidak. Dia hanya bilang akan mengirim uangnya lusa. Setelah pekerjaannya beres,” jawab pak Cahyo lagi.

“Uang? Uang apa?“ detektif Keiko mulai terusik rasa ingin tahunya.

“Uang untuk sekolah adiknya. Selama ini memang dia yang menopang keuangan kami.“

“Sejak suamiku kecelakaan, Tania adalah orang yang menggantikan tugas suami saya sebagai tulang punggungn keluarga.“

“Maka dari itu, dia bertekad untuk pergi ke kota untuk bekerja.“

“Apa pekerjaan korban?“ tanya detektif Egan.

“Dia bekerja sebagai teller di salah satu bank di ibu kota,” bu Maria menjawab.

“Bank apa?“ tanya detektif Keiko.

“Bank Sejatera Selalu.“

“Bank yang cukup ternama,” timpal detektif Egan.

“Betul. Saat pertama kali dia mengetahui akan bekerja di sana, dia terlihat begitu bahagia.“ pak Cahyo seperti sedang merasakan rasa yang sama saat tahun lalu.

“Apakah ada orang yangada curigai melakukan hal ini?“ tanya detektif Keiko.

Pak Cahyo dan bu Maria terdiam sejenak, seolah sedang meneliti baik-baik tentang beberapa orang yang berada di sekitaran Tania.

“Bagaimana menurut ibu tentang Romeo?“ tanya pak Cahyo ke istrinya.

“Pacarnya Tania?“ Bu Maria berusaha memvalidasi.

“Bukankah pacar juga bisa dianggap orang yang paling mungkin melakukan hal tak baik?“ tahya pak Cahyo ke detektif Keiko.

“Tentu saja, tapi tetap harus ada dasarnya,” jawab detektif Keiko.

“Beberapa bulan lalu, Tania menelpon saya dan mengatakan mulai merasa hidupnya terlalu dibayang-bayangi oleh Romeo. Seolah dia mengontrol hidup Tania,” ujar pak Cahyo.

“Bisa beri tahu kami nama lengkap Romeo!?“ ujar detektif Keiko.

“Romeo Soeratno!“

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***