Sesaui dengan petunjuk yang di berikanoleb pak Cahyo dan ibu Maria, detektif Egan dan Keiko pun mulai melqkukan penyeledikan terhadap Romeo Soeratman selaku kekasih korban.
Karena tidak memiliki surat pengeledahan maka kedua detektif ini hanya bisa menunggu di depan gerbang rumah Romeo yang terlihat cukup megah.
“Sepertinya dia bukan orang sembarangan,” ujar detektif Egan.
“Bisa kita lihat dari rumahnya ini,” timpal detektif Keiko.
“Berapa lama kita akan menunggu di sini?“ gerutu detektif Egan.
“Sabarlah! Kita baru menunggu dia di sini selama… dua jam setengah,” ujar detektif Keiko sambil melirik jam tangannya.
“Pantes aja, kopi aku sudah ngga panas lagi,” detektif Egan mulai sarkasme.
Detektif Egan baru saja menyeruput kopinya yang sudah dingin ketika detektif Keiko memberinya kode untuk turun dari monil karena Romeo sudah keluar dari rumahnya dengan mengendatarai sepeda motor besar.
Dengan cepat Egan menghampiri Romeo dan berusaha menghentikan laju motor besar yang sedang dikendarai oleh Romeo.
“Ada apa ini!“ hardik Romeo yang kaget melihat seseorang menghadang jalannya.
“Maaf tuan Romeo. Kami perlu berbicara dengan anda,” ujar detektif Keiko.
“Saya sedang ada urusan mendesak. Bicaranya nanti saja,” jawab Romeo ketus.
“Apakah urusan anda lebih penting dari Tania Akbar?“ tanya detektif Egan.
“Tentu saja,” jawab Romeo tak kalah ketus.
“Kenapa begitu?“ tanya detektif Keiko lembut.
“Saya akan bertemu dengan calon pacar saya. Sementara hubungan saya dengan Tania sudah selesai,” jawab Romeo lagi gelisah dan melirik jam tangannya berkali-kali.
“Jam tangan yahg bagus,” ujar detektif Egan.
“Tentu saja. Ini pemberian ayahku. Ngomong-ngomong, kalian siapa?“ tanya Romeo.
“Kami dekektif dari kepolisian. Saya detektif Egan, ini rekan saya detektif Keiko,” Detektif Egan memperkenalkan diri.
“Hah? Detektif? Saya tak melakukan apa pun,” tiba-tiba Romeo mengatakan hal ini.
“Anda sepertinya yakin sekali,” ujar detektif Egan.
“Ya!“ jawab Romeo lagi.
“Kapan terkahir anda berkomunikasi denga Tania?“ tanya detektif Keiko.
“Terkahir kali? Coba saya ingat-ingat dulu…. “ wajah Romeo terlihat begitu serius lalu dia kembali berkata, “sekitar seminggu lalu.“
“Yakin setelah itu, anda tak pernah berkomunikasi lagi dengan Tania?“ Keiko kembali bertanya.
“Tentu saja saya yakin. Hari itu dia ingin bertemu saya tapi saya tidak bisa karena harus menghadiri pertemuan dengan komisaris di perusahaan orang tu saya,” jawab Romeo.
“Apa ada saksi yang bisa kami tanyai?“ tanya Egan.
“Silahkan saja. Ini alamat kantor orang tua saya. Datanglah ke sana dan tanyakan keberadaan saya. Ada puluhan orang yang bisa menjadi saksi untuk saya.“ Romeo terlihat sangat percaya diri sambil memberikan selembar kantu sama dengan tertulis nama di atasnya dan alamat kantornya.
Detektif Egan membulak balik kartu nama itu lalu memasukan ke dalam saku celanannya.
“Sebenarnya ada apa ini? Kenapankalian menanyakan soal hubunganku dengan Tania?“ tanya Romeo.
“Akhirnya anda merasa penasaran,” ujar detektif Egan.
“Oh tentu saja. Saya diberhentikan di depan rumahku sendiri dan anda bertanya soal Tania, bagaimana saya tidak penasaran,” ujar Romeo.
“Tiga hari lalu, kami menemukan Tania Akbar di salah satu bukit,” ujar detektif Keiko.
“Lalu?“ tanya Romeo lagi.
“Mungkin anda bisa memberitahu kami apa yang selanjutnya terjadi!?“ detektif Egan berusaha mengorek informasi.
“Jangan main-main dengan saya. Saya bertanya kepada anda, kenapa jadi anda mengajak saya bermain tebak-tebakan.“ Jelas sekali kemarahan tergambar di wajah Romeo.
Detektif Egan dan Keiko saling bertukar pandangan lalu detektif Egan berkata, “kami menemukannya dalam keadaan sudah tak bernyawa.“
Romeo seolah membeku, wajahnya terlihat pucat seolah tak ada setetes darah pun yang mengaliri wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments