“ sekarang aku juga mencurigai kepala cabang itu, Abqari,” ujar detektif Keiko.
“Sepertinya aku harus mengandalkan intuisi kamu, intuisi seorang perempuan,” jawab detektif Egan.
“Aku sedang tidak bercanda,” ujar detektif Keiko.
“Aku juga sedang tak bercanda, “ balas detektif Egan.
“Wajah pucatnya saat kita menyebut nama Tania. Juga caranya berbicara soal pemecatan Tania plus saat dia memanggil security itu waktu kamu sedang berbicara dengan security itu. Seolah-olah dia sedahg menyembunyikan sesuatu,” detektif Keiko menjabarkan analisanya.
“Aku setuju banget. Sejak tadi aku pun sedang memikirkan hal-hal janggal itu,” balas detektif Egan.
“Bagaimana perkembangan kasus kita?“ tanya pak Brox yang menjadi penanggung jawab kasus ini sekaligus atasan detektif Egan dan Keiko.
“Sepertinya kami menemukan dua orang yang bisa kami jadikan tersengka pak,” ujar detektif Keiko.
“Siapakah mereka?“ tanya pak Brox.
“Salah satunya adalah mantan pacar korban dan yang lainnya adalah mantan atasan korban,” detektif Keiko membeberkan temuan sementara mereka.
“Apakah mereka perlu dipanggil ke kantor?“ tanya pak Brox lagi.
“Sejauh ini kami rasa belum perlu pak,” jawab detektif Egan.
“Kami berencana akan mengecek alibi salah satunya,” detektif Keiko menambahkan.
“Ok. Bila kalian perlu surat penggeledehan atau surat pemanggilan, kalian bisa hubungi saya,” pak Brox memberi dukungan.
Detektif Keiko merapikan meja kerjanya dan bersiap untuk pulang dan beristirahat di rumah.
“Lo ngga pulang?“ tanya detektif Keiko ke Egan.
“Pulang dong,” balas detektif Egan.
“Kenapa ngga beres-beres?“ tanya detektif Keiko lagi.
“Bagaimana kalau besok sekalian kita datengin kantor barunya Tania!?“ detektif Egan memberi saran.
“Boleh juga. Gue setuju,” balas detektif Keiko.
Detektif Keiko yang sudah selesai beres-beres dan bersiap pulang, masih terus berdiri di samping meja detektif Egan, rekannya yang masih membereskan meja kerjanya dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kasus kali ini.
“Kok lo belum balik?“ tanya dekektif Egan yang menyadari bahwa rekannya masih menunggu.
“Gue mau nongkrong di cafe baru deket taman kota. Lo mau ikut?“ detektif Keiko menawarkan.
“Mau ngapain?“ tanya detektif Egan sambil memakai jaketnya yang tadi ditaruhnya di sandaran kursi kerjanya.
“Ngopi-ngopi aja,” jawab detektif Keiko.
“Sebenernya gue mau ikut, tapi kepala gue agak sakit. Rasanya pengen buru-buru minum obat dan istirahat,” detektif Egan menolak secara halus.
“Oh, baiklah. Padahal Birdella bakal ikut juga,” detektif Keiko masih mencoba.
“Pasti bakal menyenangkan ya. Tapi bener deh, gue beneran sakit kepala,” detektif Egan juga masih bersikukuh.
Keduanya berbicara sambil berjalan menuju parkiran kantor yang berada di bagian bawah kantor.
“Lo ikut juga, gan?“ tanya Birdella yang sudah menunggu di depan pintu yang menuju parkiran.
“Dia ngga ikut,” detektif Keiko yang menjawab.
“Lho. Kok ngga ikut sih gan?“ tanya Birdella.
“Maaf ya. Kepala gue sakit banget ini. Pengen cepet-cepet minum obat dan istirahat,” jawab detektif Egan.
“Udah, biarin aja. Lagian besok dia perlu fit lagi karena gue sama dia harus kembali melakukan penyelidikan,” detektif Keiko menambhakan.
“Ngomong-ngomong, apa ada perkembangan atau info baru soal korban?“ tanya detektif Egan ke Birdella.
“Belum. Gue sambil ngerjain kasus lain. Nanti kalo ada perkembangan pasti bakal gue kabarin ke kalian berdua,” jawab Birdella.
“Ok,” timpal detektif Egan singkat.
“Ayo del,” ujar detektif Keiko yag sudah mengambil mobilnya.
“Kita duluan ya gan,” ujar Birdella yang kali ini sudah masuk ke dalam mobil detektif Keiko.
“Selamat bersenang-senang ya kalian,” ujar detektif Egan melepas kepergian dua rekannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Arebel
tiba-tiba aku berpikir detektifnya punya kepribadian ganda 😳
2023-03-21
1