Detektif Egan dan Keiko baru saja menyelesaikan laporannya hari ini ketika pak Brox memasuki ruangan mereka.
“Bagaimana perkembangannya?“ tanya pak Brox.
“Masih belum ada perkembangan yang memuaskan pak,” jawab detektif Keiko.
“Tapi kami butuh bantuan bapak,” ujar detektif Egan.
“Bantuan apa?“
“Bantuan untuk membuatkan kami surat perintah,” jawab detektif Egan.
“Kenapa ngga dari tadi pagi,” ujar pak Brox.
“Maaf pak. Kami ngga tahu kalo bapak hari ini akan ke tempat pak Antoni,” lanjut detektif Egan.
“Oke. Saya buatkan sekarang tapi paling cepat besok siang kalian bisa dapat surat peri tah ini,” ujar pak Brox.
“Baik pak. Kami bisa tunggu,” jawab detektif Keiko.
Setelah selsai berbincang dengan detektif Egan dan Keiko, pak Brox kembali melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam ruangannya.
“Semoga besok surat perintah benar-benar sudah ada di tangan kita,” ujar detektif Keiko.
“Iya. Aku sudah tak sabar untuk menemukan siapa pelaku pembunuhan ini,” timpal detektif Egan.
Belum juga detektif Egan dan keiko berbincang, ponsel detektif Keiko berbunyi.
“Iya della,” ujarnya saat menjawab telepon itu.
“Ternyata gue ngga butuh waktu banyak buat menganalisa tali yang kalian bawa,” ujar Birdella.
“Sudah ada hasilnya?“ tanya detektif Keiko.
“Gue undang kalian ke lab gue tercinta,” ujar Birdella.
“Wait, kami segera kesana,” jawab detektif Keiko lalu memutus hubungan teleponnya dengan Birdella.
“Apa kata Birdella?“ tanya detektif Egan.
“Kayaknya dia udah punya hasil analisa dari tali yang kita bawa tadi,” jawab detektif Keiko.
“Wah bagus. Jadi kaoan kita ke lab Birdella?“ tanya detektif Egan lagi
“Sebentar. Gue beresin dulu dokumen yang berserakan di meja gue,” ujar detektif Keiko sambil memasukan dokumen-dokumen itu ke dalam laci meja kerjanya.
Selesai dengan pekerjaannya, detektif Keiko mengajak detektif Egan untuk menemui Birdella di laboratorium tempatnya bekerja.
“Selamat datang teman-teman baikku,” sambut Birdella ketika detektif Egan dan Keiko sampai diruangannya.
“Jadi bagaimana?“ tanya detektif Keiko.
“Seperti dugaan kita sejak awal. Tali ini bisa kita jadikan barang bukti,” jawab Birdella.
“Jadi ada kecocokan?“ tanya detektif Egan.
“Ada dua kecocokan pada tali ini. Ikut aku,” ujar Birdella kepada kedua detektif dan membimbing mereka mendekat ke komputer laboratorium.
“Kecocokan pertama ada di corak yang terlinggal di leher korban kita dan di tali ini,” Birdella menunjukan gambar di komputer.
“Oke. Lantas kecocokan ke dua?“ tanya detektif Keiko.
“Santai… pelan-pelan dulu kenapa sih,” ujar Birdella meledek sahabatnya itu.
“Kita mungkin bisa santai. Tapi gimana dengan kekuarganya yang menunggu jawaban dari kita,” detektif Egan terpancing emosinya.
“Sabar gan. Ini mau aku kasih tahu kok. Ini kecocokan kedua ada di DNA yang kemungkinan adalah milik pelaku,” ujar Birdella masih memperlihatkan hasil analisanya yang sudah dia buat laporannya di dalam komputer.
“Lo emang keren del,” balas detektif Egan tersenyum.
“Udah gue bilang, kalian bisa ngandelin gue,” ujar Birdella berusaha menyombongkan diri.
“Keluar deh tuh gayanya,” balas detektif Keiko tertawa kecil.
“Gue minta ya laporannya. Terserah mau lo kirim lewat e-mail atau dicetak,” ujar detektif Egan.
“Gue kirim lewat e-mail aja ya. Cinta lingkungan,” ujar Birdella.
“Cinta lingkungan,” detektif Keiko memperagakan ucapan Birdella.
“Kalian lebih cocok jadi pasangan dari pada sahabat,” ledek detektif Egan.
Setelah selesai berhincang, detektif Egan dan Keiko berjalan meninggalkan laboratorium untuk kembali keruangan mereka dan mengecek laporan yang telah dikirim Birdella lewat e-mail.
“Kamu sabar ya di sini. Kita bisa mengandalkan detektif Egan dan detektif Keiko,” bisik Birdella di telinga Tania yang masih terbaring kaku di bawah sinar lampu operasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments