Baik detektif Egan mau pun detektif Keiko tak mampu membuka identitas laki-laki yang berbicara dengan Hilda tadi di ruang ganti.
Hilda bersikukuh untuk tak membuka mulutnya dan menyebutkan siapa nama kekasihnya itu.
Kedua detektif pun tak bisa memaksa Hilda, karena mereka sedang tidak berada di ruang introgasi.
Info tentang korban pun tak banyak di dapat dari Hilda. Namun pekerjaan eebagai kupu-kupu malam memang merupakan salah satu pekerjaan paling beresiko.
“Apa mungkin salah satu kliennya yang melakukan pembunuhan itu?!“ ujar detektif Keiko.
“Berarti Abqari bisa jadi salah satu tersangka kuat kita,” ujar detektif Egan.
“Bukankah sehatusnyabkita bisa menemukan ponsel milik korban?“ ujar detektif Keiko lagi.
“Kita melewatkan hal sepenting itu?“ ujar detektif Egan.
“Kita harus menemui Hilda lagi besok. Kita tanyai dia dimana tempat tinggal Tania selama ini,” usul detektif Egan melanjutkan.
“Ok. Besok kita temui dia lagi. Sekarang kita kemana?“
“Kita ke lab, temui Birdella. Kita serahkan tali ini dan minta dia untuk mengecek,” ucap detektif Egan sambil memegang kantong plastik yang berisi tali tambang kecil yang mereka temui di bukit tempat kejadian perkara.
Kedua langsung masuk mobil dan meluncur meninggalkan cafe tempat mereka berbicara dengan Hilda, salah satu saksi.
*****
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di lab tempat Birdella berkerja. Setelah masuk keruangan itu mereka menemukan Birdella sedang duduk meneliti di depan tubuh Tania yang terbujur kaku.
“Secepatnya kita harus temukan pelaku pembunuhannya,” ujar Birdella tanpa memalingkan wajahhya dari kegiatannya di tubuh Tania.
“Sedang kami usahakan,” jawab detektif Keiko.
“Kasian dia. Sudah cukup lama berbaring kaku di sini. Dia butuh pemakaman yang layak,” tambah Birdella.
“Kami mengerti. Maka bantu kami,” ujar detektif Egan.
“Kami bawa ini untuk kamu teliti,” ujar detektif Keiko sambil menyerahkan kantung plastik berisi tali yang mereka temukan.
“Oke. Akan aku teliti tali ini. Kalian udah punya tersangka?“ tanya Birdella sambil mengabil kantung itu.
“Ada beberapa tersangka kuat yang kami curigai,” ujar detektif Egan.
“Ngga lebih baik kalau kalian minta surat perintah ke pak Brox? Aku juga butuh DNA para tersangka,” ujar Birdella.
“Kita sudah memikirkan hal itu. Nanti dari sini, gue sama Egan mau ketemu pak Brox.“
“Jadi berapa lama waktu yang lo perlukan buat ngecek tali ini?“ tanya detektif Egan.
“Kasih gue waktu beberapa hari deh,” jawab Birdella.
“Oke siap,” jawab detekrif Egan.
Setelah selesai berbicara dan menyerahkan barang yang mereka temukan, kedua detektif itu kembali ke ruangan kerja mereka dan menyusun dan mencatat semua hal yang mereka dapati selama melakukan penyeledikin hari ini.
“Jangan lupa bikinin gue rangkapan laporannya ya,” ujar detektif Egan yang sedang memeriksa informasi yang telah lenih dahulu mereka kumpulkan.
“Siap. Tapi jangan lupa buat temuin pak Brox buat minta surat perintah. Kita butuh DNA buat diteliti sama Birdella dan kita juga perlu ngumpulin data buat kita,” ujar detektif Keiko sambil mengetik laporan.
“Bener juga,” balas detektif Egan.
Lalu detektif Egan bangkit dari duduknya dan menuju ruangan pak Brox dan mengetuk pintunya namun tak mendapatkan balasan.
“Pak Brox lagi keluar,” ujar salah satu rekannya yang melintas.
“Kemana?“ tanya detektif Egan.
“Ada panggilan ke tempat pak Antoni,”
Detektif Egan langsung kembali ke mejanya dan melaporkan apa yang dia dengar tadi.
“Kita terlambat,” ujarnya.
“Terlambat? Buat apa?“ tanya detektif Keiko.
“Pak Brox udah ke tempat pak Antoni hari ini,” jawab detektif Egan.
“Pak Antoni, hakim wilayah?“
“Iya. Kalau kita minta surat perintah tadi pagi, sore ini mungkin kita udah bisa balik ke kantornya Hilda dan menanyai para komisaris di sana,” ujar detektif Egan gereget.
“Kalau gitu kita minta surat perintahnya nanti sore aja. Siapa tahu besok pagi pak Brox balik ke tempat pak Antoni.“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments