Hilda masih jua duduk mematung dan merekatkan erat kedua bibirnya seolah tak ingin berkata satu kata pun lagi.
“Kami harus mencoba dan memeriksa segala kemungkinan yang ada. Mungkin, Bisa saja orang itu berhubungan dengan kematian Tania,” ujar detektif Egan.
“Tidak! Tidak mungkin dia ada hubungannya dengan kematian Tania,” kali ini Hilda lantang bersuara membuat detektif Egan dan Keiko yang tengah duduk bersamanya merasa heran.
“Kenapa kamu merasa begitu yakin kali ini, Hilda?“ tanya detektif Keiko.
“Pacar saya itu, dia tak pernah mengenal Tania secara pribadi. Dia mengenal Tania hanya karena mereka sama-sama bekerja di tempat itu. Karena Tania yang menyambutnya di depan lobbi sebagai resepsionis. Bahkan dia tahu nama Tania setelah aku memberitahunya,” jawab Hilda yang kini melembutkan kembali suaranya.
“Tapi bukankah laki-laki tak boleh berada di ruang ganti itu? Teman kamu yang bekerja sebagai resepsionis juga, yang berjaga hari ini yang mengatakan pada aku saat akan menemui kamu tadi di ruang ganti itu,” ujar detektif Egan.
“Iya betul. Betul sekali bahwa peraturan di perusahaan itu mengatakan kalau laki-laki tidak boleh masuk ke ruangan ganti itu kecuali… “
“Kecuali siapa? Kenapa?“ tanya detektif Egan berantusias.
“Kecuali beberapa atasan kami yang memang bertugas memeriksa kelengkapan peralatan kerja kami. Baik yang hilang atau rusak. Mereka akan segera mengganti peralatan kerja seperti seragam, sepatu dan stoking yang yang rusak karena kami harus selalu tampil baik,” jawab Hilda menjabarkan.
“Dan pacar kamu adalah salah satu yang berwenang dalam pengecekan peralatan?“ tanya detektif Egan.
“Tidak. Dia tidak melakukan itu,” jawab hilda.
“Lantas apa yang dia lakukan di sana? Apakah kalian menyelinap di sana untuk bercumbu?“ detektif Egan memancing.
“Tidak. Kami tak pernah melakukan hal seperti itu di sana,” jawab Hilda mulai panik.
“Kami bukan atasan kamu. Kami tak terlalu perduli dengan apapun yang kamu lakukan di sana bersama pacar kamu. Jadi kamu santai saja,” ujar detektif Egan tersenyum.
Hilda terdiam dan menundukan kepalanya dan memainkan jari jemarinya di bawah meja. Kekhawatiran itu terbaca jelas oleh kedua detektif namun mereka memilih bersabar menunggu Hilda berbicara.
“Tolong rahasiakan apa pun yang akan saya katakan ke kalian ini.“
Kesabaran kedua detektif itu membuahkan hasil juga akhirnya.
“Sebenarnya saya menjalin hubungan tersembunyi dengan salah satu atasan di perusahan itu,” ujar Hilda yang tidak mengangkat kepalanya ketika mengatakan hal itu.
“Dengan siapa tepatnya?“ detektif Egan berusaha mengorek informasi dari Hilda.
Hilda tak membuka mulutnya sama sekali namun tak sekali pun berkedip. Lama juga Hilda terdiam, seolah mencoba mencari kata-kata yang tak akan mempersulit dirinya di kemudian hari.
“Hilda? Apa pun informasi yangvakan kamu berikan, mungkin akan bisa membantu kami menemukan siapa pembunuh Tania, sahabat kamu,” detektif Keiko ikut berusaha meyakinkan.
“Bagaimana mungkin ini akan membantu kalian?“ tanya Hilda.
“Bisa saja kekasih kamu itu mengetahui siapa pembunuhnya karena sepertinya ingin kamu mengetahui bahwa Tania sudah tidak hidup,” ujar detektif Egan.
Hilda kembali terdiam, tak melakukan pembelaan sedikit pun untuk kekasihnya.
“Jika namanya terekspose dalam kasus ini atau banyak orang tahu tentang hubungan aku dan dia aku kasihan dia, dia bisa kehilangan semua mimpi-mimpinya selama ini,” ujar Hilda dengan mata yang berkaca-kaca menahan rasa khawatir terhadap kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments