Detektif Egan dan Keiko membawa Hilda yang masih terlibat kaget keluar dari kantornya dan pergi menuju sebuah cafe yang letaknya tak terlalu jauh dari kantornya.
Detektif Keiko menemani Hilda duduk di meja yang letak ya tepat di tengah cafe, sementara detektif Egan pergi memesankan minuman untuk mereka bertiga.
Hilda masih berusaha menahan air matanya saat detektif Egan sudah kembali dengan membawa minuman yang telah dia pesan.
“Minum ini dulu, Hilda. Supaya kamu bisa semakin tenang,” ujar detektif Egan sambil mendorong segelas es vanilla latte ke arah Hilda yang kini duduk di sebrangnya.
Hilda meraih minuman itu dan meneguknya sekali lalu meletakan kembali gelas itu.
“Saya dan Tania berasal dari desa yang sama. Kami sama-sama bermimpi jadi orang kaya dan bahagia. Namun saya lah orang yang datang ke kota ini terlebih dahulu, baru beberapa bulan kemudian Tania menyusul saya ke sini,” ujar Hilda memulai bercerita.
“Apakah anda tahu bahwa Tania sempat bekerja sebagai teller di sebuah bank?“ tanya detektif Egan.
“Tentu saja saya tahu soal itu. Dia memang orang yang sangat pintar dan cerdas tentu tidak lah aneh bila dia bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus di sini, apalagi dengan pendidikan dan kecantikan yang dia miliki. Namun sejak ayahnya mengalami kecelakaan dia langsung beralih posisi menggantikan ayahnya menjadi tulang punggung keluarga. Pasti berat baginya,“ air mata Hilda menetes.
“Anda tahu kenapa Tania keluar dari tempat dia bekerja sebelumnya?“ tanya detektif Keiko.
Hilda tidak langsung menjawab pertanyaan dari detektif Keiko itu. Terlihat kegelisahan di raut wajah Hilda. Lalu dia kembali meneguk minumannya.
“Sebenarnya… “ ujar Hilda menahan ucapannya.
“Tania kehilangan pekerjaannya karena dia dituduh melakukan penggelapan pada uang nasabah, padahal sesungguhnya bukan itu alasan sesunggunya,” lanjut Hilda.
“Lantas apa alasan yang sesungguhnya itu?“ detektif Egan mulai mengorek keterangan dan informasi.
“Sejak menjadi tulang punggung keluarga, Tania harus bekerja lebih keras. Dia tak lagi mementingkan dirinya, melupakan cita-citanya untuk keliling dunia. Semua yang Tania lakukan kini hanya demi keluarga. Selain mejadi teller di Bank Sejahtera Bersama, dia melakukan pekerjaan lain. Bukan jenis pekerjaan yang dia sukai tapi harus dia kerjakan,” jawab Hilda.
“Misalnya?“ ujar detektif Keiko.
“Dia menjadi penjajah tubuh bagi laki-laki,” jawab Hilda lagi.
“Apakah itu yang menjadi alasan dia dipecat?“ detektif Keiko bertanya.
“Kurang lebih,” jawab Hilda lagi.
“Jadi… “ detektif Keiko masih berusaha mengorek informasi
“Tania dipecat karena dia melayani atasannya dan dia hampir saja ketahuan oleh istri dari atasannya itu. Demi melindungi dirinya, atasannya itu menjauhkan Tania dari kehidupannya. Cih, laki-laki brengsek,” umpat Hilda.
“Apakah atasan Tania itu bernama Abqari?“ tanya detektif Egan.
“Betul, dia lah orangnya. si Abqari pengecut itu,” ujar Hilda.
“Apakah mungkin dia yang membunuh Tania?“ tanya Hilda setelah beberapa lama terdiam.
“Kami belum bisa memastikan. Namun tentu kami akan memasukannya ke dalam daftar tersangka dan akan menanyainya nanti,” jawab detektif Egan.
“Saya mohon, demi saya. Tolong cari siapa pembunuh Tania,” ujar Hilda yang kini mulai menangis lagi.
“Tentu. Bukan cuma anda, keluarga Tania pun bahkan kami ingin sekali menyeret manusia biadab itu masuk ke dalam sel dan menerima hukuman yang setimpal,” jawab detektif Keiko sambil menggegam tangan kanan Hilda yang belum juga berhenti menangis.
“Tapi siapakah orang yang bersama kamu tadi di ruang ganti?“ tanya detektif Egan.
Hilda terlihat kaget mendengar pertanyaan itu lagi. Wajahnya yang sendu karena duka tadi kini berubah menjadi pucat pasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments