Setelah berbicara dengan Ardana dan meminta nomor teleponnya guna menayainya kapan-kapan, kedua detektif itu kembali menelusuri tempat kejadian perkara. Mereka kali ini memasang mata mereka dengan baik, mencoba mencari apa pun yang bisa mereka jadikan sebagain barang bukti.
keduanya bahkan memutuskan untuk berpencar hingga keluar dari area yang sudah dipasangi garis polisi guna mencari apa pun yang mungkin sudah mereka lewati saat pertama kali datang ke sana.
“Egan!“ teriak detektif Keiko dari sisi sebrang setelah beberapa saat berpencar dan mencari.
Detektif Egan setengah berlari menghampiri rekannya yang tak terlihat matanya.
“Ada apa?“ tanya detektif Egan saat menemukan rekannya itu yang tengah berjongkok memperhatikan sesuatu.
“Coba lo lihat ini,” ujar detektif Keiko meminta rekannya mendekat.
Detektif Egan ikut berjongkok dan melihat seutas tali yang tertutup tanah.
“Apakah tali ini cocok dengan tanda yang membekas di leher korban?“ tanya setektif Keiko.
“Gue juga tidak yakin. Tapi ngga ada salahnya kalau kita bawa tali ini ke Lab dan minta Birdella mengeceknya,” ujar detektif Egan.
Detektif Egan memasang sarung tangan karetnya lalu mengambil dan memasukan tali yang mereka temukan di sana ke dalam kantong plastik dengan zipper yang selalu mereka bawa kemana-mana saat melakukan penyelidikan untuk menampung barang bukti.
“Kita coba cari lagi. Mungkin masih ada yang kita lewatkan,” ujar detektif Egan setelah memasukan kantong zipper itu ke dalam saku bagian dalam jaketnya.
Keduanya kembali berpencar demi mempercepat pencarian yang sedang mereka lakukan. Mereka melakukan penelurusan selama beberapa jam dengan deliti hingga detektif Egan melirik jam tangannya.
“Udah sore Keiko. Kita pulang aja dulu,” ujarnya ketika dia melihat rekannya yangvkiji jaraknya tak terlalu jauh.
“Ok! Kita bisa kembali ke sini besok,” sahut detektif Keiko.
Keduanya berjalan beriring menuruni bukit menuju mobik yang mereka parkir di lahan parkir di bagian bawah bukit.
“Apakah lo ngga merasa ada yang memperhatikan kita?“ tanya detektif Keiko masih terus berjalan.
“Masa? Kok gue ngga ngerasa,” jawab detektif Egan yang menghentikan langkahnya dan memeriksa sekitar dengan kedua matanya.
Detektif Keiko yang melihat temannya berhenti pun ikut menghentikan langkannya dan ikut memeriksa sekitar.
“Mungkin hanya perasaan gue,” ujar detektif Keiko setelah yakin bahwa tak ada yang mengikuti atau mengintai mereka.
Keduanya kembali meneruskan perjalanan mereka menuju mobil namun kali ini sambil memasang indera pendengaran mereka baik-baik, kalau-kalau ada yang sedang memperhatikan mereka, mereka bisa sigap menghadapinya.
Keduanya kini sudah sampai di depan mobil. Namun, sebelum keduanya masuk ke dalam mobil sekali lagi mereka berusaha memeriksa sekitar. Saat keduanya yakin tak ada orang yang mencurigakan mereka pun masuk ke dalam mobil.
“Apa rencana kita selanjutnya?“ tanya detektif Keiko.
“Sebaiknya kita bertemu resepsionis di kantor Reno itu,” jawab detektif Egan.
“Siapa nama resepsionis itu?“ tanya detektif Keiko.
“Kita sungguh detektif yang buruk. Bahkan kita lupa menanyakan nama saksi kita,” keluh detektif Egan.
Mendengar perkataan rekannya itu, sontak detektif Keiko tertawa terbahak.
“Setelah menayai saksi kita itu, kita baru kembali ke kantor dan menemui Birdella dan serahkan tali ini. Siapa tahu ini bisa jadi barang bukti kita,” tambah detekti Egan.
Selesai berdiskusi tentang langkah yang akan meteka ambil, detektif Egan menyalakan mobil dan bergerak meninggalkan bukit itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments