Pagi-pagi sekali, detektif Egan sudah kembali ke kantor dan duduk di depan mejanya dan membulak balik sambil mencatat apa pun 6ang berkaitan dengan kasus kali ini di dalam dokumen yang merincikan kasus.
“Gimana istirahat lo semalam?“ tanya detektif Keiko yang baru saja sampai.
“Baik. Makanya hari ini, gue udah siap malakukan penyelidikannya lagi. Gimana sama kalian semalam.“
“Cukup menyenangkan,” jawab detektif Keiko sambil membuka map yang berisi dokumen kasus kali ini.
“Keliatannya kurang menyenangkan,” ujar detektif Egan yang melepaskan perhatiannya dari dokumen dan memandang fokus ke rekannya.
“Ah… semalam mantan gue dateng ke cafe itu,” ujar detektif Keiko sambil melepar punggungnya ke sandaran kursi.
“Mantan lo yang mana?“ detektif Egan memajukan kursinya mendekat ke arah rekannya.
“Ayolah! Lo kan tau mantan gue ada berapa banyak,” ujar detektif Keiko.
“Katanya hari ini kalian akan melanjutkan investigasi kalian,” ujar pak Brox yang baru datang ke kantor.
“Iya pak. Kami sedang bersiap-siap,” jawab detektif Keiko.
Lalu keduanya pun berjalan meninggalkan kantor dengan mengendarai mobilmilik detektif Keiko.
“Jadi kita kemana dulu?“ tanya detektif Egan.
“Kita ke kantor orang tuanya Romeo aja. Kita cek alibinya,” jawab detektif Keiko dan detektif Egan menyetujuinya lalu keduanya langsung meluncur menuju tempat yang dimaksud.
****
Mobil yang mereka tumpangi berhenti di tempat parkir kantor yang di maksud. Keduanya masuk ke lobby kantor yang lumayan besar dan tergolong megah itu.
Mereka menghampiri meja resepsionis dan bertemu dengan dua orang wanita. Salah satunya sedang sibuk mengecek dokumen sementara yang satunya lagi hanya terduduk.
“Selamat siang,” ujar detektif Keiko.
“Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?“ tanya resepsionis itu.
“Kami ingin bertemu dengan para komisaris di sini,” jawab detektif Egan.
“Dengan komisaris yang mana?“ tanya resepsionis itu.
“Kami dari kepolisian. Kami ingin mengkonfirmasi kehadiran bapak Romeo Soeratno beberapa hari lalu,” jawab detektif Egan sambil memperlihatkan ID cardnya.
“Bapak Romeo Soeratman, anak dari bapak Jeremy Soertaman?“ tanya resesionis itu.
“Bapak Jeremy Soeratman adalah…?“
“Beliau adalah pemilik sebagian besar perusahaan ini,” jawab resepsionis itu.
“Bagaimana kalau kami bertemu dengan Bapak Jeremy?“ tanya detektif Egan.
“Apakah anda sudah memiliki janji dengan beliau?“
“Tentu saja belum,” jawab detektif Egan sambil tersenyum.
“Maaf pak, anda harus memiliki janji dengan beliau kalau begitu.“
“Kalau begitu, buatkan janji pertemuan saya dengan pak Jeremy.“
“Maaf pak, kami tak memiliki kewenangan untuk itu.“
“Lantas?“
“Anda harus bertemu dengan sekretarisnya, pak Bram Angkasa.“
“Ribet banget sih,” bisik detektif Keiko pada rekannya.
“Mau apa lagi, kita berurusan dengan orang yang ngga sembarangan,” jawab detektif Egan juga berbisik.
“Kita minta surat perintah dari pak Brox aja,” ujar detektif Keiko.
“Kamu memang paling tahu jalan cepat,” balas detektif Egan sambik tersenyum.
“Ok, mba. Terima kasih atas infonya. Kami akan kembali nanti.“
“Pak…” langkah kaki kedua detektif itu terhenti saat reseptinos itu memanggil.
“Ada apa?“ tanya detektif Egan.
“Saya melaporkan bahwa teman saya hilang sejak beberapa hari lalu, tapi sampai saat ini saya belum mendengar kabar dari kepolisian lagi,” ujar resepsionis itu.
“Siapa nama teman yang anda laporkan? Biar kami coba cek,” balas detektif Keiko.
“Tania. Tania Akbar,” jawab resepsionis itu.
Kedua detektif itu saling bertukar pandangan seolah menemukan kunci baru yang mungkin cocok dengan pintu yang sedang mereka usahakan untuk terbuka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments