Bab 2. Olah tempat kejadian perkara

Tempat penemuan mayat sudah dipenuhi oleh para anggota kepolisian. Semua sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Bahkan tim forensik sudah memulai melakukan pemeriksaan singkat.

Ditengah penyelidikan itu, datanglah dua orang detektif yang ditugaskan secara khusus oleh pihak kepolisian untuk menyelidiki kasus ini.

“Kenapa telepon dari gue, ngga lo angkat tadi, gan?“ tanya Keiko ketika keduanya melewati garis polisi yang sudah terpasang di sekitaran tempat kejadian perkara.

“Waktu lo telepon tadi, gue lagi di kamar mandi,” jawab Egan sambil memperhatikan TKP.

“Mayatnya di sebelah mana?“ tanya Keiko kepada salah satu petugas yang sedang melakukan pengamanan TKP.

“Mari, ikut dengan saya,” balas petugas itu sambil mengantar Egan dan Keiko menuju tempat dimana mayat itu berada.

Di sekitaran mayat sudah berkumpul beberapa orang dari tim forensik yang di kepalai oleh Birdella Siswanto, salah satu lulusan terbaik dari fakultas kedokteran forensik di Universitas terbaik di negara ini.

“Gimana keadaan mayat kita ini, del?“ tanya Egan sambil berjongkok di samping mayat itu, berusaha memperhatikan dengan seksama.

“Belum banyak info yang gue dapet, buat sekarang. Tapi kelihatannya, dia mati kehabisan nafas,” tutur Birdella.

“Mati dicekik kah?“ tanya Keiko.

“Iya.Kemungkinan besarnya itu, tapi gue belum bisa memastikan dengan apa dan apa alat kejahatannya,“ tutur Birdella sambil memberi perintah kepada timnya, untuk mengumpulkan benda-benda yang berserakan di dekat korban.

“Mayat ini, ditemukan dengan keadaan ini, tanpa busana kayak gini?“ Keiko berusaha mengumpulkan informasi.

“Menurut orang yang menemukannya pertama kali, kondisi mayat memang sudah seperti ini. Dia bahkan ngga berani mendekati mayat ini,” jawab Birdella.

“Mana orang yang pertama kali menemukan mayat ini?“ tanya Egan.

“Di sana. Lagi diambil keterangannya sama petugas, di bawah pohon besar itu,” Birdella menunjuk salah satu pohon yang ukurannya memang lebih besar daripada pohon yang lain.

Egan dan keiko berjalan menghampiri petugas yang memang sedang menanyai dan mencatat semua informasi yang di berikan oleh laki-laki itu, sementara di sebelahnya ada seorang petugas kesehatan dari kepolisian yang sedang mengecek kondisinya karena laki-laki itu mengeluh lemas setelah menemukan mayat tersebut.

“Egan Kusuma, dari kepolisan. Ini rekan saya, Keiko Bimala,” Egan memperkenalkan diri.

“Arya Aditya,” laki-laki itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya kepada Egan dan Keiko lalu disambut keduanya.

“Apa yang sedang anda lakukan pagi-pagi sekali di tempat seperti ini?“ tanya Egan.

“Saya hanya berniat untuk menghirup udara segar pagi ini, dan menurut saya bukit adalah tempat yang paling cocok.“

“Mencari udara segar sampai ke dalam ilalang?“ tanya Egan lagi.

“Tunggu, tunggu. Apakah kalian mencurugai saya?“ ujar Arya, tidak terima.

“Kami sebagai penyelidik, harus mempertimbangkan segala kemungkinan,” balas Egan enteng.

“Kalau saya pelakunya, untuk apa saya melaporkan penemuan saya ini? saya aja gemetarnya sampai sekarang ini, merasa kengerian yang teramat,” Arya memberikan keterangan.

“Tolong jawab saja pertanyaan rekan saya tadi pak,” Keiko menyela.

“Saya tak mau menjawab pertanyaan itu!“ Arya membuang mukanya.

“Kalau begitu, anda harus ikut kami sekarang juga ke kantor polisi, karena sudah mempersulit penyelidikan dan berusaha menutupi fakta-fakta yang ada. Saya rasa anda bisa langsung kami kenakan pasal—,” Egan mengeretak.

“Tidak perlu, tanyakan saja apa pun yang kalian ingin tahu dari saya, di sini,” Nyali Arya menciut seketika.

“Kita ulang dari pertama, oke?“ Egan meminta persetujuan dan Arya menganggukan kepalanya pelan tanda setuju.

“Kenapa anda sampai menyingkap ilalang yang posisinya jauh sekali dari jalan setapak, yang biasa dilalu oleh warga desa?“ tanya Egan.

“Waktu saya berjalan-jalan sambil coba mencari tanaman yang bentuknya unik, serta bunga untuk saya jual di pasar tanaman hias, saya melihat seekor kelinci berlari. Melihat ukurannya yang lumayan besar, saya jadi berpikiran untuk menangkapnya, untuk saya makan siang ini.“

“Anda? makan kelinci?“ sela Keiko.

“Apakah itu juga menjadi sebuah masalah?“ Arya memamerkan ekspresi wajah keberatan.

“Tidak. Lanjutkanlah,” balas Keiko cepat.

“Saya mengejar kelinci itu sampai ke semak-semak itu. Saya hampir saja mendapatkannya tapi dia berhasil melarikan diri. Setelahnya, saya baru menyadari bahwa di dalam semak ilalang itu ada mayat wanita itu,” Arya melanjutkan cerita bagaiman dia menemukan mayat wanita itu.

“Apa sejak awal anda menemukannya, kondisi mayat wanita itu sudah seperti itu?“ tanya Keiko.

“Saya tak terlalu memperhatikan, karena saya terlalu takut saat itu,” jawab Arya.

“Tapi, apakah mayat itu memang sudah tak berbusana saat anda menemukannya?“ tanya Keiko lagi.

“Kalo itu, iya. Sejak saya pertama kali melihat, dia sudah tak berbusana. Hanya ada pakaian dalam bagian atas dan bawah,” jawab Arya dengan yakin.

“Apakah, anda yang langsung menghubungi pihak kepolisian?“ tanya Egan.

“Tidak. Tadi waktu saya berlari sampai bawah bukit, saya bertemu dengan polisi hutan. pak David. Dia yang melapor ke polisi,” ujar Arya.

“Baiklah, terima kasih atas kerjasamanya. Selanjutnya, jika kami ada pertanyaan lagi, kami harap anda akan koopeatif seperti ini lagi.“ ujar Egan berusaha ramah.

Kini egan dan Keiko melintasi TKP dan mendekati Polisi hutan yang melaporkan kejadian ini kepihak kepolisian.

“Saya Keiko Bimala. Ini rekan saya, Egan Kusuma. Kami Detektif dari kepolisian yang bertugas melakukan penyelidikan di kasus ini,” Keiko memperkenalkan diri.

“Saya David Putra, polisi hutan yang bertugas di wilayah sekitar bukit ini,” David memperkenalkan dirinya.

“Anda yang menghubungi pihak kepolisian?“ tanya Egan.

“Betul, pak.“

“Bisa ceritakan kronoliginya sampai akhirnya petugas dari kepolisian sampai ke sini?“ pinta Keiko.

“Saat saya akan melakukan patroli ke lapangan seperti biasanya, baru saja saya akan naik ke bukit, saya melihat seorang laki-laki berlari kencang menuruni bukit. Dia hampir saja terjatuh, menggelinding dari atas bukit,” cerita David.

“Apa yang dikatakan oleh laki-laki itu saat bertemu dengan anda?“ tanya Keiko sambil mencatat keterangan David sebelumnya.

“Dia hanya bilang bahwa dia melihat ada mayat di atas bukit. Waktu dia bercerita, jelas sekali wajahnya pucat, kemungkinan karena ketakutan,” ujar David sambil mengingat-ingat kejadian pagi itu.

“Lalu?“ Keiko menunggu kelanjutan cerita David.

“Awalnya dia ingin mengajak saya ke sini, melihat mayat itu tapi saya menyarankan agar kami melaporkan kejadian ini kepada polisi. Setelah itu saya segera kembali ke pos saya, menghubungi pihak kepolisian dengan radio komunikasi yang kami miliki di sana,” lanjut David.

“Jadi anda belum melihat kondisi mayat itu?“ tanya Egan.

“Belum, pak. Saya tak berani naik ke sini, terlebih lagi laki-laki tadi juga kehilangan keberaniannya untuk naik lagi ke sini. Kami naik ke sini, berbarengan dengan para petugas yang akan melakukan olah tempat kejadian perkara, pak,” lanjut David.

“Baiklah, kalau begitu,” ujar Keiko yang masih fokus dengan catatannya.

“Apa sedari tadi anda berdiri di sini?“ tanya Egan.

“Sejak saya datang, saya tak bergeser dari tempat ini. Saya terlalu takut, pak,” jawab David.

Egan dan Keiko saling meleparkan pandangan lalu mengangukkan kepala mereka, tanda sama-sama bersepakat.

“Baiklah David, terima kasih atas kerjasamanya Jika nanti kami butuh informasi lagi, mohon bisa membantu kami,” ujar Egan.

Baik, pak. Saya akan membantu semaksimal yang saya bisa,” balas David dengan suara yang mantap.

Terpopuler

Comments

Sugarbaby

Sugarbaby

seruuuu... siapa ya kira2 yg bunuh wanita itu. curiga sama saksi mata seh aku

2023-02-13

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Penemuan Mayat
2 Bab 2. Olah tempat kejadian perkara
3 3. Memulai penyelidikan
4 Bab 4. Menyampaikan kabar buruk
5 bab 5. Identifikasi oleh keluarga
6 bab 6. memulai investigasi
7 bab 7. Romeo
8 Bab. 8 Mendatangi Bank Finansial Bersama
9 Bab 9. Dua tersangka baru
10 Bab 10. Menemukan "kunci" baru dalam usaha membuka "pintu"
11 bab. 11 Menemui Reno Wiratama, salah satu saksi
12 Bab 12. Menemukan orang asing di TKP
13 Bab 13. Menemukan Barang bukti
14 Bab 14. Hilda yang shock
15 Bab 15. Mulai menanyai Hilda
16 Bab 16. Hilda tak ingin berbicara
17 Bab 17. Menyerahkan temuan ke Birdella
18 bab 18. Menemukan satu barang bukti
19 Bab 19. penjemputan tersangka pertama
20 Bab 20. Mengintogasi tersangka pertama
21 21. Berlian, tersangka baru
22 Bab 22. Menemui Atep Ceceng, komisaris kedua
23 Bab 23. Bertemu dengan komisaris ketiga, Bian
24 Bab 24. bertemu Romeo lagi dan mengambil sample DNA miliknya
25 Bab 25. Mulai mencurigai kekasih Hilda
26 Bab 26. Mengetahui identitas kekasih Hilda
27 Bab 27. Hasil pemeriksaan DNA keluar
28 Bab 28. Berurusan dengan Hildabdi ruang Introgasi
29 Bab 29. Kekhawatiran Birdella
30 Bab 30. Hasil kecocokan DNA Hilda dan pelaku
31 Bab 31. Kasus menemui jalan buntu
32 Bab 32. Mencari Aditya, sang penemu mayat
33 Bab 33. menemukan barang bukti (lagi)
34 Bab 34. Menemui Ardana
35 Bab 35. Mecari pelaku yang melumpuhkan Ardana
36 Bab 36. Menyerahkan barang bukti (lagi)
37 Bab 37. Detektif Egan mulai mengumpulkan potongan yang tercecer
38 Bab 38. Mendapat tersangka baru
39 Bab 39. Menemukan DNA tanpa pemilik
40 Bab 40. Memastikan kecocokan DNA
41 Bab 41. Meminta sample DNA Ivan
42 Bab 42. Menyerahkan DNA milik Ivan
43 Bab 43. Menemukan kecocokan DNA
44 Bab 44. Penangkapan Ivan
45 Bab 45 Semua hal menuju Ivan
46 Bab 46. Pengakuan Ivan
47 KODE 810 dengan cerita lainnya, mari mampir
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Bab 1. Penemuan Mayat
2
Bab 2. Olah tempat kejadian perkara
3
3. Memulai penyelidikan
4
Bab 4. Menyampaikan kabar buruk
5
bab 5. Identifikasi oleh keluarga
6
bab 6. memulai investigasi
7
bab 7. Romeo
8
Bab. 8 Mendatangi Bank Finansial Bersama
9
Bab 9. Dua tersangka baru
10
Bab 10. Menemukan "kunci" baru dalam usaha membuka "pintu"
11
bab. 11 Menemui Reno Wiratama, salah satu saksi
12
Bab 12. Menemukan orang asing di TKP
13
Bab 13. Menemukan Barang bukti
14
Bab 14. Hilda yang shock
15
Bab 15. Mulai menanyai Hilda
16
Bab 16. Hilda tak ingin berbicara
17
Bab 17. Menyerahkan temuan ke Birdella
18
bab 18. Menemukan satu barang bukti
19
Bab 19. penjemputan tersangka pertama
20
Bab 20. Mengintogasi tersangka pertama
21
21. Berlian, tersangka baru
22
Bab 22. Menemui Atep Ceceng, komisaris kedua
23
Bab 23. Bertemu dengan komisaris ketiga, Bian
24
Bab 24. bertemu Romeo lagi dan mengambil sample DNA miliknya
25
Bab 25. Mulai mencurigai kekasih Hilda
26
Bab 26. Mengetahui identitas kekasih Hilda
27
Bab 27. Hasil pemeriksaan DNA keluar
28
Bab 28. Berurusan dengan Hildabdi ruang Introgasi
29
Bab 29. Kekhawatiran Birdella
30
Bab 30. Hasil kecocokan DNA Hilda dan pelaku
31
Bab 31. Kasus menemui jalan buntu
32
Bab 32. Mencari Aditya, sang penemu mayat
33
Bab 33. menemukan barang bukti (lagi)
34
Bab 34. Menemui Ardana
35
Bab 35. Mecari pelaku yang melumpuhkan Ardana
36
Bab 36. Menyerahkan barang bukti (lagi)
37
Bab 37. Detektif Egan mulai mengumpulkan potongan yang tercecer
38
Bab 38. Mendapat tersangka baru
39
Bab 39. Menemukan DNA tanpa pemilik
40
Bab 40. Memastikan kecocokan DNA
41
Bab 41. Meminta sample DNA Ivan
42
Bab 42. Menyerahkan DNA milik Ivan
43
Bab 43. Menemukan kecocokan DNA
44
Bab 44. Penangkapan Ivan
45
Bab 45 Semua hal menuju Ivan
46
Bab 46. Pengakuan Ivan
47
KODE 810 dengan cerita lainnya, mari mampir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!