"Kamu bilang apa tadi?" tanya Eden membulatkan bola matanya merasa terkejut dengan apa yang saja dia dengar.
Meskipun terdengar samar-samar, tapi tetap saja setiap kata yang keluar dari mulut Nata itu masih dapat dia dengar sangat jelas sebenarnya. Akan tetapi, Eden berusaha menyembunyikan rasa keterkejutannya itu dan mencoba untuk bersikap tenang. Meskipun rasa curiga itu terselip di dalam hatinya kini.
"Hah? Memangnya aku bilang apa tadi? Aku lupa hehehehe!" Lagi-lagi Nata beralasan.
'Sial, apa Eden mendengar apa yang baru saja aku katakan?' (batin Nata.)
"Hmm ... Aku pikir kamu mengatakan sesuatu tadi."
"Nggak ko, nggak sama sekali."
'Kayaknya ada yang mencurigakan dari sikap si Nata ini. Hmmm ... Gak mungkin 'kan kalau wanita yang selama ini disembunyikan oleh Daddy adalah dia? Hahahaha! Nggak, itu sama sekali gak mungkin,' (batin Eden.)
"Tapi beneran ya tadi ada Tante-tante ganjen itu datang ke sini? Mau ngapain sih dia? apa kamu sempat dengar mereka ngomongin sesuatu? Apa mereka terlihat mesra? Terus-terus, Om Daren ngusir wanita itu nggak?'' Nata benar-benar hilang kendali.
Rasa ingin tahu yang bercampur dengan rasa cemburu buta-nya bak melebur menjadi satu membuatnya sulit mengendalikan sikap, bahkan rasa ingin tahunya semakin menjadi-jadi. Tentu saja hal itu membuat Eden semakin merasa curiga. Ada apa sebenarnya dengan Nata dan ayahnya itu?
Eden tidak menjawab pertanyaan Nata begitu saja. Dia hanya menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan tajam. Tatapan mata Eden bahkan lebih tajam dari busur panah membuat Nata akhirnya tersadar. Dia pun tersenyum cengengesan juga seketika merasa salah tingkah.
"Maaf kalau pertanyaan aku terlalu berlebihan. Kamu tahu sendiri 'kan kalau aku tuh kepo banget orangnya. Apalagi kalau udah menyangkut Daddy kamu yang gantengnya kebangetan itu, hehehehe ..." ujar Nata menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal sama sekali.
"Berhenti mengagumi Daddy aku yang playboy itu, Nat. Aku gak mau kalau kamu merasa kecewa nantinya. Kalau cuma sebatas kagum aja si boleh, tapi jangan berharap lebih. Dia gak cocok buat kamu tau."
Nata seketika merapatkan bibirnya. Wajahnya pun merubah muram dan juga masam. Lagi-lagi dia merasa pesimis kalau hubungannya dengan sang duda akan berjalan dengan lancar jika sikap Eden masih seperti ini.
"Hey! Ko bengong? Kamu denger 'kan apa yang baru saja aku katakan tadi?" tanya Eden seketika membuyarkan lamunan panjang seorang Natalia Agatha.
"Hah? Iya, aku dengar ko,'' jawabnya singkat.
"O iya, gimana sama si Gibran? Dia nanyain kamu terus tuh, bosen aku dengernya. Udah, kamu terima aja cintanya dia. Gak ada salahnya 'kan mencoba, dari pada ngejar-ngejar Daddy terus.''
"Gibran? Diiih ... Ogah banget, enak aja. Emangnya cinta itu bisa di paksakan? Nggak aku gak mau. Kalau dia nanyain aku lagi, bilang aja kalau aku udah punya pacar."
"Emang iya kamu udah punya pacar? Nggak, aku sama sekali gak percaya, kalau kamu memang punya pacar, aku ko gak pernah lihat kamu jalan sama dia? Atau setidaknya, ngapelin kamu kek.''
'Gimana kamu bisa lihat dia ngapelin aku, orang dia itu Daddy kamu sendiri,' (batin Nata.)
"Ya itu karena kami back street. Kamu tahu sendiri, Daddy aku melarang aku buat pacaran."
"Benar juga, tapi setidaknya kenalkan dia sama aku dong. Kita udah kayak saudara kembar yang sulit dipisahkan, masa kamu gak mau ngenalin pacar kamu sama aku sih? dasar curang."
'Kamu udah kenal sama dia, Ed. Kalian satu rumah. Heuuuh! Andai saja aku bisa jujur sama kamu bahwa pacar aku itu adalah Daddy kamu sendiri,' (batin Nata.)
''Udah akh, jangan ngomongin pacar mulu. Males aku, bukunya aku ambil ya. Nanti sore aku balikin,'' ucap Nata hendak pergi.
"Kalian lagi ngapain? Gak baik lho berduaan di dalam kamar. Kalau nanti ada setan lewat gimana?" tiba-tiba terdengar suara Daren, berdiri di depan pintu kini.
Nata hanya menanggapi dingin pertanyaan Daren. Dia berjalan begitu saja melintasi sang duda dengan wajah masam. Hal itu membuat Daren meras heran tentu saja. Dia mengejar Nata lalu meraih pergelangan tangannya kini. Sang Duda pun benar-benar menarik pergelangan tangannya, dan membawa gadis itu menaiki tangga menuju lantai dua mana kamarnya berada.
Ceklek!
Blug!
Pintu kamar pun di buka lalu di tutup dan di kunci setelah mereka berdua masuk ke dalamnya.
"Mas apa-apaan sih? Kalau Eden sampai lihat gimana?" tanya Nata ketus.
"Ngapain kamu berduaan di kamar sama si Eden? Kamu tuh gak mikirin perasaan Mas apa?" Daren balas bertanya.
"Aku memang biasa bermain di sana. Kami cuma ngobrol doang ko. Bukannya ini bukan pertama kalinya ya Mas lihat aku sama Eden di kamar!"
"Tapi tetap saja. Situasinya berbeda sekarang, kamu pacarnya Mas lho. Meskipun dia putra Mas sendiri dan kalian sudah berteman sejak kecil, Mas ingin kamu jaga jarak dengan dia mulai sekarang, Mas gak suka!''
"Oh jadi begitu, aku di suruh jaga jarak sama Eden sementara Mas bebas jalan sama Tante-tante ganjen itu tadi?"
"Hah?"
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Siti Maryam
perang dunia...seru..jngn pendek banget ceritanya thor
2023-02-09
3
Puja Kesuma
hajar nat om darennya... mmg ganjen tuh si om... dia td habis satu mobil sama tante gatal itu nat😃😃😃
2023-02-09
2