"Ini apa, Dad? Kenapa ada 2 piring dan 2 gelas di sini?" tanya Eden penuh selidik.
"Hah? Eu ... Ya karena Daddy ingin makan dengan 2 piring sekaligus. Memangnya kenapa? Gak boleh gitu? Kalau kamu mau, bisa kamu ambil satu," jawab Daren merasa gugup tentu saja.
"Hmm! Semakin mencurigakan saja."
"Mana kunci mobil kamu?"
"Buat apaan?"
"Berikan kunci mobil, ponsel, juga kartu kredit yang selama ini kamu gunakan."
"Dih, gak mau. Kalau aku menyerahkan semua itu, bagaimana hidup aku nantinya? Aku juga gak akan bisa traktir cewek-cewek di kampus lagi dong."
"Bukan urusan Daddy. Nama kamu juga akan Daddy coret dari kartu keluarga, dan seluruh harta yang Daddy punya akan di sumbangkan ke panti asuhan. Lebih baik Daddy mengadopsi 100 anak yang penurut dari pada punya 1 anak yang posesifnya minta ampun kayak kamu. Sekarang tinggal pilih, mau di pecat sebagai putra Daddy? Atau, kamu keluar dari rumah ini sekarang juga?'' tegas sang ayah penuh penekanan.
"Hah? Ampun, Dad. Aku akan pergi dari sini sekarang juga hehehehe!" Eden tersenyum cengengesan.
"Ya udah sana pergi."
Eden menatap roti sandwich yang sepertinya lezat dan Daren pun menyadari hal itu.
"Ambil satu kalau kamu mau. Kamu pasti belum sarapan 'kan?" tanya Daren kemudian.
"Hehehehe! Kebetulan sekali aku lapar sebenarnya. Aku ambil satu ya."
"Hmmm!"
Dengan wajah polosnya, Eden meraih satu buah roti dan mengigitnya saat itu juga.
"Tunggu apa lagi, cepat pulang. Makan rotinya sambil jalan bisa 'kan?"
"Ish, Daddy ini. Mana boleh makan sambil jalan, yang ada juga makan sambil duduk kali. Itu ... Susunya belum aku minum. Aku janji akan pulang setelah meminum susu itu, oke?"
Daren mengusap wajahnya kasar. Putranya ini benar-benar sangat menyebalkan. Sementara dia merasa khawatir dengan keadaan Nata yang saat ini masih berada di dalam lemari pakaian.
"Cepetan makannya, lama banget sih," gerutu Daren membulatkan bola matanya.
"Iya-iya, gak sabaran banget sih," rengek Eden mengerucutkan bibirnya sedemikian rupa. Dia pun meraih gelas tersebut lalu meneguknya habis hanya dengan sekali teguka.
Glegek ... Glegek ... Glegek ...
Suara air susu yang melintas di tenggorokan Eden bahkan terdengar nyaring. Dia pun meletakan gelas kosong itu di atas meja makan setelahnya.
"Huaaa! Segar sekali. Daddy memang pandai, selain ganteng dan baik hati Daddy pintar masak juga. Waah! Beruntung sekali wanita yang akan menjadi istri Daddy nantinya," celetuk Eden dan seketika mendapatkan tatapan tajam dari kedua mata ayahnya itu.
Tatapan mata Daren bahkan lebih tajam dari busur panah, membuat Eden sontak berbalik dan hendak melangkah. Namun, pemuda itu seketika menghentikan langkah kakinya lalu kembali memutar badan dan mengulurkan tangannya kemudian.
"Apa lagi?" tanya Daren membulatkan bola matanya.
"Bensin."
"Hah?"
"Ke sini itu pake bensin, aku juga lupa bawa dompet, hehehehe ..."
"Astaga, Eden. Kamu benar-benar menyebalkan,'' gerutu Daren, meraih dompet dari dalam saku celananya lalu menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Oke, makasih Daddy Daren yang baik hati dan tidak sombong hehehehe ....''
"Udah cepetan pulang," pinta Daren mendorong punggung putranya hingga Eden benar-benar keluar dari dalam Vila tersebut.
"Hati-hati di jalan. Tunggu Daddy di rumah,'' pesan sang ayah sebelum pintu pun di tutup kemudian.
Blug!
Ckrek!
Pintu di tutup rapat dan di kunci dari dalam. Daren berdiri tepat di belakang pintu lalu menarik napas berat juga mengusap wajahnya kasar. Beberapa saat kemudian, dia pun teringat akan Nata kekasihnya yang saat ini masih bersembunyi di dalam lemari. Sontak, dia pun bergegas lari ke dalam kamar lalu membuka pintu lemari dengan tergesa-gesa.
Ceklek!
Pintu lemari pun di buka lebar. Nata tampak berjongkok dengan memeluk kedua lututnya. Mata gadis itu terpejam sempurna dengan suara dengkuran kecil yang terdengar begitu lirih di telinga. Daren tersenyum menatap wajah Nata yang terlihat menggemaskan meskipun ujung bibirnya terlihat basah dengan ilernya sekarang.
"Sayang! Bangun, Nat," Daren mencoba untuk membangunkan.
"Huaaaa!" Gadis itu pun merentangkan tangannya lebar-lebar seraya menguap juga mengusap ujung bibirnya.
"Bangun, sayang. Maafkan, Mas. Kamu sampai ketiduran seperti ini."
"Apa Eden udah pulang?"
Daren menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kecil.
"Syukurlah, rasanya sesak sekali di dalam sini."
"Sesak ko tidurnya nyenyak banget? Sampai ngiler segala lagi," lirih Daren tersenyum cengengesan.
"O ya? Hehehehe!"
"Ya udah, kamu keluar sekarang."
"Tapi, Mas. Sepertinya seluruh tubuh aku kram,sakit semua. Mungkin karena aku terlalu lama berjongkok kayak gini,'' rengek Nata dengan nada suara manja.
"Mau Mas gendong?"
Nata menganggukkan kepalanya seraya tersenyum cengengesan.
Pelan tapi pasti, Daren pun meraih tubuh ramping itu lalu menggendongnya kemudian. Dia segera membaringkan tubuh Nata di atas ranjang dengan sangat hati-hati. Kedua mata mereka pun seketika bertemu dan saling menatap satu sama lain.
Sedetik kemudian, Daren benar-benar mendekatkan wajahnya dan melayangkan ciu*an mesra di bibir gadisnya itu.
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
wah untung ga ketahuan eden
2023-10-17
1
arvi azka
pacaran sama duren memang harus kuat2 iman,klo deket pengenya dia nyosor az ky soang....klo gk ditahan bs kebablasan.
pengalaman pribadi 😁
2023-02-24
2
Tiahsutiah
wah Eden baru di gertak gitu aja kau sdh takut sama Daddy mu😂
2023-02-19
2