Wajah Nata seketika memerah. Dunianya terasa runtuh seketika saat mendengar duda kesayangannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayah dari sahabatnya sendiri telah memiliki calon istri. Sudah lebih dari 5 tahun dia memendam rasa kepada laki-laki yang memiliki umur yang sama dengan ayahnya itu, tapi harus berakhir patah hati seperti ini.
"Maksud Daddy apa? Bukankah aku pernah bilang kalau aku gak pernah mau punya ibu tiri?" ucap Eden sang sahabat dan dia hanya menyimak degan wajah datar.
"Dengarkan Daddy dulu Ed--"
"Cukup! Aku gak mau apa yang namanya ibu tiri atau ibu sambung," celetuk Edden menarik pergelangan tangan Nata lalu pergi begitu saja dari hadapan sang ayah.
"Hey! Mau kemana kamu, Eden?" teriak sang ayah merasa kesal.
Eden sama sekali tidak menaggapi teriakan ayahnya itu. Dia masuk begitu saja ke dalam rumah sahabatnya yang memang bersebelahan dengan rumah miliknya itu seolah rumah tersbut adalah rumahnya sendiri.
Ceklek!
Blug!
Pintu rumah di buka lalu di tutup kembali setelah keduanya masuk ke dalamnya. Eden nampak memasang wajah masam. Dia benar-benar terlihat seperti seorang anak kecil yang sedang merajuk kepada orang tuanya.
"Kenapa jadi masuk ke rumahku? Apa kamu gak salah masuk?" tanya Nata melepaskan tautan tangan Eden kemudian.
"Aku memang sengaja masuk ke rumah kamu ko. Malam ini aku bakalan menginap di sini."
"Hah? Mana boleh sepeti itu?"
"Kenapa gak boleh? Biarpun aku menginap di sini, aku gak bakalan tidur di kamar kamu lho. Aku bakalan izin sama Om nanti.''
"Hmm ... Tapi kamu benar-benar hebat, Ed. Apa yang kamu lakukan itu sudah tepat. Jangan mau punya ibu tiri, dimana-mana ibu tiri itu jahat lho,'' celetuk Nata tersenyum cengengesan.
Sementara itu, Eden hanya mendelik kesal. Sampai kapanpun dia tidak akan membiarkan wanita manapun menggantikan posisi ibunya yang telah tiada itu. Baginya, ibunya hanya satu dan tetap satu sampai kapanpun. Tak ada yang namanya ibu tiri ataupun ibu sambung. Batin Eden penuh tekad.
"Tapi jangan salah paham dulu, aku mengatakan hal itu bukan karena aku anu sama Om Daren ya,'' ujar Nata menambahkan.
"Anu apaan?"
"Nggak ko, bukan apa-apa. Hehehehe!"
* * *
Malam pun tiba, Eden masih belum juga kembali ke rumahnya. Hal itu tentu saja membuat Daren merasa khawatir. Padahal, dia sudah membatalkan acara makan malamnya dengan wanita itu. Baginya, putra semata wayangnya itu adalah prioritas utamanya saat ini. Kebahagian sang putra adalah nomor satu di dalam hidupnya. Itu pula yang menyebabkan dirinya masih menduda sampai saat ini.
Tok ... Tok ... Tok ...
Suara ketukan di pintu seketika membuyarkan lamunan panjang seoang Daren. Dia pun berdiri dan berjalan ke arah pintu lalu membukanya kemudian. Dirinya berharap bahwa yang datang adalah Eden sang putra.
Ceklek!
Pintu pun di buka. Harapan Eden pupus seketika karena yang datang bukanlah Eden sang putra melainkan Nata sahabatnya.
"Kamu? Eden mana?" tanya Daren menatap sekeliling mencari keberadaan putranya.
"Dia ada di rumah, Om. Aku di utus ke sini buat ambilin baju ganti buat dia," jawab Nata dengan begitu polosnya.
"Lho, kenapa dia gak pulang dan ambil sendiri?"
"Entahlah, putra Om yang manja itu sepertinya masih ngambek tuh.''
"Dasar, kayak anak kecil aja sih pake ngambek segala."
"Tapi, Om. Apa boleh aku masuk? Aku hanya akan mengambil satu stel pakaian Eden ko,'' ujar Nata tersenyum cengengesan.
"Boleh Om bicara sama kamu sebentar?"
"Hah?" Jantung Nata seketika merasa berdebar.
Mengobrol berdua dengan sang duda adalah hal yang sudah lama dia impikan. Gadis berambut panjang itu pun segera menganggukkan kepalanya dengan perasaan senang tentu saja.
"Boleh-boleh, Om. Tapi, apa kita mau bicara di depan pintu seperti ini?" jawab Nata tersenyum bahagia.
"O iya, Om sampai lupa. Silakan masuk, Nata," Daren mempersilahkan gadis itu untuk masuk juga akhirnya.
Tanpa basa-basi lagi, Nata segera masuk ke dalam rumah lalu duduk di ruang tamu. Wajahnya terlihat begitu bahagia menatap wajah Daren dengan tatapan mata berbinar tentu saja. Sementara duda pujaan hatinya itu hanya tersenyum menatap wajah cantik gadis bernama Nata yang memang selalu bersikap seperti itu setiap kali mereka berjumpa.
"Apa yang ingin Om katakan sama aku?" tanya Nata tersenyum begitu manisnya.
"Kenapa Eden masih belum pulang kemari? Padahal Om sudah membatalkan acara makan malam kami demi dia," tanya Daren duduk tepat di samping Nata kini.
"Apa lagi? Dia itu kayak anak kecil. Ed bilang sama aku kalau dia gak mau punya ibu tiri ataupun ibu sambung. Dia gak suka kalau Om menikah lagi,'' jawab Nata jujur apa adanya.
"Hmm ... Selalu seperti itu. Om ini laki-laki normal. Mana mungkin Om menduda selamanya, ada-ada aja tuh anak. Om terpaksa memutuskan hubungan Om sama wanita tadi gara-gara si Eden."
Nata sontak membulatkan bola matanya. Apa dia sama sekali tidak salah dengar? Om duda benar-benar telah putus dengan wanita tadi? Dengan kata lain dia masih ada kesempatan untuk mengejar hot dudanya itu?
"Om serius? Om udah putus sama tante-tante yang tadi?"
"Tentu saja, semua itu Om lakukan demi putra om yang manja itu. Sudah berapa wanita yang Om buat patah hati gara-gara dia.''
"Kenapa Om gak tanya saja sama Ed, ibu seperti apa yang dia inginkan? Eden pernah bercerita kepadaku bahwa dia ingin memiliki ibu yang masih muda dan juga masih fresh. Seperti aku contohnya? Om tahu 'kan kalau aku sudah lama menyukai Om?''
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Paulina H. Alamsyah Asir
keran
semangat ❤🙏💪
2023-10-17
2
Erna Fadhilah
ceritanya promosiin diri sendiri ya nat 🤣🤣🤣🤣
2023-10-17
2
Asrini Zafarani
emang ya si nata... genit nya pake banget
2023-09-08
3