"Rara loe kenapa?" tanya Fandi setelah berada cukup dekat dengan Rara.
"Nggak apa-apa kok Fandi" ucap Rara berusaha tersenyum.
"Terus kenapa wajah loe seperti menunjukkan loe lagi ada apa-apa" ucap Fandi.
"Nggak kok perasaan loe ajah Fandi" ucap Rara dan berusaha untuk tersenyum lagi.
"Rara kalau misalnya loe ada masalah, loe bisa kok curhat sama gue, gue bakalan dengerin dan bantu loe kalau gue bisa bantu" ucap Fandi sungguh-sungguh.
"Iya gue bakalan curhat sama loe kalau gue ada masalah, tapi sekarang gue beneran nggak lagi ada masalah" ucap Rara lagi.
Rara belum siap untuk menceritakan itu semua kepada Fandi, padahal Fandi sudah mengetahui semuanya.
"Baiklah, ayo buruan kita masuk ke kelas pasti dosennya udah nggak lama lagi masuk kelas" ajak Fandi sambil memegang tangan Rara.
Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Rafa, tapi tadi Rafa gue lihat ada di kelas batin Fandi.
Mereka pun masuk kelas dengan tangan Rara yang masih di pegang oleh Fandi. Kejadian itu tidak luput dari tatapan mata teman-teman kelas mereka namun mereka anggap seperti biasa saja karena mereka memang tahu kalau Fandi dan Rara berteman sangat akrab.
Namun berbeda dengan Zahra yang sangat jengkel melihat Fandi yang memegang tangan Rara.
Dasar cewek nggak tahu malu batin Zahra.
Sedangkan Rafa yang melihat itu biasa saja.
Mereka itu sangat cocok, kenapa mereka nggak menikah saja batin Rafa.
Fandi dan Rara pun sudah duduk bersampingan tak berapa lama dosen pun masuk ke kelas mereka.
#####
Di tempat lain ayah Rafa pergi mengunjungi makam ayah Rara.
Aku akan menjaga anakmu selama sisa hidupku, sebentar lagi aku akan menikahkan anakmu dan anakku jadi tenanglah di alam sana. Dan terima kasih pengorbanan kamu waktu itu. Kalau kamu tidak menolong aku waktu itu mungkin sekarang akulah yang berada di sini ucap ayah Rafa sambil menahan air matanya.
Setelah mengunjungi makam ayah Rara dan ibu Rara, ayah Rafa pun pergi ke rumah paman dan bibi yang sudah merawat Rara.
"Tuan" ucap paman Rara sedikit terkejut setelah membuka pintu melihat yang berdiri di depan pintu adalah Rafindra Alexander. Silahkan masuk tuan ucap paman Rara lagi mempersilahkan ayah Rafa masuk.
"Iya" ucap ayah Rafa kemudian berjalan masuk ke dalam rumah.
Paman Rara mempersilahkan ayah Rafa duduk lalu setelah itu dia masuk ke dalam kamar memberitahu istrinya kalau ayah Rafa berkunjung ke rumah mereka. Bibi Rara pun berusaha untuk bangun dan menuju ke dapur untuk membuatkan minum. Bibi Rara memang sekarang sering sakit-sakitan. Paman Rara pun keluar lagi menemui ayah Rafa.
"Maaf tuan tadi saya memanggil istri saya dulu" ucap paman Rara yang tidak enak membuat ayah Rafa duduk sendiri.
"Oh iya tidak apa-apa. Kebetulan memang ada yang saya ingin bicarakan kepada kalian berdua" ucap ayah Rafa.
Bibi Rara pun keluar dengan membawa minuman kemudian dia menaruhnya di meja.
"Kenapa harus repot-repot" ucap ayah Rafa lalu tersenyum, dia merasa tidak enak kepada bibi Rara.
"Ini tidak repot tuan" ucap bibi Rara mempersilahkan dengan sopan lalu duduk di dekat suaminya.
"Oh iya tuan tumben tuan sendiri yang datang kesini, ada apa tuan?" tanya paman Rara karena biasanya ayah Rafa menyuruh anak buahnya saja karena memang ayah Rafa yang mempunyai jadwal banyak.
"Saya ingin membicarakan tentang perjodohan Rara dan Rafa" ucap ayah Rafa setelah meminum teh yang sudah di buat oleh bibi Rara.
"Apa Rara dan Rafa sudah mengetahui?" tanya bibi Rara dengan sedikit terkejut.
"Iya sudah dan semua sudah sesuai rencana" ucap ayah Rafa. Dan besok suruhan saya akan kesini, segera lah ke rumah sakit bersama suruhan saya, agar penyakitmu di tangani dengan baik supaya nanti Rara menikah kalian bisa datang, masalah biaya biar saya yang menanggungnya jadi tidak usah memikirkan itu ucap ayah Rafa lagi kepada bibi Rara.
"Terima kasih tuan atas kebaikannya tapi kita tidak bisa menerima itu lagi, tuan sudah terlalu baik sama kami" ucap bibi Rafa.
"Tidak apa-apa jangan di pikirkan lagian nanti kita akan jadi keluarga jadi sudah sewajarnya keluarga saling membantu" ucap ayah Rafa. Baiklah saya pulang dulu nanti saya akan informasikan lagi dan besok ikutlah suruhan saya ucap ayah Rafa lagi.
"Baiklah tuan, terima kasih banyak tuan" ucap paman Rara.
Ayah Rafa pun kembali ke kantornya lagi.
Tuan Rafindra benar-benar baik, beruntung sekali Rara kalau jadi menikah dengan anak tuan Rafindra, Rara mendapatkan mertua yang sangat baik jadi orang tuanya pasti tenang dan senang di alam sana dan semoga anak tuan Rafindra mencintai Rara, saya hanya ingin Rara bahagia ucap paman Rara kepada bibi Rara.
#####
Di kampus ternyata dosen yang masuk di kelas Rafa dan kawan-kawan memberikan evaluasi dadakan setelah menjelaskan beberapa materi. Zahra dan Fania sudah kaget bukan main mendengar kata evaluasi karena mereka memang belum sempat belajar dan tidak suka belajar, mereka juga belum membuat jimat keberuntungan karena evaluasinya dadakan.
Berbeda dengan Rafa, Rara dan Fandi mereka sudah siap kapanpun akan di lakukan evaluasi. Mereka sudah tahu tipe dosen ini selain waktunya suka ngaret, dosen ini pun selalu memberi evaluasi dadakan.
Zahra pun berbisik kepada Fania.
"Untung Rafa di samping gue" bisik Zahra ke Fania, Zahra sedikit senang karena mengetahui Rafa yang sangat mencintainya sudah pasti Rafa akan membantunya sebentar jika Zahra meminta jawaban.
"Iya enak loe Zahra, kalau tahu bakalan ada evaluasi dadakan gini, gue dengan senang hati mau tukaran dengan loe tadi" bisik Fania balik ke Zahra.
"Itu sih nasib loe yang nggak bagus" bisik Zahra sambil tertawa pelan.
"Dosen ini benar-benar menjengkelkan, pokoknya loe harus bagi jawaban ke gue bentar, kalau Rafa ngasih loe jawaban" bisik Fania lagi.
"Tenang saja gue pasti berikan ke loe, gue nggak bakalan lupa sama teman gue" bisik Zahra lagi.
"Oke gue pegang omongan loe" bisik Fania.
"Iya pegang ajah, gue bukan tipe yang suka bohongin teman sendiri" bisik Zahra lagi.
Rafa yang melihat mereka berbisik-bisik hanya diam saja dan merasa heran.
Mereka dari tadi bisik-bisikan melulu batin Rafa.
Di meja depan Fandi bertanya kepada Rara.
"Loe udah siap belum evaluasi mendadaknya?" tanya Fandi pelan ke Rara.
"Iya dong udah siap, loe?" tanya Rara balik ke Fandi dengan suara pelan.
"Udah juga dong" ucap Fandi pelan lalu tersenyum.
"Bagus deh, semangat" ucap Rara kemudian tersenyum juga.
"Iya loe juga" ucap Fandi balik.
Dosen pun telah membagikan soal dan kertas untuk menjawab kepada setiap mahasiswa.
Mereka pun mulai menjawab semua pertanyaan dari dosen. Rara, Rafa dan Fandi pun sangat santai melihat soal itu dan menjawabnya karena mereka tahu semua jawabannya. Sedangkan Zahra dan Fania sudah keringat dingin dan panik karena tak ada satu pun yang mereka tahu jawabannya di tambah dosennya sangat ketat dalam mengawasi mereka semua yang berada di ruangan itu. Namun Zahra tetap akan berusaha meminta jawaban kepada Rafa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 365 Episodes
Comments
01. Adam Satya Hibatullah 4 Yunus Anis
mangkax belajar jangan belanja mlulu
2021-06-18
0
Imar Fuah
Zahra pintar nya pakai make up 😅
2021-06-11
0
Marlein Sulistyo Maukar
cantik tapi taking nyontek..
2021-06-01
0