“ Keeyyy.. duduk sini nak..” ajak Nia sambil menepuk kursi panjang yang ia duduki.
Kezia pun terduduk di samping Nia dan diikuti oleh Dena. Mereka bersantai di halaman belakang panti. Di hadapan mereka ada kolam kecil dengan air terjun buatan. Tak jauh dari tempat duduk mereka ada sepasang ayunan dan perosotan serta mainan putar-putar. Suasananya begitu asri dan menenangkan.
“ Kalian mungkin aneh, kenapa tumben-tumbenan bunda rayain ulang tahun anak panti dengan meriah.” Nia membuka pembicaraan. Di genggamnya tangan Kezia dan Dena, kemudian di tatapnya kedua wajah di hadapannya bergantian. Nia menarik nafas dalam, Kezia dan Dena hanya mematung menyimak pembicaraan Nia.
“ Anis adalah anak yang baik dan sangat menurut. Pesta ulang tahun ini, mungkin hanya satu-satunya permintaan
dia dan bunda harus mengabulkannya, karena mungkin tidak ada acara ulang tahun berikutnya.” Ujar Nia dengan lelehan air mata di pipinya.
“ Kenapa bun, anis ada yang adopsi? Bukannya harusnya bunda senang ada orang lain yang juga sayang sama
dia?” cerocos Dena
“ Sayang, anis Sakit.” tutur Nia. Ia terisak dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. Dalam hatinya seolah ada bongkahan batu besar yang mengganjal dadanya selama ini. Dengan serta merta Kezia memeluk Nia dari samping. Wanita lembut yang begitu kuat, meneteskan air mata di hadapannya. Dena segera beranjak pindah duduk ke samping kiri Nia kemudian ikut memeluknya. Dena tahu persis rasa sedih yang di alami Nia. Bagi Nia, semua anak panti adalah hartanya yang paling berharga tanpa kecuali.
“ Anis sakit apa bun?” lirih Dena. Nia membuka tanganya kemudian kembali menggenggam tangan Kezia dan Dena.
“ Dia sakit leukemia." jawab Nia dengan terbata. "Lusa dia menjalani kemotheraphy pertamanya. Bunda masih belum bisa membayangkan, anak sekecil ini harus bertemu kemalangan yang begitu besar.” ungkap Nia yang kembali terisak dengan lirih. Kezia dan Dena tercengang mendengar cerita yang di sampaikan Nia
“ Bun, apa biayanya ada?” tanya Dena dengan perlahan.
“ Untuk biaya kamu tidak perlu khawatir, anis ada asuransi. Yang menjadi kekhawatiran bunda adalah kesehatan mentalnya dan kondisi anak panti lainnya.”
“ Key bisa bantu apa bun?” tanya Kezia sambil menatap hangat manik hitam di mata Nia
“ Cukup do’akan bunda agar bunda sehat dan kuat menghadapi ujian ini…” tutur Nia sambil menyandarkan kepala Kezia ke pundaknya, lalu membelainya dengan lembut.
“ Hari ini key nginep di sini boleh?”
“ Tidak ada yang melarang nak, asal orangtuamu mengizinkan.” Jawab Nia sambil mengecup kening Kezia. Mereka pun terlarut di angannya masing-masing hingga angin malam mulai menyelusuk ke tulang sendinya dan memberi rasa dingin.
****
Kezia membaringkan badannya di ranjang atas. Diambilnya handphone yang berada di sampingnya. Sejenak dia membuka-buka galeri ponselnya. Foto terakhir Kezia dan orang tuanya adalah dua bulan lalu, lebih tepatnya hari pertama Kezia masuk di kelas 2 SMA. Kezia tersenyum ketir melihat foto dirinya dipeluk oleh kedua orangtuanya dengan rasa kecewa sangat kuat menyarang di dadanya.
Dibukanya aplikasi messengernya. Ada 256 pesan yang masuk. Tidak ada satupun yang dia buka. Dicarinya nomor Eliana kemudian di ketiknya sebaris pesan.
“ Zia nginep di tempat dena.” Tulis Kezia dengan singkat.
Dipeluknya erat-erat handphone didadanya. Matanya terpejam. dan buliran air mata kembali meleleh. Sedih, ya sangat menyedihkan. Mereka bertiga orang yang saling menyayangi namun mengapa harus saling menyakiti satu sama lain.
“ Keyyy…” suara Dena mengisi rongga telinga Kezia
“ Hemm….” Jawab Kezia yang tetap memejamkan matanya.
“ Gue tau lo gag baik-baik aja dan gue tau lo butuh waktu. Tapi paling tidak, kuatlah, hadapi semuanya dengan kuat, hem...” tutur Dena tang terbaring di ranjang bawah.
“ Apa lo berfikir gue selemah itu, kesakitan gara-gara seorang cowok yang bukan siapa-siapa gue?” tanya Kezia
sambil terbangun dari tidurnya.
“ Gue gag tau apa yang lo hadapin. Gue cuma gag mau liat lo terus –terusan bersedih.” Sambung Dena.
“ Mamah papah gue mungkin bakalan pisan na.” ujar Kezia dengan berat.
Mendengar ucapan Kezia, Dena segera terbangun dari tidurnya. Dia beranjak turun dari ranjangnya kemudian menaiki tangga menuju ranjang Kezia yang berada di atas ranjangnya. Sejenak Dena menatap Kezia yang sedang memainkan ponselnya dengan wajah sendu dan mata merah nan berair.
Di rangkulnya tubuh Kezia dari samping. Ia tidak menyangka kesedihan seperti ini yang membuat sahabatnya terus terdiam. “ Tolong jangan terpuruk sendirian. Ada gue sama temen-temen yang akan terus bersama lo!” lirih Dena seraya mengusap-usap lengan Kezia.
Tidak ada pertanyaan kenapa, bagaimana atau seperti apa dari mulut Dena. Dena tau, Kezia sangat menjaga privasinya dan ia hanya bisa memberi Kezia dukungan untuk tetap kuat.
Kezia terangguk pelan, kemudian mengusap air matanya denagn kasar. Ia berusaha tersenyum walau Dena yakini sangat sulit.
“ Sekarang, tidurlah. Besok hari baru, harapan baru. Lo harus tetep semangat seperti biasanya, gue yakin lo bisa menghadapi semuanya dengan kuat key.” Ujar Dena seraya mengusap kepala Kezia dengan lembut.
“ Thanks na, thanks atas pengetian lo.” Kezia menyahuti seraya menggengam erat tangan Dena.
*****
“ Key, lo gag pa-pa pake baju olahraga gue?” tanya Dena pada Kezia yang masih melipat-lipat baju olahraganya.
“ Gag apa-apa na, masih cukup kok. Daripada gue harus ke rumah dulu tar telat lagi.” Sahut Kezia dengan senyuman ringan di bibirnya. “ Seragamnya nanti gue pake punya sherly, soalnya punya lo kependekan rok nya.” lanjut Kezia. Dena pun mengangguk mengiyakan.
Pagi itu Kezia dan Dena ke sekolah dengan menggunakan taksi online. Perjalanan 30 menit terlewati dan mereka sampai di gerbang sekolah 10 menit sebelum masuk.
“ Pagiii gadiisss…” sapa seseorang dari arah koperasi siswa.
“ Pagiii,,,, Lo udah dateng andes?” sahut Dena.
“ Ya iya lah. Hari ini hari yang indah, jadi gue semangat banget ke sekolah.” Jawab Andes yang menyunggingkan senyum. “ Gue duluan ya, sampe ketemu nanti dilapangan!” imbuh Andes sambil melempar senyum pada Kezia. Kezia membalasnya dengan anggukan.
“ Si andes cakep juga ya key!” bisi dena di telinga Kezia.
“ Lo suka?”
“ Bukan suka, gue cuma bilang tu anak cakep juga!” kilah Dena
“ Iyaa tapi itu indikasi awal!” sahut Kezia sambil tersenyum nakal.
" Sialan lo, godain gue aja!” seru Dena sambil berjalan pergi meninggalkan Kezia.
Kezia hanya terkekeh geli melihat ekspresi Dena. Tanpa ia sadari Dena bisa membantunya melupakan sebagian kesedihannya dan Kezia bergegas berlari menyusul Dena.
****
Sampailah Kezia di bangku kelasnya. Ia mulai mengeluarkan buku untuk jam pelajaran pertama. Tidak lama Difa datang dengan nafas terengah-engah.
"Huh! Syukurlah bell nya belum bunyi.” Ujar Difa sambil duduk di sebelah Kezia.
“ Tumben lo kesiangan fa?” tanya Kezia sambil menyodorkan tumbler yang berisi air minum
“ Gag usah, gue bawa kok.” Jawab Difa dengan segera menenggak air mineral dalam tumbler nya.
Tidak lama berselang, datang seseorang menghampiri Kezia dan menyodorkan selembar kertas padanya.
“ Lo kezia kan? Ada titipan buat Lo” ujar anak laki-laki tersebut
“ O iya makasih.” jawab Kezia seraya menerima kertas yang diberikan anak laki-laki tersebut. Sebuah amplop putih sekarang beralih ke tangannya.
“ Apaan itu key?” tanya Difa seraya mendekat.
“ Tau nih” Kezia mengendikkan bahunya santai. Ia mulai membuka amplop tersebut dan di dalamnya ada selembar kertas. Kezia membuka lipatan kertas tersebut dan terlihat beberapa kata tertulis dengan tinta merah di atas kertas.
“LO JANGAN SOK CAKEP. RUGI LO URUSAN SAMA GUE! _ IRENE”
Kezia dan Difa tercengang melihat tulisan tersebut. Kezia masih berusaha mengingat nama yang menulis tulisan tersebut tapi belum ada yang terlihat di kepalanya seperti apa sosok bernama Irene tersebut.
“Lo ada urusan apa sama kak irene key?” selidik Difa yang penasaran.
“ Gag tau, nama irene aja gue gag kenal!”
“ Sini suratnya buat gue.” Pinta Difa pada Kezia
“ Ihh apaan sih fa, tar dikira lo lagi yang di ancam. Udah gue buang aja.” Tutur Kezia sambil melempar surat tersebut ke tempat sampah yang ada di belakang bangkunya. Ia tidak ingin terlalu memikirkan hal seperti itu karena menurutnya ia tidak memiliki alasan untuk berurusan dengan orang yang mengancamnya.
“ Kalo ada apa-apa, kasih tau gue yaa…” tutur Difa dengan wajah cemas.
" Gag akan ada apa-apa. Tu orang salah kirim kayaknya!” Kezia mentahuti dengan ringan.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
pietta
ceritamu bagus thor. ngengiten aku masa2 sekolah. hehe
2023-09-07
1