My First Love Story
Dalam pagi yang dingin, sang Mentari mulai keluar dari peraduannya. Sinarnya menyibak kelamnya malam yang membekukan setiap cahaya dalam kesunyian. Segarnya hawa pagi menyelusuk kesetiap sendi yang membuat diri tak ingin beranjak dari sepi yang menemani.
Tak ada yang tak istimewa, setiap hari adalah berkah yang dirasakan oleh setiap insan yang kembali bisa membuka matanya dari lelapnya tidur dan menyajikan berjuta harapan baru dalam hari yang dirindu.
“ No one ever show me like you do…” terdengar alunan merdu dari handphone Kezia.
Sejenak ia mengerjapkan matanya yang terasa begitu rapat. Terasa ada cahaya mentari yang mulai menghangatkan tubuhnya. Dia mengucek matanya berulang kali lalu meregangkan otot tubuhnya dengan nikmatnya.
Dengan mata masih setengah tertutup ia berusaha mencari handphone yang sedari tadi masih mengalunkan suara Christian Bautista dengan merdunya.
“Haloo….” Ujar kezia dengan suara serak khas bangun tidur.
“ Key, lo masih tidur ya? Gila lo, ini udah siang neng! Lo lupa apa ini hari pertama kita sekolah?” terang suara di seberang sana dengan nyaringnya. Kezia sedikit menjauhkan handphonenya dari telinga.
“ Eemmm… iya gue tau. Tenang aja kali… udah bukan masa MOS ini” jawab Kezia dengan diikuti uapan. Ia menggaruk rambutnya yang berantakan. Nyawanya belum benar-benar kumpul.
“ IIhh lo kok tenang-tenang aja sih. Emang lo udah tau gitu kelas baru lo?” suara cepreng itu terdengar makin nyolot
“Beloommm…” jawab Kezia enteng
“ Makanya,cepet banguunn… mandi sarapan terus berangkat ke sekolah. Nanti kita cari bareng-bareng kelasnya. Cepet yaa gue tungguin d tempat biasa!”
“tut tut tut”
Tanpa sempat menjawab apapun, suara disebrang sana sudah terputus terlebih dahulu.
“ iyaa maakkk” gumam Kezia seraya menyunggingkan senyum di bibirnya.
Ya memang seperti itulah Dena. Sahabat Kezia sejak SMP kelas 1. Suaranya cempreng, resek, cerewet tapi care dan baik hati. Sering kali Kezia memanggilnya “Emak” karena hebohnya kelakuan Dena.
Kezia kembali menggeliatkan tubuhnya. Dia mencoba bangkit dari tempat tidur. Perlahan kakinya turun dengan ogahnya. Di raihnya handuk merah muda yang berada di rak dekat lemari, persis sebelah pintu kamar mandinya. Dibukanya pintu kamar mandi perlahan. Terasa hawa dingin yang membuat dia bergidik. Kezia pun melakukan ritual mandinya dengan segera.
*****
Berselang 10 menit Kezia keluar dari kamar mandi. Diambilnya seragam putih abu dari dalam lemari yang telah
tergantung rapi. Dengan cepat dia mengenakan bajunya. Di depan meja rias ia mulai mematut diri. Rambut panjang dengan ujung bergelombang di biarkan tergerai dengan indah..
Kezia bukan tipe gadis yang biasa berdandan. Untuk pergi ke sekolah dia memakai riasan alakadarnya. Hanya dengan pelembab khusus remaja, bedak dayi dan Lip balm dia merasa sudah cukup.
Dirapatkanya bibir tipisnya untuk meratakan lip balm yang telah dioleskan di atas bibir tipisnya. Lalu tersenyum memperlihatkan gigi putih yang berderet rapi dengan terlihat lesung pipi di pipi kanannya, menambah manis senyumnya.
“Okey, Semangat Kezia” ujarnya seraya mengepalkan tangannya ke udara.
Tak lama iapun segera berjalan keluar kamar seraya menjinjing tas ransel berwarna Pink miliknya. Langkahnya terdengar nyaring menuruni anak tangga sambil berlari kecil.
“Pagi mah, pah” sapa Kezia pada kedua orangtuanya yang telah menunggunya untuk sarapan.
"Pagi sayang..." Sahut kedua orang tersayangnya bersamaan.
Dikecupnya pipi mamah dan papahnya secara bergantian. Ia menggeser kursi disebelah kanan mamahnya yang berhadapan dengan papah. Dihadapannya telah terhidang sepotong sandwich dengan segelas susu coklat yang siap untuk disantap.
“ Wah anak mamah udah wangi, rapih dan cantik lagi.” Goda Eliana
“ Ya Pasti lah mah, hari ini kan Zia akan bertemu dengan teman-teman dan pacarnya.” Sahut Martin seraya mengangkat alisnya dan tersenyum pada sang gadis.
Kezia tersipu malu melihat tingkah Eliana dan Martin. Dia merasa geli sendiri.
“ Ah mamah sama papah apaan sih?” Kezia tersenyum ringan. “ Mah hari ini zia izin pulangnya sorean dikit yaa… soalnya kan masih kangen-kangenan sama temen-temen.” terang Kezia
“Temen apa temen?” goda Martin
“ Ih papah, temen lah pah…” sahut Kezia seraya mengerucutkan bibirnya kesal.
“ Udah ah pah, godain mulu anaknya… “ tukas Eliana seraya melirik Martin. Martin terkekeh gemas melihat tingkah anaknya yang masih seperyi anak kecil “ Iya boleh, tapi awas kalo Maghrib belum pulang” lanjut Eliana seraya mengarahkan telunjuknya ke arah Kezia.
“ Siap Bos!!!!!” Kezia melakukan hormat singkat pada mamahnya. “ Makasih ya mah” lanjut Kezia seraya memeluk dan mencium pipi Eliana yang terduduk di sampingnya.
Kezia mengangkat-angkat alis tebalnya ke arah papah sambil menjulurkan lidahnya tanda meledek. Martin membalasnya dengan senyuman.
Seusai menghabiskan Sandwich dan segelas susu, Kezia segera beranjak dari tempat duduknya. Tas ranselnya sudah kembali tersampir ppunggungnya, ia sudah bersiap untuk berangkat.
“ Mah, Pah, Zia berangkat dulu yaaaa” tutur Kezia seraya mencium pipi mamah dan papahnya bergantian.
“ Iya hati-hati ya sayang,,,” Eliana menyahuti.
Kezia hanya mengangguk seraya melempar senyum. Di garasi rumahnya sudah menunggu sopir yang akan mengantarnya ke sekolah.
“Selamat pagi non Kezia…” Sapa pak Mad
“ Pagiii pak…. Bapak udah sarapan?”
“ Sudah Non, sudah sangat kenyang” Jawab Pak Mad seraya mengusap perut buncitnya. “ Sudah siap Non?
kita berangkat” Pak Mad sudah bersiap dan duduk di balik kemudi menunggu sang tuan putri untuk berangkat.
“ Udah dong.. Let’s go pak” Jawab Kezia yang duduk di samping Pak Mad.
****
“ Keyyy!! Kezia!!” Panggil Dena setengah berteriak dari arah lapangan basket. Dena berusaha mengejar Kezia yang berjalan lumayan cepat. Mendengar panggilan Dena, Kezia pun membalikkan badannya.
“ Toa mesjid, kebiasaan ya teriak-teriak muluuu...?” Cetus Kezia seraya mencubit gemas pipi tembem sahabatnya.
“ Habis lo jalannya cepet banget siihh… gue capek tau ngejar lo.” Terang dena dengan nafas yang masih terengah-engah.
Kezia tersenyum ringan seraya memeluk Dena. Ia sangat merindukan sahabat konyolnya ini. Dena pun membalas pelukan Kezia.
“ Lo cepet juga nyampe sini key” lanjut Dena
“ Ya iiya lah… Pak mad kan eks pembalap F1, lo gag tau ya?” Jawab kezia seraya terkekeh
“ Ah lo ada-ada aja. Lo kangen gag sama Gue?” Dena mengedipkan matanya dengan genit.
“ Nggak!!!” Jawab Kezia seraya mengerlingkan matanya
“ Ah sialan lo!!” Dena mengalungkan tangannya di leher Kezia sambil menggelitik Kezia, kebiasaan lama yang sering ia lakukan saat menggoda satu sama lain.
Kezia tertawa renyah, dena selalu bisa membuat ia tertawa.
****
Mereka pun berjalan bersama-sama menuju papan pengumuman yang dikerumuni para siswa. Rupanya nereka sedang melihat daftar siswa kelas XI. Kezia dan Dena ikut berdesakan mengintip dimana mereka di tempatkan.Jari telunjuknya bergerak lincah di atas papan pengumuman dengan bola mata yang bergerak ke kanan dan ke kiri.
“ Woyyy! Serius amat Neng?” Ujar Sherly dan Kania yang menepuk bahu Dena dan Kezia..
“ Ih lo gag ada kerjaan banget sih ngagetin Gue!” Seru Kezia spontan. Sherly dan Kania pun tertawa dengan renyahnya melihat ekspresi Kezia.
“ Gue kangen lo keeyyy!!!” tutur sherly seraya memeluk Kezia erat. Kania pun mengikutinya
“ Miss You baby….” Sambung kania
Mendengar suara ketiga sahabatnya, Dena pun bergegas menghampiri
“ Aaww ternyata kaliaannn, pantesan lampu sorotnya langsung ngarah ke sini.” ujar Dena yang ikut bergabung dalam rangkulan.
Untuk beberapa saat mereka pun saling berangkulan melepas rindu. Mereka tersenyum satu sama lain.
“ Kalian udah nemu kelas belum?” tanya Dena memulai perbincangan
“ Udaaaaah doongggg” Jawab Sherly dan Kania bersamaan.
“ Emang kalian belum tau yaa di kelas mana? Jangan-jangan kalian gag diakuin lagi di sekolah ini, hahaha” lanjut Kania tertawa puas meledek kedua temannya.
“Sialan Lo!” Dena menyiku lengan Kania seraya tersenyum.
“Hehehe kangen gue liat manyunnya lo na!,” ujar Sherly sambil mencolek dagu Dena
“ Dasar Lo” tangkis Dena
“ Sekarang ayo deh gue bantuin lo nyari kelas lo. Soalnya kita berdua udah di akui di IPA 2, iya gag?” sambung Kania. Sherly mengangkat alisnya seraya tersenyum puas ke arah kedua sahabatnya.
“ Iya makasih non Sherly dan Non Kania yang baik hati dan tidak sombong” jawab Dena dengan malas
Ketiga sahabat itu pun tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Dena yang konyol. Tersadar akan tugasnya, merekapun melanjutkan pencarian kelas Kezia dan Dena. Setelah lumayan pegal mencari, tiba-tiba Dena melompat riang karena namanya sudah tertera di daftar nama siswa kelas XI IPA 4.
“ Yahh… gag sekelas deh kita” Kezia tampak kecewa dengan kelas yang ia tempati.
“ Lo di kelas pojok key?” seru Sherly
Kezia hanya mengangguk dengan lemas.
“ Hahaha, gag apa-apa, kan enak bisa mojok” ledek Kania
“ IIhh lo kok tega banget sih sama gue?!” geram kezia
Ketiga sahabatnya tertawa dan kemudia memeluk Kezia sambil tetap tertawa.
“Udah-udah girls. Bentar lagi bell masuk bunyi tuh, mending sekarang kita ke kelas masing-masing, ato mau ke kelas pojok?” lanjut Kania meledek Kezia
“ Iihh males gilaaaa…” sahut kedua sahabat lainnya
“ Ihhh lo bertiga awas yaaa…” Kezia mengacungkan bogemnya ke arah ketiga sahabatnya.
Ia terlihat sangat geram. Sementara itu, Kania, Dena dan Sherly serempak berlarian seraya tertawa terbahak-bahak meninggalkan Kezia yang masih merasakan kekesalan kepada ketiga sahabatnya.
“ Istirahat Gue jemput ya key!!” teriak Dena sambil melambaikan tangannya ke arah Kezia.
Kezia hanya mematung melihat ketiga sahabatnya berlalu.
*****
Perlahan Kezia mulai melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Beberapa siswa laki-laki yang duduk di atas meja dekat pintu masuk melihat kedatangan Kezia, mereka berdehem seraya tersenyum pada Kezia. Namun Kezia tidak memperdulikannya.
Di lihatnya sekeliling kelas tampak sudah ramai. Dicarinya kursi kosong untuknya duduk. Tak ada satupun siswa yang dia kenal. Semuanya tampak baru. Kezia memang terbiasa diam di kelas saat berada di sekolah kecuali jika ketiga sahabatnya mengajaknya ke kantin atau perpustakaan, sehingga tidak banyak orang yang dia kenal selain ketiga sahabatnya. Beberapa siswa mungkin mengenal Kezia, karena dia sering tampil di hadapan teman temannya ketika mendapatkan penghargaan atas prestasinya.
Seketika ia melihat kursi yang masih kosong. Di sampingnya duduk seorang gadis berkulit sawo matang dengan rambut keriting sebahu. Walau ragu, Kezia mendekati gadis itu dan menyapanya.
“Hai..” Sapa Kezia
Gadis itupun berbalik. Dia tersenyum ke arah Kezia dengan ramahnya.
“ Emm..Boleh aku duduk di sini?” Kezia menunjuk kursi di samping gadis tersebut
“ Oh boleh… kosong ko di sini…” jawab gadis manis tersebut
“ Aku Kezia, nama kamu siapa?” Tanya kezia seraya mengulurkan tangan
“Aku Difa” Difa membalas uluran tangan Kezia. Kezia pun tersenyum lega bisa menemukan teman baru.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Rosa Rosiana
menarik
2023-04-14
1
Bunda dinna
Hadir ke cerita Kezia sekarang
2023-03-08
1
Niarniarr 0301
habis
2023-01-29
1