Malam mulai menjelang. Terasa hawa dingin menelusuk sendi Kezia yang hanya terbalut lemak tipis. Ia kembali membuka halaman berikut dari buku matematik yang ada di hadapannya. Kezia memang sangat menggilai matematika. Jika tidak ada tugas dari sekolah, maka yang akan dia buka selain Novel adalah buku Matematika. Baginya mempelajari soal-soal matematika membuat sel-sel otaknya hidup.
Dengan ditemani segelas susu coklat Kezia mulai menulis angka-angka yang ada di buku paket matematika kelas 3 SMA. Memang materi ini belum guru ajarkan, tapi kezia mencoba menantang dirinya sendiri. Kezia semakin terlarut dalam kumpulan angka yang tersebar di rongga kepalanya. Sesekali dia mendengus kesal karena tidak menemukan jawaban dari soal yang dikerjakannya, namun tak lantas membuatnya berhenti mengerjakan menyerah.
Kezia sudah mulai menguap dengan mata yang terasa perih. Waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan malam, Ia melangkahkan kakinya menuju tempat tidur. Diambilnya handphone yang sejak tadi menggunakan mode silent.
Ya begitulah Kezia, saat dia ingin menikmati waktunya sendiri, dia akan mengaktifkan mode silent di handphonenya bahkan mungkin dinonaktifkan.
Terlihat ada 4 panggilan tak terjawab di layar handphonenya. Nomor tanpa nama. Dan ada satu pesan masuk ke aplikasi messangernya.
“ Malem key, aku Tyo... Maaf ganggu waktu istirahatnya. Boleh minta waktunya sebentar?” begitu isi pesan yang diterima Kezia.
Kezia mengerutkan dahinya. Darimana Tyo tau nomornya, karena seingat Kezia, ia belum pernah memberikan nomornya pada Tyo.
“ Ya kak, ada yang bisa di bantu” jawab Kezia dengan formal
Tak lama ada panggilan masuk dengan nomor Tyo sebagai pemanggilnya. Kezia mengjawab telponnya karena mungkin saja penting.
"Malem key..” Tyo berusaha menyapa dengan lembut
"Malem kak tyo… ada apa yaa?”
"Eemmm ini aku mau menyampaikan pesan dari Pak Amar…” ujar Tyo, menggantung kalimatnya.
“Iyaa gimana kak?”
“ Kata Pak Amar, kamu diminta siap-siap untuk olympiade matematik tahun ini…” terang Tyo.
Hanya masalah pelajaran yang bisa membuat Kezia tertarik berbicara dengan Tyo.
Selama satu tahun ini, Kezia memang ikut les matematika dari gurunya, selain karena itu memang hobinya, guru yang mengajarnya pun tergolong sangt cerdas dan membuat Kezia takjub. ia sangat suka bermain dengan angka.
Sementara Tyo adalah bintang pelajar sudah menjadi langganan mengikuti olympiade-olympiade sains. Prestasinya gemilang dan di puja banyak wanita.
“ Ooo iya kak… kakak tahun ini ikutan gag?” lanjut Kezia
“ Belum tau key, soalnya aku persiapan ujian kelulusan sama ujian masuk universitas, tapi aku usahain untuk ikut”
“ Eemm iyaa kak…” sahut Kezia. Keduanya terdiam sejenak.
Ini pertama kalinya Tyo menghubungi Kezia secara langsung. Keduanya tampak canggung. Tak ada suara dari Tyo, dan Kezia pun hanya terdiam.
“ Kak…” Kezia berusaha memecah keheningan.
“ Ooh iya key…. Soryy, gimana ,gimana?” Tyo terdengar gelagapan. Ia tengah menikmati suara Kezia yang terdengar syahdu di telinganya dan membuat jantungnya berdebar kencang.
"Emmm nggak sih kak, karena kak tyo diem aja, aku pikir apa ada lagi yang mau kak tyo sampaikan?”
"Emmm nggak sih key, itu aja.” Jawab Tyo, yang tidak tau apalagi yang akan dia bahasnya dengan Kezia.
“ Ku tutup dulu telponnya ya kak, soalnya udah malem” tukas kezia
“ Oh okeeyy… selamat beristirahat yaaa…” berat sebenarnya Tyo mengatakan ini, namun apa boleh buat.
“Iya kak..” tutup Kezia.
Keziapun mengakhiri panggilan dan menaruh handphonenya di atas meja belajar samping ranjang tempat tidurnya. Di tariknya selimut berwarna merah bata hingga menutupi dadanya, Lalu terlelap dengan nyaman.
Sementara itu Tyo masih memandangi handphone yang ada di genggamannya. Sesekali dia tersenyum, namun sesekali pula terdengar umpatan kesal yang merutuki dirinya sendiri.
Dihempaskannya tubuh jangkung itu hingga telentang di atas tempat tidur, dan mata yang menerawang ke langit-langit kamarnya. Ada rasa gerah yang menyelimuti tubuhnya dengan dada yang berdegub kencang. Tyo membalikan badannya telungkup. Ditutupnya kepalanya dengan dengan bantal.
“Bodoh!!” dengan suara yang teredam bantal.
Ia kesal pada dirinya sendiri yang selalu mati kutu saat berbicara dengan kezia. banyak sekali yang ingin ia katakan, tapi selalu tiba-tiba bibirnya kelu.Hingga saat ini ia masih belum menemukan rumus yang tepat untuk menjabarkan perasaannya pada gadis berlesung pipi yang ia taksir sejak pertama melihatnya.
*****
Pagi ini Kezia sudah sampai disekolah lebih pagi dari biasanya. Dia berjalan menuju kantin mencari Dena yang mungkin sudah sampai lebih dahulu. Tidak ada satupun siswa di sana. Hanya ibu kantin dan beberapa pekerjanya yang sedang merapihkan kursi kantin dan mengatur jajanan yang disimpan di etalase.
Kezia duduk di salah satu bangku sambil mengeluarkan handphone yang ia simpan di saku rok abu-abunya.
“Ah, ternyata handphone ku belum aku nyalain” gumam Kezia dalam hati.
Ditekannya tombol power dan dalam hitungan menit benda persegi itu menampilkan fotonya bersama ketiga sahabatnya. Ada notifikasi 1 pesan masuk di aplikasi messangernya.
“ Hay gadis iseng apa kabar?” sapa seseorang yang dia beri nama “ Pak Hendra “ di phone booknya. Kezia memutar otaknnya , mengingat kembali Hendra siapa yang dia kenal dan memanggilnya gadis iseng.
Matanya membulat saat ingatannya kembali memutar kejadian bulan lalu saat dirinya sedang bermain-main dengan ketiga sahabatnya.
Di cobanya kezia membuka foto profil dari laki-laki tersebut namun tidak menampilkan rupa laki-laki tersebut selain gambar default. Kemudian Kezia melihat foto profil yang ia gunakan di aplikasi messangernya. Ternyata foto Kezia saat ia tengah tersenyum dan memperlihatkan lesung pipinya di pipi kanannya. Di hadapannya ada lilin kecil yang sedang menyala. Kalau tidak salah foto ini diambil saat perayaan ulang tahun Sherly di Café dua tahun lalu.
Kezia masih ingat saat ia iseng bersama para sahabatnya dan mengganggu laki-laki bernama “ Pak Hendra” ini. Ada perasaan bersalah dalam hatinya.
“Hay pak Hendra,kabar saya baik. Bapak apa kabar?” balas Kezia
“Sejak kapan saya menikah dengan ibumu , pake manggil saya Pak, segala.”
Kezia mengernyitkan dahinya saat menerima balasan pesan tersebut. Bibirnya bergumam, memisalkan laki-laki tersebut berbicara di hadapannya.
"Yang bener aja, ngapain nge-gas segala." Batin kezia seraya mengetikkan pesan balasan.
“Ooo maaf, kalau kamu bukan bapak-bapak” balas Kezia dengan emot senyum
“Dasar kamu gadis iseng”
“Hey , jangan memanggilku seperti itu, aku punya nama, namaku K E Z I A” Kezia tidak terima seseorang yang bahkan tidak di kenalnya memanggilnya seenak hati.
“ Terima kasih sudah memperkenalkan diri lebih dulu. Namaku A N G G A” balas Pak Hendra, ralat Angga
Kezia hanya tersenyum mendapat balasan dari pesan dari Angga. Kezia tak lagi membalas pesannya.
“ Okey namanya angga, Noted!” gumam kezia dalam hatinya.
Kezia merubah nama Pak Hendra menjadi Angga di handphonenya. Tak biasanya dia tersenyum saat mendapat pesan dari lawan jenisnya. Biasanya kalau tidak ekspresi datar, mungkin mengernyitkan dahinya.
Jam di tangan Kezia sudah menunjukan waktu jam tujuh lewat. Kezia memasukkan handphonenya ke saku rok abu-abunya. Lalu bergegas menuju kelasnya dengaan langkah santai.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Bunda dinna
Kezia tertarik pada pria yg g di ketahui aslinya seperti apa
2023-03-09
1
Luspriana Kudadiri
Angga mungkin "freeze boy"
maybe
2022-08-29
3
Dwi Alviana
kayak nya seru
2021-10-19
2