Tak terasa malam menjelang dengan cepat. Ketiga sahabat kezia sudah pulang ke rumah masing-masing. Namun sambungan video Kezia dan Angga masih tersambung. Sesekali Kezia meninggalkannya untuk pergi ke toilet, mandi atau meninggalkannya untuk menunaikan kewajibannya pada sang pemilik hidup dan Angga masih setia menanti sambil membuka-buka buku bacaan yang ada di hadapannya.
“ Keyyy…” sapa Angga memecah kesunyian
“ Yaa kak..” Jawab Kezia seraya menelungkupkan tubuhnya di atas kasur seraya menatap Angga.
“ Kamu belum ngantuk?”
“ Belum kak, ini masih ada beberapa soal yang bikin aku penasaran. Kakak kalo udah ngantuk tidur duluan aja.”
Kedua pasang mata saling bertatapan, terasa aliran hangat yang menelusuri aliran darah Angga. Dadanya berdegub kencang melihat kedua bola mata Kezia yang menatapnya hangat. Sangat menyenangkan menghabiskan waktu dengan gadis yang berada di hadapannya. Melihatnya berfikir serius, berbicara dengan santai dan sesekali tertawa yang membuat Angga ikut tertawa.
“ Mau aku bantu jawab key…” tawar Angga sambil tersenyum
“ Nggak kak, aku coba kerjain sendiri dulu”
Tersungging senyum manis di bibirnya, membuat Angga ingin sekali menyentuh wajahnya. Tiba-tiba
Kezia mengernyitkan dahinya sambil tetap menatap Angga. Angga memperhatikannya dan ikut mengernyitkan dahinya.
“ Ada apa key?” tanya Angga melihat ekspresi serius Kezia.
“ Kak, itu kamu mimisan lagi ya?” tunjuk Kezia dengan penuh keheranan. Angga menyentuh hidungnya. Tanpa Angga sadari ada darah yang keluar dari lubang hidung kanannya.
“ Eemmm oh gag pa-pa…” segera Angga sambil mengusap hidungnya perlahan dengan tissue. Ia bahkan tersenyum dan tidak ingin membuat Kezia khawatir. “ Key mungkin tiga hari kedepan aku gag bisa ngobrol kayak gini dulu sama kamu” ujar Angga sambil melirik kalender yang ada di hadapannya.
“ Emang ada apa kak? Ini kali kedua loh kamu ngomong gitu ke aku. Minggu kemarin juga sama , tiga hari kamu gag bisa di hubungin. Emang kenapa?”
“ Gag pa-pa, aku mau nerusin urusan aku minggu lalu.” Terang Angga sekenanya.
“ Tapi kak, kamu harus periksa kondisi tubuh kakak. Kak angga sering banget mimisan, terus muka kak angga juga pucet.” tutur Kezia dengan tatapan nanar
“ Kamu khawatir sama aku key?” tanya Angga sambil tersenyum
“ Yaa kan gimana pun kamu kakakku, masa aku nggak khawatir” jawab Kezia dengan segera
“ Emmm.. Jadi aku kakakmu ya…” lirih Angga perlahan sambil tersenyum ketir
“ Iyaaa, walopun kadang kamu ngeselin, tapi kamu juga baik dan pinter, banyak bantuin aku, semangatin aku. Jadi bisa ku anggap kamu kakakku, hehehe.” terang Kezia sambil terkekeh. Anggapun tersenyum lalu tertunduk.
“ O iya, minggu kemaren aku gag ngehubungin kamu, kamu ngerasa kangen gag sama aku?” tanya Angga dengan serius
“ Eemmm, biasa aja sih… Cuma aneh aja kamu gag bisa dihubungin sama sekali. Hape juga gag aktif, gag kayak biasanya.” Tutur kezia dengan wajah polosnya. Angga hanya menelan ludah kasar mendengar jawaban Kezia.
“ Ya udah kamu tidur gih, udah malem.”
“ Eemm iya deh…” sejenak kezia menatap jam yang ada di atas meja belajarnya. “ Aku tidur dulu yaaa… kalo urusan kakak udah selesai, jangan lupa hubungin aku.” imbuh Kezia yang tersenyum manis di ujung kalimatnya.
“ Okeeyyy, see you… Semoga tiga hari kedepan aku bisa liat tingkah nyebelin kamu lagi.” Tutup Angga yang tertawa ringan.
“ Uuhh dasar cowok tengil. Ya udah see you…” jawab Kezia dengan seringai kesal. Angga membalas senyuman Kezia dengan gemasnya. Kezia pun menekan tombol akhiri panggilan di handphonenya.
Ditaruhnya handphone Angga di atas dadanya. Di tatapnya langit-langit kamarnya yang putih bersih. Pikirannya mulai menerawang.
“ Buat dia , aku hanya sebagai seorang kakak.” Gumam Angga. “ Heemmm,, memangnya apa yang kamu harapkan angga???” lanjut Angga sambil mengacak-acak rambutnya. Lalu kembali terlarut dalam lamunan malamnya. Membayangkan senyum manis dengan lesung pipi yang menghiasi wajah Kezia. Di tariknya nafas dalam-dalam. Dan dihembuskannya dengan kasar. Ada perasaan tak nyaman di dadanya. Perlahan di tutupnya kedua matanya rapat-rapat, dengan berhiaskan bayangnya wajah Kezia dan anggapun terlelap.
******
“ Pagi mah, pah…” sapa Kezia yang perlahan menuruni anak tangga menuju meja makan.
“ Pagi sayang.. “ jawab Eliana.
Kezia menghampiri mamah dan papahnya yang sudah terlebih dahulu duduk di meja makan. Dikecupnya
pipi kedua orangtuanya bergantian.
“ papah baca berita apa sih , serius amat?” tanya kezia sambil menggeser kursi di sebelah papahnya.
“ Biasa info bisnis nak…” jawab Martin singkat
“ Oohh….” Mulut Kezia membulat.
Suasana kembali hening. Hanya ada suara sendok dan gapru yang beradu di tangan Kezia yang sedang menikmati sarapan nasi gorengnya. Suasana terasa dingin. Sesekali di tatapnya wajah kedua orang tuanya. Masing-masing tertunduk dengan kesibukannya sendiri-sendiri.
Martin asyik membaca koran, sementara Eliana asyik membuka – buka artikel di tabletnya. Kezia kembali meneruskan sarapannya dengan perasaan yang tidak nyaman. Sepertinya sedang terjadi sesuatu di antara kedua
orangtuanya.
Hampir seminggu ini, kedua orangtuanya selalu pulang larut malam. Papah dan mamah kezia sama-sama
bekerja. Sudah jarang sekali mereka berbincang dan tertawa bersama di ruang keluarga. Saat liburpun terkadang kedua orangtuanya masih disibukkan dengan pekerjaan di kantornya. Entah itu lembur atau membawa pekerjaan ke rumah. Kezia hanya bisa terdiam melihat kondisi tersebut.
Berdiam diri di kamar atau bermain bersama para sahabatnya menjadi cara Kezia untuk menghilangkan rasa sepi di sudut hatinya. Namun kezia sadar, dia tidak bisa protes. Kedua orang tuanya bekerja di perusahaan milik orang lain, yang tentu saja dituntut loyalitas, dan yang paling tidak bisa dia protes, karena Kezia sadar yang dilakukan kedua orangtuanya adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
“ Zia… papah dua hari ini akan keluar kota yaa… kamu baik-baik di rumah”
ujar Martin sambil menutup surat kabar di hadapannya.
“ Iyaa pah, papah hati-hati di jalan ya…” jawab kezia. Martin hanya mengangguk sambil membelai lembut kepala Kezia.
Diliriknya Eliana yang ada di hadapannya. Ekspresi wajahnya tak berubah sama sekali, ia masih tetap anteng dengan tabletnya. Tidak ada komentar dari mulutnya.
“ Fix, mamah sama papah lagi berantem” lirih Kezia dalam hati.
Di teguknya air putih yang ada dihadapannya, perutnya tia-tiba merasa kenyang dengan melihat suasana sarapan pagi ini..
“ Zia berangkat dulu yaa…” tutur kezia sambil kembali mencium pipi kedua orang tuanya.
“ hati-hati di jalan nak.. “ jawab kedua orangtuanya bersamaan. Kezia hanya tersenyum melihat kedua orang tuanya. Kezia pun melangkah meninggalkan kedua orang tuanya dengan perasaan gusar.
Selama perjalanan ke sekolah, pikiran Kezia masih tertaut dengan kondisi pagi ini. Ini pertama kalinya Eliana yang begitu hangat bersikap dingin pada lelaki yang dicintainya. Ia serasa tak mengenal salah satu sikap ibunya yang sangat jarang ia perlihatkan. Eliana seorang yang lembut dan hangat, hanya saat ia marah besar baru akan terdiam dan acuh.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Bunda dinna
Angga sepertinya sakitnya serius,,orang yg selalu menemani Kezia..
Semoga papahnya Kezia g lagi punya WIL.nya..
2023-03-09
1
Novianti Ratnasari
apa Angga punya penyakit.
2021-10-11
1