Eps 18

Eps 18

happy reading....

💞💞💞

Zia menatap lurus ke depan , melihat hijaunya pepohonan yang berbaris di seberang danau. Dengan sinar mentari yang memancarkan cahayanya yang hangat.

Pagi yang indah fikir Zia. Andai disini ia bersama ayah bundanya, pasti hari - hari yang dilewatinya akan terasa lebih bahagia dan sempurna.

Tapi bukannya kita harus tetap bersyukur bukan? Dengan sedikit atau banyaknya anugrah dan nikmat yang telah diberikan dari Allah kepada kita? Zia tidak ingin menjadi orang yang kufur nikmat.

Saat ini entah mengapa hatinya begitu gelisah. Ada perasaan yang sulit untuk ia jelaskan.

"Hey..." Sapa Jae Su yang dari tadi memperhatikan Zia dari jauh.

"Jae Su." Zia menoleh ke sumber suara.

Tampak Jae Su dengan pakaian santainya, namun masih menampakkan wajah tampannya.

"Apa terlalu indah pepohonan itu, sehingga tak sadar aku datang?" Jae Su mencoba menarik perhatian Zia.

"Maaf. Aku hanya menikmati suasana tempat ini." Lalu ia mengambil ponselnya dan handset dari saku hoddy nya.

Membuka sebuah aplikasi pemutar musik yang ada didalam nya. Dan mendengarkan suara dari yang melantunkan sesuatu yang indah, yang dapat memberikan ketenangan hatinya yang sedang gundah saat ini.

Jae Su hanya memperhatikan apa yang dilakukan Zia. Menatap Zia yang sedang terpejam menikmati suara dari ponselnya. Wajah ini, wajah sendu yang telah berhasil menarik perhatian nya dengan kesederhanaan yang dimilikinya.

Ia jadi penasaran apa yang didengar Zia dari ponsrlnya, karena ia melihat wanita itu begitu tenang dan khusyuk mendengarkan suara itu.

Jae Su meraih sebelah handset yang dikenakan zia, lalu memasangkannya ditelinga sendiri.

Jae Su terdiam sesaat untuk mendengarkan. Suara merdu seorang Qariah. Menarik nafas, dan ia dapat merasakan ketenangan yang jarang ia dapatkan.

"Apa ini salah satu isi dari ayat yang ada dalam Al Qur'an?" Tanya Jae Su memastikan.

Zia mengangguk dan meraih ponselnya, kemudian memutar ulang dari awal.

"Ini surah Ar Rahman yang ada dalam Al Qur'an. Surah favorit ku. Disaat hati ku merasa tidak tenang, aku akan selalu mendengarkan nya." Tutut Zia.

Kini mereka berdua terdiam sambil meresapi lantunan surah Ar Rahman itu.

"Apa yang membuat mu tidak tenang?" Akhirnya Jae Su memberanikan diri bertanya.

"Entah lah. Aku sendiri tak tahu." Zia mengedikkan bahunya.

📲 Drrrttt... Drrrttt....

Sebuah panggilan masuk dari ponsel Zia. Ia tersenyum saat melihat nama dari kontak yang menelefonnya.

📲 "Assalamualaikum Bunda...."

📲 "Wa allaikumussalam nak... Zi...?"

Terdengar suara lirih sang bunda.

📲 "Ya Bun, ada apa? Apa ada masalah? Kenapa suara bunda tampak sedih?"

📲 "Zia... Mia... Mia udah berpulang nak. Mia kemarin malam sudah tutup usia."

Wajah ceria yang tadi ada saat mendapat telepon dari bundanya kini hilang seketika, tergantikan dengan raut wajah yang sedih.

Tak ada tanggapan dari Zia. Zia termenung mendengar berita yang dibawa bundanya pagi ini. Tanpa sadar ia menjatuhkan ponselnya. Dan langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Ia mulai menangis tersedu. Ia tak menyangka akan mendapat kabar duka. Terlebih tentang sahabat yang sudah ia anggap saudara. Sahabat yang selalu ada untuk membantu kesulitannya dan sang bunda.

"Mia..." Ucapnya lirih menyebut nama sahabatnya.

Jae Su yang melihat itu, ingin merengkuh dan membawa tubuh kecil itu kedalam pelukannya. Tapi ia tak memiliki nyali untuk melanggar batasannya. Ia memutuskan menunggu Zia sedikit tenang. Ia meraih ponsel zia yang terjatuh. Dan terlihat masih tersambung.

Dengan sedikit ragu, Jae Su mencoba berbicara dengan orang diseberang sana.

📲 "Ha... Hal-lo.."

Diseberang, kening bunda Zia berkerut mendengar suara seorang pria dari ponsel putrinya.

📲 "Ini siapa? Mana zi?" (Bunda ngomong pakai bahasa Indonesia)

Jae Su yang bingung apa yang dikatakan orang diseberang sana, tak tau harus menjawab apa.

Dengan menggunakan bahasa Inggris, Jae Su mencoba berkomunikasi, mungkin saja orang itu akan mengerti.

📲 "Can you speak English or Korea?"

Bunda yang mendengar permintaan itu pun mengerti, bahwa pria yang memegang ponsel Zia, tidak bisa bahasa Indonesia.

Kini bunda Zia bicara menggunakan bahas Korea.

(Percakapan udah ditranslit pakai bahasa Indonesia ya say😋)

📲 "Halo... Ini siapa? Mana Zia? Kenapa ponsel anak saya ada sama kamu?" Cecar bunda Zia, ia khawatir terjadi sesuatu pada anaknya.

📲 "Zia ada disebelah saya. Masih menangis. Dan ini siapa?"

📲 "Saya ibunya Zia."

📲 "Oh... Maaf bibi, aku lancang menjawab panggilan dari ponsel Zia. Saya Jae Su teman Zia."

📲 "Ya tak apa. Bibi bisa minta tolong Jae Su? Tolong jaga Zia saat ini. Jangan biarkan dia sedih berlarut - larut. Zia telah kehilangan sahabatnya. Kamu bisa bantu bibi kan Jae Su?"

📲 "Ya bibi. Aku akan menemani dan menghibur Zia."

📲 "Baiklah. Tolong tenangkan Zia. Bibi tutup telepon nya ya?"

📲 "Ya bibi. Bibi jagalah kesehatan disana."

📲 "Terima kasih."

📲 "Sama - sama bibi. Salam kenal. Assalamualaikum."

📲 "kamu muslim?"

📲 "Ya bi."

📲 "Alhamdulillah... Wa allaikumussalam Jae Su."

Tut Tut...

Kini perhatian Jae Su teralihkan pada Zia.

Terlihat Zia sudah dapat mengontrol dirinya. Jae Su memberikan ponsel itu ke Zia.

"Jangan terlalu lama bersedih. Lebih baik kita berdoa untuk sahabat mu." Jae Su mencoba menenangkan Zia.

Zia dengan sisa Isak tangisnya pun mengangguk. Ternyata ini jawaban dari kegelisahan hatinya sedari tadi. Sahabat yang begitu berarti baginya, kini telah pergi untuk selamanya.

Kini Zia hanya bisa berdoa semoga almarhum Mia, husnul khatimah.

"Haisss... Pagi - pagi begini kalian sudah pacaran ternyata. Isisisiiiis..." Cibir Tae Won yang tiba - tiba datang menghampiri Jae Su dan Zia.

Sontak keduanya menoleh kebelakang. Melihat Tae Won yang sedang berjalan kearah mereka.

"Kami tidak sedang pacaran Tae Won." Bantah Jae Su.

"Eh? Zia? Kau kenapa? Apa hyung sudah berlaku kurang ajar padamu?" Tanya Tae Won yang terkejut setelah melihat wajah sembab Zia.

"Apa yang kau lakukan Hyung? Apa kau menyentuh dan menciumnya? Wah wah wah... Sungguh terlalu kau Hyung. Kau masih berfikir Zia seperti gadis kebanyakan yang mengejar mu?" Tuduh Tae Won tanpa tau apa yang terjadi.

"Tutup mulut mu itu." Sarkas Jae Su. "Jangan bicara yang tidak - tidak."

"Lalu? Kalau bukan karena Hyung yang membuatnya menangis, lalu karena apa?" Tanya Tae Won yang menjongkokan bokongnya didepan keduanya.

"Zia dapat kabar dari ibunya, bahwa temannya di Indonesia meninggal dunia." Terang Jae Su.

"Astaga..!" Tae Won menutup mulutnya. "Aku turut berduka Zia."

Zia hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia masih belum bisa berkata - kata karena shock mendengar kematian temannya secara tiba - tiba.

Sebenarnya tidak tiba - tiba. Karena memang Mia sudah bertahun - tahun menderita penyakit kanker otak.

Saat setelah Mia kembali dari mengantar Zia sekaligus berlibur ke Korea waktu itu, keadaan Mia kembali ngedrop. Dan memang beberapa bulan ini Mia dirawat di RS secara intensif.

Sedangkan Zia tidak pernah mengetahui penyakit yang diderita Mia. Karena Mia menutup rapat-rapat keadaannya dari orang lain. Kecuali Mahendra dan Juan.

"Lebih baik, Hyung antara Zia kekamarnya." Pinta Tae Won pada Jae Su. " Lihat wajahnya begitu sembab."

"Hemmm." Jae Su hanya berdehem, dan langsung mengajak Zia kembali kedalam.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

beri dukungan kamu untuk karya perdana author ya...

klik tombol like dan masukan kedaftar favorit mu.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

INNALILLAHI WAINNAILAIHI ROJIUN

2023-10-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!