Eps 4

Eps 4

Happy reading....

💞💞💞💞

Tanpa terasa matahari sudah mulai menampakkan sinarnya. Hari baru dengan semangat baru. Zia dan Mia masih bergelung dengan selimutnya, memulihkan kondisi tubuh yang kelelahan akibat perjalanannya yang cukup panjang bagi mereka. Hingga terdengar dering handphone yang telah mengusik salah tidur satu diantaranya.

Drrrttt.... drrrttt**.... drrrttt....

"Assalamualaikum Bunda..." sahut Zia setelah mengintip siapa yang menghubunginya.

"Wa allaikumussalam sayang... Kamu baru bangun tidur?" tanya bunda dengan kening berkerut mengetahui suara Zia seperti orang baru bangun tidur, padahal saat ini di Korea sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. "Kamu meninggalkan shalat Subuh mu nak?" lanjut bunda bertanya.

"Zia baru bangun, Bun. Zia kan lagi kedatangan tamu bulanan, Bun... Jadi kan libur shalatnya," jelas Zia mengingatkan bundanya.

"Oh.... Kenapa kamu gak kasih kabar ke Bunda kalau udah sampai, Zi? Bunda nunggu - nunggu kabar dari kamu loh. Kamu buat Bunda khawatir tau gak?" omel bunda tanpa henti.

"He,..he... Maaf Bun, Zia lupa," cengirnya memberi alasan. "Kemarin sampai hotel Zia langsung ketiduran Bun. Capek banget soalnya perjalanan jauh dan kelamaan duduk,"

"Kamu nginap di hotel nak?" tanya bunda bingung.

"Iya Bun, bareng Mia sekamar. Karena kata bang Juan cari tempat tinggal buat Zia nya hari ini, biar gak terlalu lelah buat keliling katanya," terang Zia lagi - lagi menjelaskan dari kebingungan bundanya.

"Loh, katanya mereka mau liburan?"

"Kata bang Juan sih, mau bantu Zia dulu buat cari tempat tinggal. Setelah itu mereka baru liburan sekalian ngajak Zia juga buat liburan bareng," Zia menjelaskan kepada bundanya.

"Ya Allah nak... Koh jadi ngerepotin mereka begini sih? Kamu 'kan bisa cari tempat tinggal sendiri. Kamu 'kan fasih bahasa Korea, jadi seharusnya bisa mempermudah kamu buat menyelesaikan urusan mu sendiri," sebenarnya bunda benar - benar sungkan atas semua kebaikan dari keluarga Mahendra. Bunda hanya tidak mau memiliki banyak hutang budi dengan orang lain.

"Bang Juan yang minta Bun. Terus Mia juga belum mau pisah sama Zia," Zia menjawab dengan lesu perkataan bundanya.

"Ya udah. Kamu jangan ngerepotin mereka di sana loh, Zi. Mereka kesana mau liburan, bukan mau ngurusin keperluan kamu," nasehat bunda.

"Iya Bun,"

"Ya udah, bunda tutup dulu telefon nya. Ingat pesan - pesan Bunda ya? Jangan tinggalkan sholatnya, jaga pergaulan mu, jalani hidup sehat, karena bunda gak ada di dekat kamu kalau sampai ada apa - apa sama kamu," Ya Allah Bunda, entah sudah berapa kali mengucapkan kalimat yang sama.

"Iya iya iya iya Bunda ku yang bawel," Zia merasa senang sekaligus sebal dengan petuah - petuah bundanya yang terus diulang - ulang lagi. Padahal Zia bukanlah nenek - nenek yang sudah pikun.

"Ya udah Bunda tutup ya? Assalamualaikum sayangnya Bunda,"

"Wa allaikumussalam Bunda ku sayang..." tanpa Zia sadari ada satu makhluk yang duduk disampingnya dengan rambut seperti singa jantan.

"Astaghfirullah! Mia? Ngagetin tau gak?" Zia mengelus dadanya yang berdetak kencang.

"Apa si Zi? Kaya lihat hantu aja," sungut Mia dengan muka bantalnya.

"Habis kamu ngagetin aku tau?" sahut Zia dengan mengerucutkan bibirnya.

"Aduh, du du du duh...." Mia memegang perutnya.

" Kenapa Mi?" Zia ikut panik.

"Sakit perut aku, mules mau nyetor dulu." Ngeloyor Mia sambil lari terbirit -birit dan memegangi perutnya tanpa memperdulikan wajah cengok Zia.

****

Kini Zia, Mia dan Juan telah duduk di sebuah restoran makanan halal yang ada di kota Seoul. Mereka memesan menu makanan yang sesuai dengan selera lidah mereka masing - masing dan mulai melahapnya dengan hikmat.

"Setelah ini kita cari tempat tinggal untuk Zia," ucap Juan memecah keheningan antara ketiga nya.

"Habis itu kita jalan - jalan ya mas? Mia mau keliling kota Seoul. Pingin tahu keindahan kota tempatnya oppa - oppa ganteng," sambung Mia dengan khayalan nya.

"Kalau cuma opa - opa di Indonesia juga banyak Mi. Gak perlu kamu cari sampai kesini," ujar Juan. "Dirumah juga ada opa Safril," tambahnya lagi.

"Iiih... Mas Juan apaan sih? Itu opa yang udah tua. Ini oppa loh, bukan opa," sungut Mia pada ucapan Juan.

"Sama aja. Sama-sama opa 'kan?" Juan masih saja menggoda Mia.

Bukannya Juan tidak tahu maksud yang dimaksud sang adik. Karena dirumah Mia selalu mengatakan ingin berjumpa oleh cowok - cowok cantiknya negara ini.

"Serah deh, serah," Mia menyerah atas perkataan kakaknya itu.

"Zia mau sekalian dibantu buat registrasi ulang ke kampus?" kini Juan beralih pada Zia yang masih saja menekuni makanannya yang tinggal sedikit lagi.

"Emmmm? Kayaknya Zia registrasi sendiri aja bang. Nanti waktu liburan bang Juan sama Mia jadi berkurang karena ngurusin Zia terus," tolak zua dengan halus. Dia memutuskan untuk menyelesaikan urusan kampusnya sendiri, tanpa harus merepotkan orang lain.

"Kamu ngomong apa si Zi? Kamukan sahabat aku. Mumpung aku masih ada kesempatan dan waktu buat bantu kamu, why not?" kok ucapan Mia ambigu ya? Begitulah fikiran Zia. Tapi dia tidak mau terlalu memikirkannya.

Zia hanya tersenyum menatap sahabatnya itu. Zia bersyukur memiliki Mia yang tulus sayang padanya dan bundanya.

****

Setelah mengecek beberapa lokasi tempat yang cocok untuk Zia, akhirnya mereka mendapatkan tempat yang benar - benar pas untuk Zia tinggali. Karena selain lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus, lingkungan disana juga mendukung untuk Zia. Karena area itu terdapat banyak tempat tinggal mahasiswa yang berasal dari Indonesia.

Setelah menyelesaikan segala pembayar, mereka langsung jalan untuk memulai liburannya.

"Kamu dan bang Juan berapa hari disini Mi?"

"Lusa juga kita udah balik Zi," jawab Mia yang masih fokus dengan HP nya. "Hari ini kita keliling buat cari oleh - oleh dulu, baru besok kita keliling ketempat wisata ya mas?" dan kini ucapannya ditujukan pada Juan, dan dibalas dengan anggukan sang kakak.

****

Setelah begitu puasnya mereka berkeliling mencari oleh - oleh, akhirnya mereka tiba di hotel. Dan sebelumnya mereka mengisi perut dan pergi beristirahat.

"Zi... Ini buat kamu." Mia menyodorkan dua kantung belanjaan.

"Loh? Bukannya buat oleh - oleh Mi?" Zia mengerenyitkan keningnya melihat bungkusan yang diberikan padanya.

"Aku beli ini buat kamu. Bisa kamu pakai kalau udah masuk musim dingin. Disini tuh kamu butuh banyak baju tebal dan mantel," begitu perhatiannya Mia pada sahabatnya.

"Padahal aku bisa beli sendiri Mi," memakin besarlah rasa sungkan Zia menerima kebaikan keluarga Mahendra.

"Buat kenang - kenangan kalau aku jauh nanti," Ujar Mia menampilkan senyum indahnya.

"Thanks Mi,"

Setelah menyusun barang, mereka bergantian membersihkan diri dan melanjutkan tidur, dan mempersiapkan tenaga buat explor tempat wisata di Korea.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terima kasih udah mampir....

jangan lupa like dan komennya ya.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SATU LAGI, MRK NONIS, GANTENG KLO GK SUNAT/DIKHITAN, GK NGERTI ISTINJAK SETELH HADAST KECIL & BESAR.. GK NGERTI MANDI WAJIB SETELAH BERJIMA'....

2023-10-21

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

GANTENGAN MASIH PRIA2 INDONESIA DGN WARNA KULIT YG EKSOTIS, MREKA GANTENG JUGA BNYK YG OPLAS...

2023-10-21

0

Fitmr31_

Fitmr31_

hai kk pesantrenmu surgaku hampir lagi hihi maaf nih baru mampir soalny sdang sibuk😁🙏

2023-03-04

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!