Eps 13

Eps 13

happy reading...

💞💞💞

"Ok... Sampai sini pembahasan kita hari ini. Dan jangan lupa, tugas wajib dikumpulkan minggu depan." Seorang dosen mengakhiri kelasnya.

Semua mahasiswa keluar untuk menikmati jam istirahat nya. Termasuk Zia dan Joana yang pagi ini mendapatkan kelas yang sama.

"Kantin yuk Zi." Ajak Joana.

"Maaf Jo, aku gak bisa makan ditempat yang sembarangan. Disini aku harus selektif memilih tempat makan. Kamu tau sendiri kan, dinegara ini mayoritas non muslim? Kamu mah bebas mau makan dimana aja, pasti ok ok aja." Tolak Zia memberi alasan.

"Jadi itu sebabnya, kau selalu membawa bekal?" Kini Joana tau alasan Zia sebenarnya.

Zia mengangguk membenarkan. "Itu salah satu alasannya. Dan alasan lainnya adalah lebih menghemat pengeluaran." Ia nyengir kuda dengan alasan kedua.

Joana hanya bisa mangguk - mangguk seperti burung pelatuk mendengar penuturan Zia. Joana sungguh faham dengan keadaan anak kos. Apalagi anak kos yang ada diluar negeri, seperti dirinya dan Zia. Semua harus serba hemat, agar tidak menggembel diakhir bulan nanti.

Tanpa mereka sadari, didepan mereka ada empat perempuan seksi nan centil yang bersiap untuk mengerjai salah satu diantara mereka berdua.

Bruuukkk...

"Akhhh...." Lagi - lagi yang jadi korbannya adalah Zia.

"Uppsss..." Lily menutup mulutnya dengan gaya centil. "Maaf, tadi gak lihat ada orang disitu."

Mendengar perkataan Lily, Joana auto melongok tak percaya.

Zia memicingkan matanya. Ia langsung merubah mimik wajahnya jadi lebih serius.

"Makanya, kalau mau kemana - mana pakai kacamata, biar bisa lihat objek didepan kamu. Bila perlu pakai kacamata kuda sekalian bila perlu." Ucap Zia dengan Nanda serius sambil menyentil hidung Lily kemudian berlalu.

Prrfff... Joana menahan tawanya agar tak meledak.

"Zi... Tunggu..." Ia lalu mengejar Zia yang sudah duluan berlalu.

Hingga akhirnya mereka berjalan beriringan.

"Hebat kau Zi... Aku pikir kau tak berani melawannya." Puji Joana.

"Kenapa gak berani? Kita sama - sama manusia, kuliah juga sama - sama bayar." Ucap Zia.

"Bukannya kita kuliah gratis ya Zi?" ucap Joana mengetahui fakta sesungguhnya.

"Eh...? Hehehe... Iya yah." Cengir Zia sambil menggaruk keningnya.

Kali ini Zia dan Joana hanya memiliki satu jam mata kuliah. Zia memutuskan untuk pulang ke kos dan sedikit berjalan menuju halte bis, sedangkan Joana berniat untuk berburu makanan.

Di halte.

Tin... Tin... Tin...

Terdengar klakson dari sebuah mobil mewah.

Kaca jendela mobil diturunkan, dan tampaklah sosok tampan bermata sedikit sipit.

"Zia..." Panggil jae Su. "Kamu mau pulang?"

"Jae Su." Zia menerbitkan senyumnya saat melihat sosok itu. "Aku mau pulang." Sambungnya lagi.

"Ayo aku antar." Jae Su menawarkan tumpangan.

"Gak usah. Aku gak mau ngerepotin." Tolak Zia halus.

"Enggak repot. Kebetulan aku akan kearah yang sama dengan mu."

"Baik lah jika tidak merepotkan." Lumayan hemat ongkos fikir Zia.

Zia masuk dan mobil melaju dengan kecepatan sedang.

Di mobil.

"Zia..."

"Ya..." Zia menoleh.

"Aku ingin belajar tentang Islam secepatnya." Ucap Jae su.

"Alhamdulillah..." seru Zia senang. "Sebelum kamu memperdalam ilmu tentang Islam, langkah pertama, kamu harus mengucap syahadat terlebih dahulu, dan disaksikan oleh muslim Jae Su." Zia menjelaskan tahapan pertama menjadi muslim.

"Apa saat ini kamu sibuk?" Zia menanyakan kegiatan Jae Su.

"Untuk beberapa hari ini aku sibuk. Dan kemungkinan hari minggu ada sedikit waktu luang." Jawab Jae Su.

Zia mengangguk mengerti.

"Baik lah, hari minggu saja. Kita sesuaikan dengan jadwal mu." Zia juga harus menyesuaikan jadwal Jae Su yang terlihat sedikit sibuk.

Sebenarnya Zia berfikir akan mengajak Jae Su ke mesjid sekarang untuk menemui imam besar mesjid di Itaewon ini.

"Memang ada apa menanyakan kesibukan ku?" Tanya Jae Su.

"Aku akan mengajakmu ke mesjid di sini untuk bertemu dengan seorang imam besar mesjid, yang akan membimbing mu mengucap syahadat." Jawab Zia.

"Apa itu syahadat?" Tanya Jae Su mendengar istilah baru dari bibir Zia.

"Syahadat itu adalah sebuah kalimat pengakuan. Pengakuan kamu, bahwa kamu mengakui bahwa Tuhan mu adalah Allah, tiada Tuhan selain Allah. Dan pengakuan kamu bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah." Zia mencoba memberi pemahaman kepada Jae Su.

Jae Su hanya mengangguk mendengar penjelasan itu.

"Untuk beberapa hari ini, pekerjaan ku tidak dapat ditunda. Ya sudah hari minggu saja tidak apa kan?"

"Ya gak apa. Yang penting niat dalam hati kamu tulus untuk mengenal Islam lebih dalam lagi." Zia menampilkan senyum tulusnya.

Jae Su hanya mengangguk tanda setuju.

****

Hari berlalu begitu cepat. Dan saat ini Zia dan Jae Su sudah berada di sebuah mesjid yang akan menjadi saksi bisu bahwa seorang Park Jae Su mengucapkan syahadat nya.

"Apa dokumen yang diperlukan sudah di siapkan?" Tanya imam besar mesjid itu.

"Sudah pak." Jawab Zia sambil menyodorkan sebuah amplop besar.

"Baik lah... Saya akan menjelaskan tahapan - tahapan menjadi seorang mualaf. Yang pertama adalah khitan, kedua mengucap syahadat, ketiga mandi besar dan terakhir memahami dan melaksanakan rukun Islam itu sendiri. Untuk tahap pertama adalah khitan, apa saudara Park Jae Su sudah melakukan nya?" Setelah menjelaskan, imam besar bertanya pada Jae Su tentang langkah pertama.

"Khitan?" Alis Jae Su nyaris menyatu. "Apa itu?" Tanya nya lagi.

"Khitan merupakan kewajiban karena termasuk kedalam fitrah yang harus dijaga. Dalam tradisi islam, khitan hukumnya wajib untuk laki-laki, sedangkan perempuan makruh. Khitan adalah memotong kulit yang ada pada kem aluan laki-laki atau perempuan. Bagi laki-laki, kulit yang dipotong adalah kulit yang menutupi kepala pe nis dan biasa disebut dengan quluf. Sedangkan untuk khitan perempuan adalah memotong sebagian kulit yang berada di atas va gi na perempuan." Imam besar menjelaskan panjang lebar.

Mendengar penjelasan itu, Jae Su auto bergidik ngerih. Membayangkan "itunya" dipotong.

"Apa itu sakit?" Tanya Jae Su ngerih.

"Hanya sedikit sakit tuan." Imam mesjid tersenyum memahami ketakutan Jae su.

"Kalau itu ku dipotong, bagaimana cara aku bereproduksi?" Gumam Jae Su yang masih terdengar Zia dan yang lainnya.

Sedangkan yang mendengar perkataan itu tidak dapat menahan tawanya, termasuk Zia.

"Tidak semuanya Tuan Park Jae Su. Hanya kulit ujungnya saja." Terang imam mesjid lagi.

"Jadi dia masih bisa bekerja lagi untuk menghasilkan anak?" Jae Su mulai bersemangat lagi.

"Bisa Jae Su, bisa." Seru Zia, yang mulai risih mendengar pembahasan yang vulgar itu.

"Baik lah. Saya bersedia di khitan." Ucap Jae Su mantap.

Setelah pembicaraan itu, imam mesjid mempersilahkan dokter yang biasa menangani masalah khitan bila ada seorang calon mualaf baru untuk melaksanakan tugas nya.

Setelah itu berlangsunglah tahapan - tahapan selanjutnya dan disaksikan oleh orang - orang disana.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

jangan lupa untuk like dan komen

thanks udah mampir 🙏

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

GOOD JAE SU, SMOGA LO ISTIQOMAH DGN ISLAM, .. BKN KRN ZIA, TPI MMG KRN HIDAYAH YG MUNCUL DARI HATIMU

2023-10-21

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SELAIN BRSYAHADAT, JGN LUPA SI JAE SURUH BRKHITAN, DN AJAR BERISTINJAK SETELAH BERHADAS..

2023-10-21

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LO JUGA JOANA, SBAGAI ANAK MEDAN, JGN LO TAKUT TU DGN LILY CS, PRANTAU MEDAN ITU BRANI2..

2023-10-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!