Mila, kalian mau ke mana?” setelah mobil berhenti Reza langsung bertanya tentang Nur yang kini tengah berjalan, dengan membawa beberapa tas.
“Reza.” Nur sedikit terkejut saat melihat siapa yang tengah berada di mobil.
“Mila, apa yang sedang terjadi pada kalian?” Reza yakin jika Nur dan ibunya sedang ada masalah. Hanya saja ia ingin memastikan jika dugaannya benar.
“Kami sedang mencari kontrakan,” ujar Nur pada Reza.
Setelah mendengar Nur yang ingin mencari kontrakan, Reza pun keluar dari dalam mobil.
“Tapi ini sudah malam, lebih baik besok saja dan untuk sementara kalian ikutlah denganku.” Reza menawari Nur untuk ikut dirinya pulang, dan berharap jika Nur tidak akan menolak dengan ajakannya.
“Tapi….”
“Tidak baik untuk kalian yang seorang wanita seperti kamu dan ibu, dan saya lihat jika kalian sudah cukup lelah, bukan.” Dengan segera Reza langsung menyambar ucapan Nur, karena lelaki itu tahu jika keduanya sudah cukup lelah untuk berjalan apalagi sekarang lebih dari jam tujuh.
“Apa nantinya kami tidak akan merepotkan kamu, Nak.” Sedari tadi bu Mina diam, dan sekarang beliau mulai mengatakan kalau dirinya merasa tidak enak, dengan tawaran dai pria mudah tersebut.
“Sama sekali tidak, Bu. Sekarang ikutlah denganku dan besok kalian bisa kembali mencari kontrakan,” ujar Reza pada kedua perempuan dengan berbeda usia.
“Nur, apa yang dikatakan nak Reza ada benarnya, sekarang lebih baik kita ikut dulu dengannya.” Bu Mina setuju dengan apa yang dikatakan oleh Reza, dan sekarang giliran merayu Nur, agar mau ikut juga.
Dalam hati Nur juga berbicara sendiri jika sejujurnya dirinya juga amat lelah. Apalagi kakinya, terasa sakit dan sepertinya ada yang lecet di antara jari-jarinya.
Dengan keadaan terpaksa, Nur akhirnya menerima ajakan dari Reza.
“Baiklah, saya dan ibu akan ikut kamu.” Setelah lama berpikir akhirnya Nur setuju.
Bu Mina dan Reza menghela nafas lega, dan sekarang Reza membukakan pintu mobilnya agar keduanya segera masuk.
Setelah itu.
Mereka yang saat ini sudah berada di dalam mobil. Tidak ada percakapan, semuanya hening. Ketiganya terlihat canggung dan merasa jika mereka tak perlu ada obrolan, tapi siapa sangka jika Bu Mina lah yang pertama kali membuka keheningan di dalam mobil.
“Nak Reza, sebelumya Ibu mengucapkan terimakasih karena sudi membawa kami pulang ke rumah, Nak Reza.” Bu Mina merasa sangat beruntung karena sudah dipertemukan oleh pria yang membawanya pulang.
“Ibu, jangan berbicara seperti itu. Bukannya sesama manusia sudah sewajibnya saling membantu,” timpal Reza dengan senyuman yang terlukis di sudut bibirnya, karena bu Mina bisa melihat dari spion yang terletak di atas kemudi.
“Ibu sangat bangga bisa kenal dengan, Nak Reza. Semoga saja Nur bisa mendapatkan lelaki seperti sosok kamu,” ucap Reza, namun nama Nur terlihat asing dan sekarang Reza sedang berpikir keras siapa Nur?
“Bu, maaf. Nur itu siapa?” tanya Reza karena penasaran makanya memilih untuk bertanya langsung.
“Kamu ini bagaimana? Nur itu ya anak Ibu yang sekarang berada di sebelah kamu itu,” kata Bu dan merasa jika Reza sungguh sangat lucu, bukannya Nur dan juga Reza saling kenal. Akan tetapi, justru lelaki itu tidak tahu siapa Nur.
“Jadi, selama ini Mila itu adalah Nur, dan dia bohong soal namanya. Awas saja besok kamu Nur,” ucap Reza dalam hatinya dan sepertinya ia akan memberikan pelajaran untuk perempuan yang ada di samping.
Reza sempat menoleh ke arah wanita itu untuk sesaat, tapi malah dirinya menemukan pemandangan yang sangat membuat hati terasa berada di bawah pohon. Nur tertidur dengan sangat pulas. Wajah teduhnya mampu membuat hati tenang, sesaat Reza tersenyum pada sosok wanita dengan kecantikan yang sungguh luar biasa.
“Kamu sangat cantik, Mila.” Dalam hati Reza terus saja memuji kecantikan alami dari wajah Nur.
Nur, bukan hanya cantik, tapi hatinya juga sama halnya dengan wajah serta perilakunya, dan Reza memberikan nilai 100, tanpa ada kecacatan dari diri Nur.
Sekitar setengah jam lebih, akhirnya Reza sampai di rumahnya.
“Bu, kita turun karena sudah sampai. Nur sedang tidur bisakah Ibu membangunkannya,” ucap Reza pada bu Mina karena Reza sangat menjaga kesopanan apalagi itu adalah seorang wanita. Meski Reza berbeda dari Nur, namun ta serta merta dirinya akan berlaku lancang.
“Baik Nak, Ibu akan membangunkannya.” Jawan bu Mina. Lalu dengan cepat beliau turun dan membuka pintu depan guna membangunkan sang anak, yang tengah tertidur pulas.
“Nur, bangun sayang, Kita sudah sampai.” Bu Mina menepuk lembut bahu sang putri, untuk sesaat mata Nur secara perlahan mulai dibuka dan menggeliat kecil.
“Bu, sudah sampai ya?” tanya Nur setelah dirasa nyawanya sudah benar-benar terkumpul.
“Iya, sekarang kita turun.” Setelah itu Bu Mina mengambil tas dan tiba-tiba Reza mencegahnya.
“Bu, biarkan disitu. Biar nanti di bawa sama satpam yang jaga,” ucap Reza yang tak memperbolehkan beliau untuk membawa tasnya dengan tangannya sendiri.
“Tapi Nak, biar Ibu saja yang membawanya.” Bu Mina menolak karena tidak mau makin merepotkan orang.
Reza tidak memperdulikan ucapan bu Mina, justru dirinya malah menghampiri pak Joko seorang security yang berjaga di rumah Reza.
“Pak Joko, tolong bawakan tas mereka masuk, ya.” Setelah mengatakan itu Reza pun kembali menghampiri Nur dan ibunya.
“Siap, Tuan.” Pak Joko menjawab sembari mengikuti langkah majikannya.
“Kita masuk,” ucap Reza dan keduanya menurut.
“Kalian bersih-bersih lah dulu. Setelah ini kita makan malam dan kamar kalian bisa menempati dua kamar itu,” kata Reza dengan menunjuk ke arah kamar tamu.
“Iya, terimakasih ya, Za.” Dengan senyuman yang mampu membuat hati bergetar nur berkata.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sedangkan di tempat lain, tepatnya dikediaman Herlambang.
"Mama, kenapa sampai jam segini belum ada makanan?" tanya pak herlambang pada sang istri.
"Papa tahu kan kalau Mama tidak bisa masak," ujar bu Andini.
"Apa maksud, Mama! Sungguh Papa tidak mengerti. Bukannya ada Nur dan juga Aminah," kata pak Herlambang penuh tanda tanya.
"Dari tadi tidak kelihatan dan sepertinya mereka sedang pergi, Pa." Sengaja bu Andini memainkan sandiwara agar dirinya tidak berada di posisi salah untuk masalah dirinya yang sudah mengusir keduanya.
"Tumben mereka pergi sampai larut malam?" tanya pak Herlambang lagi karena tidak biasanya bu Mina pergi sampai malam.
"Mana aku tahu Pa, sekarang Papa makan seadanya saja dulu. Atau tidak delivery," usul bu Andini.
Pak Herlambang mendengus kesal karena menurutnya, bu Andini adalah perempuan yang tidak bisa di andalkan.
Tidak berapa lama kemudian. Muncul Alisyah dengan wajah bingungnya karena sedari tadi ia menghubungi Nur, namun tidak bisa dan sengaja ponsel dimatikan.
"Pa, Ma. Tahu Nur gak?" tanya Lisa pada orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments