“Lancang sekali kamu membentakku,” kata bu Andini yang tidak terima di bentak.
“Anda sendiri tidak terima kan jika di bentak. mengapa harus membentak orang kalau begitu,” ujar Nur yang tak terima jika ibunya dicaci dan dihina.
“Tutup mulutmu bocah ingusan!”
“Nur, sudah tidak apa-apa karena Ibu sudah terbiasa.” Bu Mina ingin menengahi karena tidak mau jika perdebatan ini semakin tak berujung.
“Tidak bisa Bu, aku rela jika yang dihina adalah aku. Akan tetapi, jika Ibu yang dihina aku tak akan rela sampai kapanpun.”
“Jangan sok baik, kamu tak lebih dari anak haram. Sekarang angkat kaki dari rumahku ini,” seru bu Andini.
Sedari tadi tanpa diketahui oleh ketiga orang tersebut. Alisyah melihat dan mendengar kata-kata kasar dari mulut sang mama.
“Tidak ada yang boleh keluar dari rumah ini, termasuk bi Mina dan Nur.” Tak tahan dengan ulah sang mama. membuat Lisa tak tahan dan langsung menengahi pertengkaran yang terjadi saat ini.
“Jangan ikut campur Lisa, karena semua ini pantas diberikan pada mereka yang tak tahu diri.” Dengan jemari yang menunjuk ke arah Nur dan ibunya, bu Andini berkata.
“Apa hak Mama mengusir mereka, Mama mencoba mencari kesalahan hingga mempunyai kesempatan untuk mengusir mereka kan, Mama sangat keterlaluan tau gak.” Kini Lisa pun ikut memojokkan bu Andini yang semakin membuatnya bertambah benci, pada Nur dan ibunya.
Setelah mengeluarkan isi hatinya, Lisa pun pergi dengan wajah yang sedang menahan kemarahan oleh sikap mamanya. Yang menurutnya sama sekali tak bisa memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya.
"Lihat itu! Semua karena kalian. Kalianlah yang menghasut anak saya untuk ikut membenci mamanya, kalian beruntung karena demi Lisa saya tidak jadi mengusir kalian."
"Dasar orang-orang tidak berotak," imbuhnya lagi pada Nur dan bu Mina.
Setelah itu bu Andini berlari untuk mengejar sang anak.
"Semua ini karena mereka berdua. Coba saja nanti kalau ada kesempatan aku akan benar-benar menghilangkan kalian dari rumah ini," ucapnya dalam hati karena merasa keduanya adalah benalu yang tak jelas, yang di bawa oleh suaminya waktu itu.
Sepeninggalan bu Andini, kini tertinggal hanya ada Nur dan ibunya.
"Bu, apa lebih baik kita keluar dari sini. Aku tidak mau jika terus-terusan nyonya menghina kita semaunya," kata Nur memberi saran.
"Tidak Nur, Ibu sudah nyaman berada di sini jika kita keluar belum tentu akan mendapatkan fasilitas seperti di rumah ini." Jawab bu Mina yang menolak secara lembut, permintaan sang anak.
Bukan dia tidak bisa keluar, tentu bisa. Namun, ada satu alasan yang membuatnya tetap bertahan di rumah ini meski mendapat perlakukan tidak baik, dari bu Andini.
"Terserah Ibu saja, tapi untuk kedepannya jika nyonya memaki dan menghina Ibu lagi. Mungkin disitulah kesabaranku sebagai anak hilang karena benar-benar sudah kehilangan akal di saat orang tuanya, di rendahkan seenaknya." Belum sempat bu Mina menjawab semuanya, tapi ternyata Nur sudah meninggalkan ruangan tengah tersebut.
"Ya Allah, kuatkan hamba dalam menjalani kehidupan yang amat menyiksa batin hamba Ya Rabb." Setelah itu bu Mina berjalan ke belakang untuk melanjutkan pekerjaan yang belum terselesaikan, hanya karena pertengkaran yang tak jelas arahnya.
"Bu, aku mau berangkat kerja dulu ya." Nur yang sudah rapi dan sudah siap untuk berangkat bekerja untuk saat ini.
"Iya Nur, hati-hati di jalan."
"Assalamualaikum," pamit Nur.
"Waalaikumsalam." Jawab bu Mina.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Sesampainya di tempat kerjanya, Nur sedikit melupakan akan masalah yang selalu datang menghampirinya. Sedikit merasa tenang saat dirinya berkumpul dengan teman-teman yang begitu baik padanya.
"Nur, apa kamu baik-baik saja?" tanya Rhaman saat melihat wajah ayu dari Nur sedikit tidak bersahabat.
"Tidak apa-apa, mungkin saja karena lelah makanya kelihatan letih." Jawabnya pada Rhaman.
"Ini biarkan aku yang mengerjakan semuanya. Kamu antar kan saja minuman ini pada lelaki yang ada di ujung sana, itu keliatan kok dari sini." Ucapan Rhaman mendapat anggukan dari Nur.
"Baiklah aku akan mengantarkannya," ujar Nur dengan memberikan senyuman terbaiknya.
Setelah itu.
"Tuan, ini minumannya." Nur pun meletakkan minuman pada sosok lelaki yang berada di meja tersebut.
"Terimakasih."
"Kamu … Yang tadi pagi menolong saya kan?" tanya pria tersebut.
"Oh anda, rupanya." Senyuman Reza pudar seketika saat Nur menanggapinya dengan suara datar dan tanpa ekspresi.
Dengan sedikit rasa malu akibat respon yang pelit. Reza merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu untuk dikembalikan pada sang pemiliknya.
"Ini, tadi terjatuh dan saya yakin kalau ini punya kamu." Reza pun lantas memberikan tasbih berwarna biru laut itu pada Nur, dan Nur pun tersenyum saat menerimanya sampai membuat dada Reza berdekup seperti pacuan kuda.
"Terimakasih karena sudah menemukan barang ini," ucap Nur dengan senyuman yang tercetak di sudut bibirnya.
"Sama-sama." Jawab Reza yang dibalas oleh senyuman.
"Perkenalkan nama saya Reza," ucapnya seraya menyodorkan tangannya ke arah Nur.
"Salam kenal juga."
"Tunggu! Saya belum tahu nama kamu," kata Reza sedikit berteriak karena Nur meninggalkannya begitu saja.
"Mala." Jawab Nur lalu ia pun lekas kembali ke pantry untuk membantu teman-teman yang lain.
"Nur, apa kamu kenal dengan lelaki itu tadi?" tanya Rhaman penasaran karena keduanya terlihat sedikit akrab.
"Kita tidak saling kenal, hanya saja saat pagi tadi aku hendak pulang dari pasar melihatnya hampir celaka, terus aku tolongin dia." Jawab Nur pada Rhaman.
"Begitu rupanya."
"Eum,"
Tanpa terasa sore telah datang dan sekarang waktu dimana Nur akan pulang karena akan ada sif untuk pekerja yang lain. Namun, sebelum itu ia akan menjalankan shalat asharnya di mushola yang berada di sekitar tempatnya bekerja.
Nur shalat dengan sangat khusuk dan tak lupa berdoa memohon agar semua diperlancar segala urusannya, di dunia maupun di akhirat kelak tempat dimana ia kekal abadi di kehidupan keduanya.
Beberapa menit kemudian Nur sudah selesai dan sudah keluar dari rumah Allah. Tanpa ia sadari sosok lelaki yang sedari tadi terus mengawasinya.
"Mala."
"Assalamualaikum."
"Ah maaf karena saking senangnya jadi lupa ucap salam," ucap Reza dengan tubuh sedikit kikuk.
"Waalaikumsalam, oh ya. Saya ingin mengajak kamu makan sebagai bentuk terimakasih saya sama kamu. Mau kan," ajak Reza pada Nur dan sedikit berpikir untuk mengiyakan ajakan lelaki yang baru satu hari dikenalnya.
"Baiklah." Jawab Nur dengan wajah tanpa ekspresi meski begitu Reza sangat bahagia.
Mereka berdua sudah berada di tempat makan tak jauh dari cafe. Tak jauh dari mereka berdua duduk terlihat lelaki dengan wajah merah padam, serta kedua tangan yang sudah terkepal melihat pemandangan yang membuat langsung naik pitam.
Brak.
"Jadi karena lelaki ini kamu memutuskan aku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
mantan pacar nur akan menjadi penjahat
2023-11-08
0
Titik Andarwati
kok GK kayak yg dulu
2023-06-11
0
Diana Budhiarti
terwujud ya ucapan adalah doa
2023-06-02
0