Ada hati yang harus saya jaga agar tidak semakin tersakiti," kata Nur dengan pandangan kosong, dan ucapan seolah dirinya adalah wanita kuat, nyatanya hatinya rapuh.
"Meski harus mengorbankan perasaan kamu sendiri?" tanya bu Qonita dengan tatapan mengintimidasi.
"Tidak, Nyonya salah. Saya sedikit pun tidak merasa tersakiti dengan pengorbanan yang sudah saya lakukan," ucap Nur yang terlihat tegar, meski dadanya kini terasa sesak.
"Kamu pembohong Nur, nyatanya apa yang kamu lakukan itu semata-mata hanya untuk kebahagiaan seseorang meski dengan keadaan terluka!" tekan bu Qonita dengan tatapan dingin tanpa ekspresi.
"Karena saya bisa! Kalau tidak bisa mungkin saya tidak akan melakukan ini semua," ungkap Nur pada perempuan yang terus mendesak supaya dirinya mau mengakui apa yang sebenarnya terjadi.
"Jawab jujur, Nur. Setelah ini saya akan membiarkan kamu memilih jalan yang ingin kamu tempuh dan saya, dengan begitu hati ini bisa melepaskanmu dengan ikhlas."
“Baik saya akan mengatakan dan saya harap setelah ini nyonya, tidak lagi bertanya akan masalah ini.” Dengan terpaksa karena tidak mau terus berhubungan dengan bu Qonita, Nur pun akan menceritakan semua. Dengan begitu tidak akan lagi pertanyaan-pertanyaan yang akan menyulitkannya.
“Alisyah mencintai Yusuf, saya merasa jika inilah waktunya untuk membalas budi pada keluarga lisa. Tanpa Nyonya Andini saya tidak bisa sampai di titik ini,” ujar Nur dengan terpaksa harus berterus terang pada wanita yang ada di depannya sekarang.
Bu Qonita menghela nafas dalam-dalam dan mengatur ritme nafasnya yang terasa sesak, mendengar tiap kata yang diucapkan Nur, lama-lama bu Qonita jika keluarga Alisyah tengah memfaatkan Nur, untuk menggapai apa yang mereka mau.
Bu Qonita bukanlah orang bodoh yang tidak mengerti bagaimana latar belakang orang tua Nur, jadi itu tidak bisa dinamakan balas budi. Itu karena Nur dan ibunya juga sudah bekerja di rumah pak Herlambang.
“Ternyata apa yaang saya pikirkan sedari tadi memang benar kenyataannya,” kata bu Qonita dengan senyuman yang tak biasa serta tatapan tidak suka terlihat jelas saat beliau sedang berbicara.
“Apa maksud, Nyonya?” Nur menyipitkan sebelah matanya karena dirinya tidak mengerti dengan ucapan itu, ucapan yang terlontar dari bu Qonita.
“Saya tahu Nur, tahu betul tentang kehidupan kamu. Itu mengapa saya ingin sekali supaya kamu menjadi menantu saya,” ucap bu Qonita di dalam hatinya yang paling dalam.
“Kamu tidak perlu tahu dengan apa yang saya katakan, karena semua itu tidak penting.” Jawab bu Qonita datar tanpa ekspresi dan membuat Nur terasa aneh, dan tentunya ada yang sengaja disembunyikan pada Nur. Tapi ia tidak tahu rahasia apa yang sedang ditutupi dengan sangat rapat, sampai-sampai Nur tidak boleh tahu.
“Sekarang bisa saya bebas?” tanya Nur karena merasa dirinya sudah memenuhi janjinya pada wanita dengan usia berkisar 40 tahun, dan dirasa semuanya sudah clear dan tak ada yang dibahas lagi.
“Baiklah saya tidak akan mengganggumu lagi.”
“Untuk saat ini kamu bebas Nur, tapi tidak dengan nanti setelah saya menyelesaikan pekerjaan saya. Dengan begitu kamulah yang akan menjadi istri Yusuf, dan menantu saya. Saya tidak rela jika Yusuf bersanding dengan wanita lain,” gumam bu Qonita dalam hati dan ia pun berjanji bahwa secepatnya akan membongkar kebusukan seseorang dengan licik. Merebut kebahagiaan orang lain dengan menghalalkan berbagai cara untuk menggeser posisi penting dari hidup seseorang.
“Nyonya.” Nur menegur karena dari tadi bu Qonita terus melamun, entah sepertinya hanya beliau saja yang tahu apa yang sedang dipikirkannya. Hingga Nur beberapa kali memanggil, dan baru sadar saat bu Qonita mendapat tepukan dari Nur.
“Ah iya ada apa, Nur?” bu Qonita mendongak lalu bertanya pada gadis yang baru saja menyadarkan dari rasa benci pada seseorang.
“Nyonya sudah berjanji jika tidak akan mengganggu saya lagi, bukan?” Nur berharap bu Qonita menepati janjinya yang tidak akan mengganggunya seperti sekarang. Bukan karena ia tidak mau bertemu dengan orang yang sudah terlalu dekat dengannya, hanya Nur tidak mau jika nanti hubungannya dengan ibu Yusuf akan mendatangkan masalah, karena ia sudah banyak masalah yang hampir setiap hari ia terima, maka dari itu yang ada di pikirannya tidak mau menambah masalah lagi.
“Iya, saya tidak lupa akan hal itu. jadi, kamu tenang saja.” Bu Qonita berkata dengan wajah yang sudah berubah dan sedikit menghangat daripada saat tadi.
Sedangkan di meja lain sepasang mata tengah mengawasi Nur yang saat ini sedang mengobrol dengan ibunya Yusuf.
Ternyata ancaman yang diberikan oleh wanita itu tidak membuat Nur jera, nyatanya sekarang malah duduk berdua dan sesekali tersenyum.
“Awas kau Nur, bisa-bisa ancaman saya tidak kamu pedulikan.” Wanita itu menatap tajam ke arah dimana Nur berada,
“Kau tahu, kedekatan mu itu semakin sulit mendapatkan apa yang saya inginkan. Apa saya harus berkata tegas padamu?” dalam diam wanita itu terus mengumpat, dan sedang merasakan geram.
Wanita itu tidak peduli dengan semuanya karena pikiran yang kotor, hingga membuat jiwanya dilanda kebencian. Sikapnya yang selalu iri pada siapapun makin memperlihatkan keangkuhan dalam dirinya.
Dalam benaknya ia harus bisa menyatukan anaknya dengan lelaki pilihannya. Meski sedikit memaksa namun itu harus dilakukan olehnya. Dalam kamusnya tidak ada kata menyerah itulah prinsip wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
Medusa
2023-11-12
0