"Mama hanya mengatakan kalau Yusuf itu lebih pantas sama kamu. Bukan sama si Nur, jangan munafik karena Mama tahu kalau sebenarnya kamu juga suka kan pada Yusuf?" Saat bu Andini berkata seperti itu sontak saja mata Lisa membulat. Pasalnya bagaimana mamanya bisa tahu kalau ia suka dengan Yusuf?
"Mama ini apa-apaan. Yusuf adalah kekasih Nur, bagaimana aku bisa merebutnya! Apa Mama pikir otakku sudah tidak waras,"
seru Lisa dengan mata menatap tajam ke arah bu Andini.
"Mereka sudah putus, apa kamu tidak tahu akan hal itu."
"Apa putus!" dengan rasa terkejut Lisa berucap. Kalau betul apa yang dikatakan oleh mamanya adalah benar, mengapa ia sampai tidak tahu menahu akan putusnya hubungan mereka..
"Apa ini ada hubungannya dengan mama? Sepertinya aku tidak boleh asal tuduh," batin Lisa.
"Ba-bagaimana Mama bisa tahu?" tanya Lisa dengan penuh harap agar bu Andini berkata jujur.
"Tadi Mama keluar, dan tidak sengaja melihat Nur dengan Yusuf di taman. Mama penasaran untuk apa berdua-dua'an soalnya kan tadi pagi keluarnya bareng kamu, mereka berantem hebat dan akhirnya putus." Begitu sukses bu Andini berbohong hingga membuat Lisa percaya begitu saja. Sekarang yang ada dipikiran Lisa mengapa bisa putus, bukannya Yusuf cinta mati dengan Nur? Untuk mendapatkannya saja lelaki itu rela bertekuk lutut agar bisa menjadi kekasih dari Nur.
"Sekarang keadaannya berbeda bukan. Nur tidak bersama dengan Yusuf, itu tandanya kamu ada kesempatan untuk mendekatinya." Dengan kegigihan dan rasa percaya diri, bu Andini berusaha untuk menghasut Lisa. Agar mau mendekati Yusuf, lelaki tampan dan kaya raya tentunya.
"Sudahlah Mama tidak perlu memberi nasehat padaku karena aku bisa menentukan, akan bersama siapa nantinya." Setelah berkata Lisa pun langsung meninggalkan sang mama.
Sedangkan bu Andini dengan rasa percaya diri harus bisa membuat keduanya bersatu, apapun itu yang akan terjadi karena hanya Alisyah yang cocok untuk bersanding dengan Yusuf, bukan Nur si anak pembantu dengan status tidak jelas.
Sedangkan di dalam kamar Nur menatap ke arah luar jendela. Tidak pernah menyangka bahwa semua ini harus dirasakannya, mungkin inilah cara ia balas budi. Akan tetapi, apa ini bisa di sebut balas budi? Sedangkan ibunya bekerja dan tidak meminta makan dan tempat tinggal secara cuma-cuma.
"Nur, apa boleh ibu masuk." Bu Mina yang kala itu melihat Nur terus saja melamun, ingin rasanya menghampiri dan memeluk putrinya dengan sangat erat.
Nur hanya menoleh tanpa berkata sepatah kata pun.
"Jika hatimu sedang tidak baik-baik saja, jalan yang harus kamu lakukan saat ini adalah shalat. Menangis lah di hadapan Allah, bersujud lah di atas sajadah. Bawa orang-orang yang kamu cintai dan doakan," ujar bu Mina dengan mata sayunya.
Mungkin benar apa yang dikatakan oleh bu Mina, jika kita membawa beban hidup pada sang pencipta mungkin saja hati akan sedikit damai dan tentram.
Nur, mengusap buliran air mata yang sempat jatuh, lalu dengan segera ia berdiri dan mengambil air wudhu.
Kini Nur sudah berada di atas sajadah menghilangkan semua dari rasa sakit yang sempat hadir. Lalu bersujud menuangkan segalanya pada sang khalik.
Sedikit tenang usai mencurahkan segala isi hati dan berdoa pada sang pencipta. Kalau itu yang terbaik maka Nur ikhlas menjalaninya.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Pukul lima pagi Nur disuruh oleh sang ibu untuk ke pasar. Untuk membeli bahan yang diperlukan, saat berada di jalan.
Awaaaas!
"Apa kamu tidak apa-apa?"
"Ah, maaf." Lelaki itu langsung melepaskan pegangannya dari tubuh Nur.
"Tidak apa-apa, terimakasih."
"Sama-sama. Ya sudah kalau begitu saya ingin melanjutkan untuk berbelanja lagi," kata Nur dan setelah itu ia mengambil sepeda pancalnya yang tergeletak saat menolong lelaki itu, karena hampir saja celaka karena bangunan yang berada di atasnya ada yang runtuh.
Setelah kepergian Nur, lelaki itu masih berdiam menatap gadis berjilbab tersebut.
"Tasbih?" gumamnya.
"Apa ini milik gadis itu? Kalau memang iya sepertinya aku harus mengembalikannya," ucapnya lirih seraya mengambil tasbih yang berada di bawah. Lalu Reza pun langsung naik ke dalam mobilnya untuk mengejar gadis tersebut.
Reza menyusuri jalanan namun tidak menemukan gadis tersebut, ke mana sosok perempuan itu mengayunkan sepedanya?
"Cepat sekali perempuan itu menghilang, sudahlah besok saja jika ketemu aku akan mengembalikan tasbih ini." Reza pun berkata lirih dan memegang butiran tasbih kecil yang berada di tangannya.
Akhirnya Reza pun memutar balik mobilnya dan kembali pulang. Yah, semalam Reza tidak pulang karena lapar akhirnya ia pun mencari sarapan dan setelah itu saat dirinya berjalan bangunan yang yang dilewatinya ada bata yang terjatuh dari atas. Hingga sosok perempuan bertasbih itu menolongnya.
Sedangkan Nur yang sudah berada di rumah, tanpa mengetahui jika seluruh bajunya kotor dan itu pun membuat sang ibu bertanya.
"Nur, kenapa baju kamu kotor?" tanya bu Mina heran.
"Masa sih Bu, perasaan tidak kok." Jawab Nur dengan bingung karena ia melupakan kejadian barusan sepertinya.
"Itu lihat, semua berdebu. Apa kamu habis jatuh?" tanya bu Mina lagi untuk memastikan.
"Oh, Ya Allah. Maaf aku lupa kalau waktu akan pulang dari pasar tadi ada orang yang hampir celaka, maka dari itu aku menolongnya." Ucapan Nur membuat bu Mina mengangguk mengerti.
"Ya sudah kalau begitu. Buruan mandi lekas ganti baju itu kotor semua," titah bu Mina yang di angguki oleh Nur.
Sedangkan dari arah luar bu Andini berteriak sekeras mungkin hingga membuat Nur tidak jadi masuk ke dalam kamar mandi, lalu meletakkan handuknya lagi di jemuran.
"Nur!" teriak bu Andini.
"Nur! Apa kau tuli," panggil bu Andini dengan suara khasnya.
Sedangkan yang mendapat panggilan akhirnya buru-buru untuk menghampiri namun di cegah oleh bu Mina.
"Biar Ibu saja."
"Tapi Bu, nanti nyonya marah." Dengan ekspresi ketakutan Nur berkata pada ibunya.
"Sudahlah."
Di ruang tengah.
"Iya nyonya?"
"Apa kau tuli Mina saya sedang memanggil siapa!" geram bu Andini.
"Nur sedang mandi maka dari itu saya yang menghadap," ujar bu Mina dengan wajah tertunduk.
"Ingat lain kali jangan pernah seperti ini, karena saya tidak segan-segan akan memecat dan menyuruh kalian angkat kaki dari rumah ini. Camkan itu, pembantu saja belagu."
Sedang di belakang mendengar ibunya di maki, membuat Nur tak tahan dan langsung menghampiri kedua perempuan dengan nasib yang berbeda.
"Nyonya! Bisakah anda tidak menghina ibu saya. Di sini kami bekerja dan tidak makan atau tidur secara gratis," ucap Nur dengan mata yang berapi-api.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Rini Antika
👍👍 betul bgt Bu
2023-01-27
1
@Kristin
jahat banget nyonya Andini
2023-01-26
0