“Tapi Bu, Ibu kan belum selesai masak?” ujar Nur saat sang ibu merebut cangkir yang berada di tangannya.
“Ini bisa di lanjut lagi, kamu sebaiknya mencuci piring saja.” Bu Mina yang berubah pikiran memutuskan untuk menyuruh Nur mencuci piring, dan tidak melanjutkan menyapunya.
“Aku belum selesai nyapu kenapa malah disuruh cuci piring,” protes nur pada bu Mina.
“Sudah lah kamu kerjakan yang itu. Nyapunya agak siangan tidak apa-apa,” kata bu Mina sembari berjalan dengan membawa cangkir, yang berisikan wedang jahe.
Dengan perasaan bingung, Nur pun tetap menurut dan tidak berani membantah pada orang yang sudah menghadirkannya, ke dalam dunia ini.
“Saya harap Tuan tidak terlalu dekat pada anak saya,” ucap bu Mina saat beliau sudah berada di halaman belakang.
“Apa maksud kamu!”
“Seharusnya anda mengerti tanpa perlu saya jelaskan.” Jawab bu Mina pada pak Herlambang.
Setelah berkata dan meletakkan minuman tersebut, bu Mina pun langsung pergi meninggalkan pak Herlambang tanpa pamit.
Entah apa alasannya sampai bu Mina kerap memberi peringatan pada pak Herlambang, tentu alasannya ia tidak mau kalau bu Andini berpikir yang tidak-tidak. Untuk alasan yang sebetulnya hanya bu Mina yang mengetahui.
“Kenapa susah sekali sih orang itu diberi tahu, apa dengan begini dia merasa puas karena nyonya terus saja memaki-maki diri ini,” ucap bu Mina dalam hati dengan penuh kekesalan.
Bu Mina sampai di dapur dan mulai melanjutkan acara masaknya.
“Nur,” panggil sang ibu.
“Ada apa, Bu.” Jawab Nur lalu menoleh ke arah bu Mina.
“Jangan terlalu dekat dengan tuan, kita harus sadar posisi kita hanyalah seorang pembantu. Ibu tidak ingin sampai nyonya melihat hingga menimbulkan masalah baru,” jelas bu Mina pada Nur.
Nur pun mengerti apa yang tengah ditakutkan oleh ibunya, dan apa yang dikatakan oleh beliau ada benarnya. Ia juga tidak mau kalau bu Andini sampai menghina ibunya dan juga dirinya.
“Maaf Bu, lain kali tidak akan terulang.” Dengan wajah tertunduk karena Nur mengaku salah, dan meminta maaf jika tidak akan mengulanginya lagi.
"Bagus jika kamu sudah mengerti." Lalu bu Mina pun meninggalkan Nur yang berada di dapur.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Hari-hari Nur seperti biasa, ia akan pulang kerja sore hari karena Nur adalah pekerja paruh waktu di cafe milik Alisyah.
Sekarang pukul dua siang.
Alisyah membawa Yusuf di cafe, dan tentunya diketahui oleh Nur.
"Nur," panggil Lisa.
"Iya Lis, ada apa?" tanya Nur saat dirinya merasa dipanggil.
"Sini deh kamu." Lisa melambaikan tangannya agar Nur datang menghampirinya.
Nur yang saat itu sedang melihat keduanya bertambah akrab. Membuat dada Nur bergemuruh hebat, seakan ada yang terluka di dalamnya namun tidak berdarah.
"Ya Allah, kenapa rasanya sakit sekali saat melihat mereka berdua." Dalam hati Nur bersedih karena tanpa ia menyadari bahwa ia juga merasakan sakit.
"Tahan Nur, sekarang lelaki itu bukan lagi milikmu. Dia sudah millik orang lain dan harusnya kamu sadar akan hal itu," gumamnya dalam hati dan ia juga tidak berani menatap lelaki yang dulu pernah singgah di hatinya.
"Ada apa kamu memanggilku, Lis?" tanya Nur sedikit penasaran namun kali ini Nur sedikit bisa menebak kalau semuanya ada hubungannya dengan Yusuf.
"Aish kamu ini, ada temannya sedang bahagia itu di kasih selamat kek. Ini malah pura-pura tanya," ujar Lisa mencabikkan bibirnya karena pikirnya, Nur sudah tau maksud dari panggilan itu karena ada Yusuf diantara mereka.
"Maaf tapi aku memang tidak tahu," kata Nur dengan keadaan bingung.
"Kenapa semakin aku melupakan kamu semakin hati ini tersiksa Nur, apa itu berarti aku tak bisa kehilangan kamu?" dalam diam Yusuf membatin dan mencuri pandang, menatap wajah teduh perempuan yang pernah mengisi kekosongan hatinya.
"Nur, apa sudah tidak ada rasa sama sekali di hati kamu untukku? Aku berharap jika kita akan kembali bersama dan tidak akan terpisah lagi." Yusuf masih memikirkan Nur dalam hatinya tanpa memperhatikan wanita yang saat ini menjadi kekasihnya.
"Suf," panggil Lisa karena sedari tadi Yusuf tidak merespon.
"Yusuf!" bentak Lisa.
"Ah iya, kenapa?" dengan keadaan yang masih bingung tiba-tiba Lisa membentaknya, membuatnya langsung salah tingkah.
"Kamu kenapa sih dari tadi ngelamun terus?" tanya Lisa sedikit merajuk.
"Maaf, tadi lupa ada kerjaan yang belum selesai makanya saya kepikiran." Jawab Yusuf berbohong.
"Ada apa, Lisa?" tambah Yusuf lagi.
"Tidak ada hanya saja aku memperkenalkan hubungan kita dengan Nur, kalian kan sudah tidak ada hubungan lagi jadi aku rasa Nur perlu tahu." Jawaban yang di dengar oleh Nur, membuatnya meringis kecut karena sesuai dugaannya jika mereka berdua sudah resmi pacaran.
Sedangkan Yusuf tak ada respon dan hanya diam, tak menanggapi Lisa sama sekali. Yang ada di kepalanya saat ini bukan cinta yang membuatnya memacari Lisa, tapi seberapa besar rasa cemburu Nur padanya. Itu karena Yusuf tahu kalau sosok perempuan yang bernama Nur masih mencintainya.
"Kalian ngobrol lah sebentar karena aku ingin ke WC sebentar, tapi secepatnya akan kembali." Setelah itu Lisa berdiri dan meninggalkan Nur dan Yusuf.
"Aku berharap kamu tidak akan mempermainkan Lisa," ucap Nur penuh penekanan.
"Hye, aku bukan kamu yang sesuka hati meninggalkan seseorang hanya demi kekayaan. Kamu tenang saja aku tidak akan meninggalkan Lisa tapi … Kalau aku bosan dan jika ada yang fres maka dengan senang hati aku akan mencari penggantinya," ujar Yusuf dengan senyuman liciknya.
"Kamu jangan sangkut pautkan hubungan kita yang sudah berakhir dengan orang yang tak salah, kenapa kamu menjadi seperti ini! Mana Yusuf yang aku kenal dulu…."
"Tanpa kamu sadari kamulah yang membuatku berubah, jadi jika ingin menyalahkan seseorang maka dirimu lah orang yang harus dipersalahkan." Tepat setelah Bian berkata Lisa datang.
"Bersikaplah seoalah-olah tidak ada masalah," ucap Nur.
"Wah … Kalian lagi ngomongin apa nih, sepertinya seru?" Lisa sudah datang dengan senyuman yang mempesona ia lantas bertanya. Sedikit kepo dengan obrolan antar keduanya.
"Tidak ada kok, kami hanya bicara seperlunya saja. Aku rasa kalian harus lebih banyak menghabiskan masa-masa berdua jadi aku izin ke belakang ya," ujar Nur lantas berpamitan pada Lisa dan Yusuf untuk kembali bekerja.
"Apa kau tidak ingin ikut kita makan, Nur?"
Nur langsung berhenti melangkah lalu menoleh ke arah mereka. "Terimakasih untuk tawarannya, tapi maaf aku sedang puasa." Jawab Nur disertai senyuman.
"Semoga kalian bahagia selalu, dan di sini aku selalu mendoakan kalian untuk yang tebaik." Batin Nur lalu ia pun benar-benar menghilang dari pandangan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
🥹🥹
2025-01-06
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
gini amat hidup si nur
2023-11-08
0