Fakta yang Memaksa Berhenti

"Itu pasti Ra. Apalagi gue baru tahu ternyata hari besoknya setelah kejadian kecelakaan kalian, Rafka punya rencana mau nembak gue. Tapi semuanya hancur sekarang Ra, gue nyesel karena nyatain duluan perasaan gue." Jelas Valen dengan mata berkaca-kaca, Valen merasa sedih dengan takdir yang menerpa mereka.

Berbeda dengan Valen yang merasa menyesal, Nora merasa terkejut dengan fakta yang baru dirinya dengar. Hatinya terasa nyeri mendengar kenyataan itu. Rafka benar benar sudah berpaling dari rasa nya pada Nora.

"Valen tahu darimana kalo Rafka bakal nembak Valen?" tanya Nora yang masih merasa tak percaya.

"Dicky yang bilang Ra, karena Rafka awalnya minta bantuan dia buat nyiapin kejutan itu buat gue." Tutur Valen merasa bersedih.

Nora tertunduk tak dapat mengelak fakta yang ada. Rafka nya memang sudah berubah, tak lagi memiliki perasaan terhadap nya. Dirinya sendiri yang membuat sahabat nya itu pergi dari kehidupan nya.

Apalagi jika Nora teringat pembicaraan mereka yang terakhir kalinya. Saat Rafka dengan begitu lantang menyatakan akan menjadi gadis yang saat ini tengah bersama nya untuk menjadi istirnya. Padahal Nora mengatakan mereka akan segera dijodohkan.

Melihat bagaimana keadaan Rafka yang belum pasti baik tidaknya untuk saat ini. Nora merasa bersalah karena dirinya Rafka harus mengalami hal ini. Jika bukan karena dirinya yang sakit waktu itu, pasti Rafka tak akan jadi seperti ini.

"Maafin Nora Valen, karena udah menghalangi kebahagiaan kalian. Kalau waktu itu Rafka gak jagain Nora, pasti Valen udah bisa sama Rafka sekarang." Ujar Nora merasa bersalah kepada Rafka dan Valen.

"Lo ngomong apaan sih Ra? Ini semua emang udah takdir, jadi lo jangan merasa bersalah oke." Ujar Valen yang merasa Nora terlalu berlebihan.

Terjadi keheningan diantara mereka, Nora maupun Valen mereka sama-sama tengah berkutat dengan pikiran nya masing-masing. Nora dengan pemikiran nya yang masih merasa bersalah. Dan Valen yang merasa begitu merindukan Rafka. Juga mengkhawatirkan keadaan lelaki itu.

Setelah dirasa cukup berkunjung ke rumah Nora, Valen berpamitan pulang dengan alasan banyak tugas yang harus dikerjakan. Dan faktanya memang seperti itu, karena mereka yang sebentar lagi akan ujian kelulusan.

Sementara, setelah kepergian Valen dari rumah nya Nora kembali memikirkan perkataan Valen. Dimana Rafka yang sebenarnya berencana untuk menyatakan perasaan pada gadis itu.

Nora menjadi tak menentu, harus merasa senang atau sedih. Merasa senang karena kejadian ini Rafka tak jadi menjadi pacar Valen. Atau merasa sedih, meski Rafka berpacaran dengan Valen. Tapi Rafka masih bisa dirinya lihat, kalau kecelakaan itu tak pernah terjadi.

Namun nasi telah menjadi bubur, Nora tak dapat menyalahkan takdir yang menimpa mereka. Nora yakin semua ini pasti ada hikmahnya. Tuhan tak akan membuat semua ini terjadi, jika tak ada hal-hal tepat yang akan terjadi nantinya.

"Maafin Nora Rafka, Nora janji gak akan ganggu hubungan Rafka sama Valen lagi." Lirih Nora dengan mata berkaca-kaca.

Benar, Nora merasa memilih menyerah dengan perasaan nya kepada sahabat nya itu. Nora sadar perasaan Rafka bukan lagi untuk nya, hanya Valen yang akan Rafka sayangi. Seperti perkataan Rafka sendiri waktu itu.

Nor tak ingin menambah kesengsaraan yang Rafka rasakan. Biarlah dirinya sendiri yang nantinya menyimpan perasaan pada Rafka. Meskipun harus seumur hidup, namun Nora tetap akan menyimpan perasaan itu.

...*******...

"Ma, Nora mau ngomong sesuatu sama Mama." Tutur Nora yang saat ini tengah makan malam dibantu oleh sang Mama.

"Ngomongin soal apa Sayang? bilang aja ke Mama. Mama akan dengarkan." Jawab Mama merespon perkataan putri nya itu.

"Soal perjodohan yang Nora sempat minta waktu itu, sebaiknya jangan dilanjutkan lagi ya Ma." Pinta nya dengan mata berkaca-kaca.

Mama menatap wajah Nora dengan mengernyit heran. "Memang kenapa Sayang? Nora marah sama Rafka karena kejadian ini atau Nora udah gak sayang sama Rafka?" tanya Mama merasa heran.

Nora menggeleng pelan, netranya tampak semakin berembun. Dan air matanya leleh melewati pipi mulusnya yang tampak putih bersih. Tak lama suara Isak tangis menggema di kamar Nora.

Mama yang awalnya terkejut dengan respon Nora, menjadi tak tega melihat keadaan dan kesedihan yang Nora rasakan. Di bawalah tubuh Nora untuk masuk ke dalam pelukannya.

"Kenapa Sayang, cerita sama Mama." Ujar Mama dengan mengusap lembut rambut halus putri nya.

"Nora enggak mau ganggu kebahagiaan Rafka Mama. Rafka berhak bahagia dengan gadis yang Rafka sayang. Tapi dia bukan Nora. Rafka sayang sama orang lain Mama." Jelas Nora dengan isak tangisnya.

Mama pun menjadi paham dengan apa yang terjadi. Sedikit banyaknya dirinya mengetahui bahwa gadis yang sempat singgah di rumahnya tadi adalah Valen. Gadis yang pernah Nora ceritakan sedang dekat dengan Rafka. Juga yang membuat Nora meminta dirinya untuk menjodohkan Rafka dengan Nora saat itu.

Mama ikut merasakan kesedihan yang Nora rasakan. Tak tega rasanya membiarkan putri nya terluka. Namun Mama juga tak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini. Karena Rafka pun belum ada kabar sama sekali.

Waktu itu dirinya dan Papa Nora memang sudah membicarakan hal ini pada kedua orangtua Rafka. Mereka masih tampak memikirkan konsekuensi untuk usia mereka yang masih terlalu muda.

Belum selesai mereka membicarakan perihal perjodohan itu, kejadian yang menimpa anak-anak mereka membuat mereka sibuk dengan kesembuhan anak masing-masing. Jadilah sampai saat ini belum ada kejelasan mengenai pembicaraan terkait perjodohan itu.

Namun jika Nora meminta dibatalkan, kemungkinan akan mudah bagi mereka untuk membatalkan. Karena ide perjodohan itu awalnya juga berasal dari Nora. Jadi Nora lebih berhak untuk menentukan harus berlanjut atau tidaknya.

"Apa Nora benar-benar yakin? Nora enggak akan kecewa kalau Rafka sama orang lain bukan sama Nora?" tanya Mama merasa Nora masih begitu labil untuk menentukan pilihan nya sendiri.

Mama hanya takut kelak Nora akan menyesali keputusannya. Karena untuk saat ini, Rafka masih dapat diraih. Akan berbeda jika Rafka sudah menjadi milik orang lain, Nora tak akan bisa mengganggu gugat lagi.

"Nora ... hiks Nora pasti sedih kalau Rafka sama orang lain Mama. Tapi Rafka juga gak bahagia kalau Nora paksain perasaan Rafka." Jelas Nora merasa sedih juga tak ingin membuat Rafka sedih.

Mama menjadi ikut sedih mendengar penjelasan Nora. Masih dengan memeluk Nora, Mama tak berhenti memberikan usapan lembut di rambut dan punggung gadis kecil nya itu.

"Lebih baik Nora istirahat sekarang oke. Nora jangan mikirin hal-hal seperti itu dulu. Kita fokus sama kesehatan Nora dulu. Papa juga lagi berusaha untuk mencari donor untuk Nora. Nora jangan mikirin yang aneh-aneh ya sayang." Tutur Mama tak ingin membuat putri nya semakin merasa bersedih.

Next .......

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!