Sementara di ruang tamu, tampak kedua orangtua Nora dan Rafka saling berbincang mendiskusikan kesembuhan Nora. Mereka sama sekali tak khawatir dengan Nora dan Rafka yang berada di dalam. Karena mereka mempercayai kedua remaja itu, mereka pasti paham batasnya.
"Dokter mengatakan sulit menemukan pendonor yang tepat untuk Nora." Keluh Mama Nora mengadu pada orang tua Rafka.
Papa mengusap lembut punggung wanita yang telah melahirkan anaknya itu. Dirinya juga merasa sedih, namun untuk saat ini harus bisa menjadi penguat untuk istri dan anaknya. Jadilah dirinya harus tegar layaknya karang.
Dan perkataan Mama Nora membuat Papa dan Mama Rafka ikut merasa sedih. Namun mereka yakin pasti akan menemukannya.
"Kita pasti akan mendapatkan nya. Dokter yang menangani Rafka saat di LN kemarin, mungkin mereka dapat membantu kita." Ujar Papa Rafka dengan begitu yakin. Dan diangguki oleh Mama Rafka.
"Semoga saja, terimakasih atas kepedulian kalian." Ujar Papa merasa terharu.
"Kau lupa kita ini sahabat dari orok." Ujar Papa Rafka mencairkan suasana.
Setelah membahas tentang bagaimana rencana pengobatan Nora kedepannya. Kini mereka mulai membahas tentang perjodohan antara kedua anak mereka itu. Rasanya Nora dan Rafka memang tak dapat dipisahkan. Hingga kecelakaan pun, harus dua-duanya yang mengalami.
"Mama tergantung maunya Nora Pa. Mereka yang akan menjalani nantinya. Jadi biarkan Nora dan Rafka yang menentukan." Ujar Mama Nora saat diminta pendapat.
"Aku tetap ingin mereka dijodohkan jeng, sekalipun salah satunya menolak. Rafka dan Nora itu kayak perangko, gak bisa dipisahkan." Tutur Mama Rafka mengutarakan pendapatnya.
Sementara Papa Nora dan Papa Rafka hanya mampu saling pandang. Bingung juga harus memutuskan bagaimana, jika kedua pawang mereka berbeda pendapat seperti itu.
"Jadi bagaimana, apa perjodohan ini mengharuskan mereka untuk segera menikah?" tanya Papa Rafka menimpali.
Daripada membahas perbedaan pendapat istrinya dan istri sahabat nya. Lebih baik mencari topik yang baru.
"Tidak" Jawab Mama Nora.
"Tentu saja." Jawab Mama Rafka.
Kedua wanita itu lagi-lagi berbeda pendapat. Hingga mereka menyadari jawaban mereka yang berbeda, membuat mereka saling pandang.
"Huft" Papa Rafka dan Papa Nora hanya mampu menghembuskan nafas lelah.
Mereka terlena dengan obrolan terkait perjodohan Nora dan Rafka. Hingga tak menyadari bahwa Rafka sudah terlalu lama di kamar Nora. Dan terlelap di sana.
Hingga hari menjelang siang, barulah mereka sadar dengan keberadaan Rafka yang tak kunjung keluar dari kamar Nora. Atau membawa Nora keluar untuk bertemu mereka.
"Biar kita aja yang melihat mereka Pa." Tutur Mama menggandeng lengan Mama Rafka untuk diajak melihat Rafka yang betah di kamar Nora.
Sudah siang pula, jangan-jangan Nora masih belum mandi dan bangkit dari tidurnya. Jika memang benar, Mama hanya bisa geleng kepala. Karena tak akan tega juga untuk memarahi putrinya itu.
...*******...
Sementara di kamar Nora. Nora yang masih terlelap dalam tidurnya, merasa terganggu dengan dering ponselnya. Hingga dirinya harus mendudukkan diri kemudian mengambil ponselnya.
"Hallo" ujarnya setelah menekan ikon warna hijau.
"..."
"Iya, Rafka sudah pulang. Dan keadaan Rafka udah baik-baik aja." Jawabnya kepada si penelpon. Yang tak lain adalah Valen.
"..."
"Rafka ada di rumah Nora, Valen kesini aja kalau mau lihat keadaan Rafka." Ujar Nora dengan berbaik hati.
Dirinya sudah bertekad memberikan kebahagiaan untuk Rafka. Jadilah mengizinkan Valen untuk datang ke rumahnya demi melihat keadaan Rafka. Pasti Rafka akan bahagia melihat kedatangan Valen nanti.
Nora meletakkan ponselnya kembali ke tempat semula. Dirinya hendak melanjutkan tidurnya, namun merasa tak nyaman kala badannya terasa lengket. Wajar saja karena dirinya belum mandi.
Saat hendak turun dari ranjangnya. Tangannya tak sengaja menyentuh sesuatu, seperti kulit namun ada rambut nya. Saat di raba lagi, Nora sedikit terkejut. Rupanya Rafka masih berada di kamarnya.
Nora mencoba meraba mata lelaki itu. Ternyata terpejam, kebiasaan sekali Rafka ini. Suka ikut tidur jika Nora tertidur. Huh Nora jadi mengingat masa-masa lalu yang dulu saat hubungan mereka masih begitu baik.
"Rafka pasti seneng kan, kalau nanti liat Valen datang ke sini." Gumamnya bermonolog.
Nora memutuskan untuk bangkit dari ranjangnya setelah mengatakan hal itu. Tak ingin memikirkan hal-hal yang akan menyakiti nya. Lebih baik dirinya mandi dan membersihkan diri.
Nora masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Rafka yang masih terlelap. Hingga setelah beberapa saat, Nora sudah selesai dengan ritual mandinya. Nora keluar menggunakan handuk kimono. Gadis itu lupa jika ada Rafka di kamarnya.
Hingga tak sengaja kakinya tersandung kaki Rafka yang menghalangi jalannya. Posisi tidur Rafka duduk dilantai dengan kepala bertumpu pada ranjang Nora. Sehingga kakinya tentu saja terarah tak beraturan.
"Akkh" Teriak Nora tanpa sadar.
Nora yang tak tahu keberadaan kaki itu, menjadi terjatuh di atas tubuh Rafka yang juga terkejut. Bagaimana tidak terkejut jika tiba-tiba sebuah beban menimpa tubuhnya yang sedang asik terlelap.
Kini posisi mereka menjadi Nora yang jatuh menindih tubuh Rafka yang menjadi telentang di lantai. Karena jatuhnya Nora yang tiba-tiba membuat posisi Rafka menjadi oleng dan berakhir di lantai.
Tepat saat posisi seperti itu. Pintu kamar Nora terdengar di buka dari luar. Dan tampaklah wajah Mama Nora dan Mama Rafka diiringi teriakan terkejut sekaligus histeris. Tentu saja disebabkan oleh posisi mereka yang ambigu.
"Rafka!? Nora?!" Teriak mereka bersamaan.
Hingga kedua sejoli itu ikut terkejut, dan dengan tergesa-gesa menormalkan posisi mereka. Menjadi duduk di lantai kemudian bangkit berdiri. Nora merasa gugup dan takut. Sadar bahwa mereka akan terkena masalah.
Sementara Rafka tampak biasa saja. Seperti tak memiliki beban ataupun dosa. Rafka tak merasa takut sedikit pun, karena faktanya mereka tak melakukan apa-apa. Dan hanya kesalahpahaman semata.
Hingga Rafka merasa telinganya sakit, saat tangan sang Mama terangkat untuk menjewer kencang telinga nya. "Aw Ma." Ringis Rafka kesakitan.
"Apa yang kamu lakuin sama putri Mama ha?!" tanya Mama Rafka dengan geram. Tangannya masih setia bersemayam di telinga Rafka.
"Enggak ngapa-ngapain Ma. Tadi kecelakaan kecil, tanya aja sama Nora." Jawab Rafka masih menahan sakit pada telinganya.
Tangannya bergerak untuk melepaskan jeweran yang dilakukan oleh sang Mama. Namun tenaga Mamanya begitu kuat.
"Benar Nora? Apa Rafka udah mecem-macem sama kamu sayang?" tanya Mama Rafka menatap teduh Nora.
Nora menggeleng pelan. "Nora dan Rafka enggak ngapa-ngapain tante. Tadi Nora cuma kesandung terus jatuh." Jelas Nora mengatakan yang sejujurnya.
Jawaban Nora membuat Mama Rafka akhirnya melepaskan tangannya dari telinga putranya itu. Merasa kasihan juga sebenarnya. Baru sembuh dari sakit, malah dirinya sakiti.
Next .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments