Keesokan harinya Nora tidak bisa masuk sekolah sebagaimana biasanya. Karena luka pada lututnya yang rupanya lumayan berarti karena tak segera diobati. Sehingga menyebabkan infeksi dan akhirnya membuat Nora menjadi demam dan sakit.
Nora izin tidak masuk ke sekolah selama tiga hari. Selain untuk menyembuhkan luka pada lutut nya, Nora juga ingin mengistirahatkan hati dan pikirannya yang kemarin benar-benar dibuat terguncang oleh dia orang yang pernah berarti dalam hidup nya.
"Makan dulu Sayang, nanti biar Mama minta Rafka kesini jagain Nora." Tutur Mama terlihat membawakan sarapan untuk Nora di kamar gadis itu.
Mama dan Papa hari ini rencananya akan pergi ke luar kota. Nenek Nora sedang sakit dan membutuhkan mereka. Bukan bermaksud untuk tak peduli pada Nora, namun Nora sendiri sudah diajak untuk ikut ke sana.
Supaya Mama bisa mengurus keduanya. Namun Nora menolak dan lebih memilih untuk tetap di rumah. Lagipula ada para art yang menemani Nora di rumah. Juga ada Rafka nantinya, pikir Mama.
Nora yang masih lemas tampak perlahan mendudukkan dirinya dengan bersandar pada kepala ranjang. Nora yang mendengar nama Rafka disebut merasa senang sekaligus sedih.
Bahagia jika Rafka akan datang, namun sedih jika mengingat ketidakpedulian lelaki itu pada nya. Hingga akhirnya Nora lebih memilih untuk menepis segala pemikiran yang akan membuatnya semakin terluka.
"Terserah Mama aja. Kalau Rafka gak mau datang, juga gak papa Ma. Mama jangan paksa Rafka ya." Tutur Nora dengan pelan.
Meskipun dirinya ingin Rafka datang, namun Nora tak ingin nantinya kembali terluka jika kedatangan Rafka hanya karena sebuah paksaan. Karena lelaki itu akan memasang wajah datar dan acuh nya lagi ketika bukan keinginan nya sendiri untuk datang.
Entahlah Nora juga tak mengerti, Rafka tak lagi Nora kenal. Watak dan ekspresi wajah nya yang ditunjukkan kepada Nora dulu kini sudah tak terasa lagi. Hanya ada Rafka yang dingin, acuh, dan tak ramah pada nya.
Mendengar perkataan sang anak, jelas membuat tanda tanya di hati sang Mama. "Kenapa Nora ngomong begitu? Pasti Rafka mau datang sayang, kan Rafka sayang sama Nora."
Netra indah Nora tampak berkaca-kaca mendengar perkataan sang mama. Lelaki itu kini tak lagi menyayangi Nora mama, ingin Nora berkata dengan lantang kepada sang mama. Demi mengutarakan isi hatinya, namun Nora tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahan mereka.
"Karena Rafka udah punya pacar sekarang Ma. Nora gak mau ganggu waktu Rafka hanya untuk Nora." Jelas Nora mencari alibi.
"Benarkah? wah kayaknya Nora gak begitu suka kalau Rafka punya pacar." Tutur sang mama menggoda putri semata wayangnya, yang terlihat menunjukkan wajah kecemburuan saat berucap.
"Nora emang gak suka. Tapi kalau Rafka nya suka, Nora bisa apa Mama?" Lirih Nora merasa sedih.
Mama pun merasa ikut sedih dengan apa yang Nora rasakan. Rupanya sakit yang Nora derita bukan semata-mata karena fisiknya saja. Namun juga karena batin nya yang seperti nya terusik dengan kedekatan Rafka dengan gadis lain.
Mama membawa tubuh ringkih putrinya ke dalam pelukan nya. "Memang Nora pengennya gimana? Biar nanti Mama sama Papa bantu. Om sama Tante juga nanti mama ajak kerja sama juga." Tutur sang Mama demi membuat putri nya kembali ceria.
Nora tampak terdiam merasa nyaman di pelukan sang mama. Mendengar perkataan sang Mama membuat Nora berpikir sejenak. Lalu sebuah ide tiba-tiba muncul memenuhi pikirannya.
"Ma, kalau misalkan Mama Papa dan Om Tante mengatur perjodohan Nora sama Rafka, apa mereka bersedia Ma?" Tanya Nora dengan binar senang di matanya.
Nora sudah membayangkan dan memikirkan jika hal itu terjadi. Rafka akan menjadi milik nya seutuh nya dan selama nya. Tak akan ada yang bisa berhak terhadap Rafka dibanding kan dirinya, jika mereka menikah.
Mama yang mendengar perkataan putrinya merasa sedikit terkejut. Tak menyangka Nora akan mengatakan hal itu sebagai jalan tengahnya. Terlalu gegabah menurut mama. "Apa kamu siap untuk menikah muda sayang?" tanya Mama merasa khawatir.
Nora mengangguk pelan, "Nora akan terima segala resikonya mama. Daripada kehilangan Rafka dan membiarkan Rafka sama orang lain, lebih baik Nora berusaha untuk mempertanggung jawabkan resikonya nanti." Jelas Nora masih dalam pelukan Mama.
"Kalau begitu, biar nanti Mama bicara sama Papa dulu." Jawab Mama menanggapi Nora.
"Emm Ma, apa Om dan Tante akan setuju?" tanya Nora yang merasa ragu. Takut jika kedua orangtua Rafka tak akan menyetujui jika dirinya yang akan menjadi menantu mereka.
Meski selama ini mereka baik terhadap Nora, bahkan menganggap Nora seperti anak kandung sendiri. Namun saat itu, status nya sebagai sahabat Rafka juga sebagai anak sahabat mereka. Bukan sebagai menantu mereka.
Mama melepaskan pelukan nya, mengusap lembut pipi sang putri yang kini sudah menjadi gadis cantik yang rupanya jatuh pada pesona sahabat nya sendiri.
"Mereka pasti setuju sayang, karena selama ini Mama dan Papa dengan Om dan Tante sudah pernah membicarakan hal ini. Tapi kami lebih memilih untuk menentukan semua keputusan pada kalian, karena kalian yang akan menjalani." Jelas Mama pada Nora.
Sontak hal itu membuat mata Nora semakin berbinar. Mengapa takdir sepertinya semakin mempermudah jalan nya ini, untuk memiliki Rafka. Nora merasa tak sabar untuk mewujudkan semuanya.
Biarlah dirinya kali ini egois, tak memikirkan perasaan orang lain. Demi kebahagiaan nya sendiri. Toh Rafka juga menyayangi dirinya. Meski sepertinya perasaan Rafka mulai pudar atau bahkan telah menghilang.
...*******...
Sementara di lain tempat, tepatnya di sekolah Rafka dan Nora. Hari ini Nora tak masuk sekolah, Rafka sama sekali tak merasa khawatir. Entah memang tak merasa khawatir atau lelaki itu memang menepis kala kekhawatiran mulai muncul dalam hatinya.
Justru Rafka menjadi lebih dekat lagi dengan Valen. Bahkan mereka banyak menghabiskan waktu sebelum gangguan dari Nora kelak akan menyerang.
Dan rencananya, Rafka besok akan mengungkapkan perasaannya pada gadis cantik yang kini sedang dekat dengannya itu. Rafka ingin memantapkan niatnya untuk menjadikan Valen pacarnya.
Setelah mereka lulus kuliah, Rafka berencana untuk menjadikan Valen pendamping hidup nya. Rafka sudah begitu yakin untuk memilih Valen sebagai pelabuhan hati terkahir nya.
Karena merasa Valen berbeda dengan gadis lain, Valen juga selama ini dapat mengerti segala keadaan dan perasaannya. Rafka merasa Valen adalah gadis terbaik yang pernah dirinya kenal.
Terlalu buta Rafka membenci Nora sehingga membuat Rafka merasa perasaan yang dirinya rasakan terhadap Valen adalah perasaan sesungguhnya. Padahal perasaan itu hanyalah sebuah obsesi semata untuk mengalihkan perasaan nya yang selama ini tak terbalas oleh Nora.
Juga sedikit obsesi balas dendam untuk menyakiti perasaan sahabatnya yang pernah menggores luka juga pada hatinya. Dan hal itu terjadi tanpa Rafka sadari, obsesi dan ambisi nya yang tidak lah baik.
Next .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments