Tiga hari kemudian, kini Husna dan teman sekelasnya sibuk dengan urusan mereka sendiri di kelas sambil menunggu mata kuliah kedua yang akan masuk.
“Na, kau mau minum?” tanya Andita.
Husna pun tersenyum, “Apa kau mau membelikanku lagi?” tanya Husna balik. Yah, Andita itu selalu membelikannya minuman walaupun tanpa dia minta sekalipun.
Andita pun tersenyum cengesan, “Aku tahu kau ingin aku juga minum bersamamu tapi kau tidak punya kewajiban untuk membelikanku. Kau itu temanku bukan pembantuku.” Ucap Husna.
Andita pun tersenyum terharu, “Aku tidak menyangka masih ada orang yang berpikiran seperti itu Na.” ujar Andita. Dia yang terbiasa di minta ini itu oleh Ratna sehingga terbiasa dengan hal itu dan membawanya kepada Husna.
“Aku senang kau memperhatikanku tapi tidak begini caranya. Jika aku ingin minum dan haus aku pasti akan membelinya sendiri.” Ucap Husna lembut.
“Aku mengerti maksudmu Na.” balas Andita.
Husna pun tersenyum lalu kembali menatap bukunya itu hingga tiba-tiba beberapa mahasiswa keluar dengan hebohnya, “Wah, beneran tampan dong.”
“Bukan tampan lagi tapi sangat tampan.”
“Kak Gilang dan kak Gentala saja yang sudah tampan tetap saja dosen itu yang tampan.”
Begitu lah jeritan para mahasiswi melihat dosen baru mereka itu yang berjalan ke fakultas.
Husna dan Andita yang melihat suasana heboh itu pun saling menatap satu sama lain dengan bingung dan bertanya-tanya, “Ada apa sih?” tanya Andita.
Husna hanya mengangkat bahunya cuek, “Hey, kalian kok gak ikutan melihat dosen baru kita itu jalan.” Ucap Gilang tiba-tiba saja datang bersama Gentala dan duduk di hadapan Husna dan Andita.
Husna yang mendengar ucapan Gilang itu hanya melirik sekilas ke arah Gilang dan kembali fokus membaca buku di tangannya. Buku pengetahuan umum tentang panduan menulis praktis, “Oh kami lupa kalian itu kan spesies berbeda. Apalagi ini--” tunjuk Gentala dengan dagunya ke arah Husna. Husna yang melihat itu hanya tersenyum.
“Husna, apa kau tidak punya tipe ideal?” tanya Gilang melirik Husna yang sangat serius dengan bacaannya itu hingga seolah-olah dia melupakan dunianya bahwa saat ini dia sedang berada di kelas dengan kehebohan mereka yang baru saja melihat dosen baru yang tampan seperti yang sudah di cerita yang sudah beredar beberapa hari terakhir ini.
Husna yang mendengar pertanyaan Gilang pun hanya melirik sebentar lalu kembali membaca bukunya, “Apa tidak ada pertanyaan yang lebih bermutu lagi?” tanya Husna datar.
Gilang pun tersenyum, “Aku hanya penasaran saja ingin tahu Na.” ucap Gilang tertawa.
“Penasaran? Rasa penasaran itu timbul karena sebuah rasa yang menuntutnya. Jangan sampai rasa penasaranmu itu membuatmu tidak bisa bergerak nanti.” Gumam Husna.
“Husna, lupakan saja pertanyaan Gilang yang tidak bermutu itu. Tapi setidaknya beritahu kami di mana kamu tinggal. Sudah hampir lulus kau tidak pernah cerita mengenai tempat tinggalmu. Kau sangat misterius.” Ucap Gentala.
“Tempat tinggalku? Yang pastinya aku tinggal di sebuah rumah untuk alamatnya sendiri maaf aku tidak bisa mengatakannya. Itu adalah privasiku. Selain itu juga aku suka semua julukan yang kau berikan padaku.” Balas Husna.
“Termasuk julukan si culun?” sindir Kirana.
Ke empat orang itu yang mendengar ucapan Kirana menampilkan ekspresi berbeda. Jika Husna dia hanya tersenyum tipis seolah tidak terganggu dengan ucapan Kirana itu. Sementara Andita menatap kesal ke arah Kirana. Gilang dengan wajah datarnya yang menyimpan kekesalan sementara Gentala dia hanya mengangkat alisnya ingin menyobek mulut Kirana itu.
“Hey, dosen baru itu menuju kelas kita. Sepertinya dia akan mengajar di kelas kita.” Ucap dua orang gadis yang memang heboh saat berita kedatangan dosen baru itu. Si gadis A dan si gadis B yang di kenal dengan si tukang pakar informasi segala informasi baik gosip maupun fakta.
“Are you sure?” tanya yang lain seolah tidak percaya dengan perkataan dua orang gadis itu.
Kedua gadis itu mengangguk dengan yakin dan segera menuju tempat duduk mereka begitu melihat ada yang datang dari jendela ruangan kelas itu. Semua mahasiswa segera mengatur diri mereka rapi. Walaupun di dalam hati mereka menjerit melihat ketampanan dan kewibawaan dalam diri dosen baru mereka itu yang di balut dengan kemeja dan celana bahan yang sangat pas di tubuhnya.
Para gadis tidak melepas pandangan mereka dari dosen baru itu tapi hanya sepasang mata yang tetap fokus membaca bukunya seolah tidak terganggu sama sekali, “Na, memang beneran tampan. Cerita yang beredar itu tidak salah.” Gumam Andita yang juga ikut terpesona dengan ketampanan dosen barunya itu.
“Okay, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi menjelang siang. Saya Azzam yang mulai hari ini akan masuk untuk mata kuliah metode penelitian. Ohiya di mana absennya.” Ucap Azzam memperkenalkan dirinya sekaligus menanyakan absen. Gilang pun segera berdiri dan memberikan absen mereka itu kepada dosen yang harus dia akui tampan itu bahkan dia sedikit merasa tersaingi.
Azzam pun segera membuka absen itu lalu dia melirik seorang gadis yang hanya melihatnya sebentar saat dia bersuara dan kembali fokus dengan buku di hadapannya, “Gadis bermata amber kita bertemu lagi? Jadi dia sudah kuliah semester 7. Ku pikir dia masih sekolah menengah. Dia sepertinya sangat dingin.” Batin Azzam lalu memulai memanggil nama mahasiswa satu persatu.
“Azarine Salsabila Husna!” ucap Azzam.
“Hadir!” ujar Husna datar.
Azzam yang mendengar itu melirik ke arah Husna, “Jadi namanya Azarine.” Gumam Azzam lirih. Lalu Azzam kembali melanjutkan mengabsen mahasiswa itu sampai absen selesai.
Setelah itu Azzam pun mulai membawakan materinya dan banyak mahasiswa yang bertanya terutama para gadis. Entah benar-benar bertanya atau hanya cari perhatian doang. Tapi sepertinya banyak yang melakukan itu hanya ingin cari perhatian dan di ingat oleh dosen tampan baru mereka itu yang sudah menjadi pujaan para mahasiswi seantero jurusan Manajemen Bisnis itu.
“Baiklah untuk hari ini rasanya sudah cukup. Kita akhiri sampai di sini saja. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang di amanatkan kepada saya yaitu kalian sudah bisa memulai memikirkan judul penelitian yang akan kalian ambil dan mulai minggu depan kalian sudah bisa konsul kepada dosen pembimbing masing-masing. Untuk dosen pembimbingnya akan di bagi hari ini atau besok.” Ucap Azzam.
“Ohiya, saya lupa. Sebelum saya akhiri ada yang bisa menyimpulkan apa yang sudah kita pelajari hari ini. Gadis bermata amber apa bisa membantu saya memberikan kesimpulan.” Ucap Azzam menatap Husna.
Husna yang tidak merasa bahwa dia yang maksud pun diam saja tapi Andita segera menyenggolnya, “Na! Pak Azzam itu bicara padamu.” Bisik Andita.
Husna yang mendengar ucapan Andita pun melihat sekelilingnya yang menatapnya dan beralih menatap Azzam.
“Saya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Happyy
🤗🤗🤗
2023-08-26
0
Devi Sihotang Sihotang
teka teki siapa kah jodoh husna
2023-07-02
0