Kini Husna sudah tiba di kediamannya dan dia pun segera masuk dan menyalami kedua orang tuanya yang sedang makan malam bersama, “Nak, ayo makan!” ajak umi Balqis.
Husna pun segera duduk di samping abinya itu dan di hadapan uminya, “Umi, aku tidak ikut makan lagi. Aku menemani kalian saja. Aku sudah makan tadi di rumah temanku.” Tolak Husna lembut.
“Makanlah lagi. Kamu terlalu kecil nak.” ucap Abi Syarief datar.
Husna pun tersenyum lalu mengangguk, “Baiklah. Husna akan makan lagi demi abi.” Jawab Husna lalu menyendokkan makanan ke piringnya dan mengambil lauk.
“Abi juga makan dagingnya.” Ucap Husna mengambilkan daging kepada abinya itu.
“Nak, apa kau tetap ingin menolak lamaran itu?” tanya abi Syarif menatap putrinya itu.
Husna pun balik menatap abinya itu dan dia pun mengangguk, “Maaf bi. Aku mengecewakanmu.” Jawab Husna pelan.
Abi Syarif pun diam lalu mengelus kepala putrinya itu dengan lembut, “Sudah, makanlah. Jangan bahas hal itu di meja makan.” Ucap umi Balqis tidak ingin hal itu menganggu suasana hangat di meja makan.
Sekitar setengah jam mereka makan malam bersama lalu setelah itu Husna pun segera membantu uminya mengantar makanan itu ke dapur. Walaupun di rumah itu ada asisten rumah tangga tapi umi Balqis dan Husna tidak semerta-merta hanya angkat kaki saja.
“Nak, bicaralah dengan abimu perlahan-lahan. Dia yang paling menyayangimu. Kau tahu itu kan. Dia sangat melindungimu. Kau itu adalah dunia baginya.” Ucap umi Balqis lembut.
Husna pun mengangguk mengerti dan dia segera mendekati abinya yang duduk di ruang keluarga sedang menonton tv kesayangannya, “Abi!” panggil Husna.
Abi Syarif pun menatap putrinya itu dengan lembut, “Ada apa? Apa ada yang ingin kau katakan?” tanya Abi Syarif.
Husna menggeleng, “Gak, Husna hanya ingin bermanja dengan abi. Apa gak boleh?” tanya Husna menatap abinya itu dengan tatapan penuh cinta. Dia memang paling menyayangi abinya ini walaupun terkadang abinya itu sangat keras padanya.
Abi Syarif menepuk sofa di sampingnya itu. Husna pun segera duduk dan berhambur ke pelukan abinya, “Ada apa? Apa kau memang tidak ingin menerima lamaran itu?” tanya Abi Syarif ulang.
“Abi paling tahu apa yang aku inginkan.” Jawab Husna.
Abi Syarif pun mengangguk lalu tersenyum, “Kau benar. Abi tahu apa yang kau inginkan. Tapi tetap saja abi tidak mengerti dirimu. Tenang saja nak abi tidak akan memaksamu menikah lagi. Kau bisa menyelesaikan kuliahmu dan menikah nanti setelah kau lulus atau sesuai keinginanmu bersama dengan orang kau sukai. Abi sudah menolak lamaran itu untukmu.” Ucap abi Syarif mengelus kepala putrinya itu dengan lembut.
Husna yang mendengar penuturan abinya itu pun terharu dan segera memeluk abinya erat, “Abi aku menyayangimu. Aku janji ketika aku lulus nanti aku akan segera menikah. Aku akan menerima siapapun yang melamarku. Maafkan aku yang selalu menyusahkanmu dan membuatmu khawatir.” Ucap Husna.
Abi Syarif pun tersenyum lalu melerai pelukan mereka. Dia menatap putri cantiknya itu dengan mata ambernya yang sangat cantik warisan mertuanya untuk putrinya ini, “Abi juga menyayangimu nak. Maafkan abi dan umi yang selalu menekanmu ini itu. Kami mengerti bahwa hidupmu berat sebagai anak satu-satunya yang bertanggung jawab untuk perusahaan abi dan umi.” Ucap abi Syarif.
Husna menggeleng, “Aku tidak keberatan bi. Aku sangat menyukai bisnis dan mengelola usaha adalah kesukaanku. Aku kuliah mengambil jurusan ini karena aku memang ingin menjadi pewaris yang bertanggung jawab untuk perusahaan kalian. Aku akan mengembangkan usaha abi dan umi. Aku janji.” ucap Husna tersenyum.
Abi Syarif pun mengangguk terharu lalu memeluk putrinya itu kembali lalu melabuhkan kecupan di kening putrinya itu. Putri satu-satunya yang dia miliki sebagai anak dan sebagai pewarisnya. Putri satu-satunya yang selalu menurut padanya sebelum datangnya lamaran-lamaran itu. Putri satu-satunya yang selalu membuatnya bangga dengan semua pencapaian yang dia miliki baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Abi Syarif dan Umi Balqis tahu bahwa putrinya itu adalah penulis yang di gandrungi oleh para remaja karena karyanya yang menginspirasi.
“Abi, Husna ke kamar dulu.” Pamit Husna lalu berdiri tidak lupa dia juga mengecup pipi abinya itu. Husna segera berlari menuju kamarnya di lantai dua.
Sementara Umi Balqis yang melihat putri dan suaminya sudah selesai bicara pun segera mendekati suaminya itu dan memapah suaminya menuju kamar. Mereka akan melaksanakan sholat bersama.
***
Di lantai atas, Husna segera meraih ponselnya dan menelpon seseorang.
Tidak lama panggilan pun tersambung, “Halo, Assalamu’alaikum. Selamat malam nona. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya seseorang dari seberang.
“Wa’alaikumsalam kak Gauri, aku minta tolong selidiki temanku yang bernama Andita. Aku ingin semua informasi tentangnya.” Ucap Husna.
“Baik nona akan segera saya laksanakan. Paling cepat infonya sejam ke depan dan paling lambat besok pagi pukul enam. Saya akan segera mencarinya.” Ucap Gauri dari seberang. Gauri adalah gadis yang berusia 25 tahun asisten kepercayaannya yang sangat hebat dan sangat loyal padanya.
“Terima kasih kak. Aku percaya padamu. Ohiya bagaimana dengan perusahaan?” tanya Husna.
“Tenang saja nona. Semua berjalan baik. Tidak ada masalah apapun. Hanya saja ada satu proposal kerja sama yang baru dua hari ini masuk dan kami sudah menyelidikinya tapi ya itu pemilik perusahaan itu juga sangat misterius. Perusahaannya hanya di jalankan oleh asisten kepercayaannya.” Jelas Gauri.
“Ya sudah nanti kirimkan kepada Husna proposalnya kak. Kita akan bahas itu nanti saat bertemu minggu ini di tempat biasa.” Ucap Husna.
“Baik nona. Ohiya nona bagaimana dengan buku yang akan di rilis bulan depan ini? Semua penggemar anda menunggunya.” Ucap Gauri.
“Aku tahu. Aku sementara menyelesaikannya.” Jawab Husna.
“Baik nona jika begitu. Apa masih ada yang bisa saya bantu?” tanya Gauri.
“Sudah tidak ada lagi kak. Terima kasih. Maaf sudah merepotkanmu malam-malam begini.” Ujar Husna.
“Ahh kau ini seperti dengan siapa saja dek. Aku ini bukan hanya asistenmu saja tapi kau itu penolong bagiku. Permintaanmu adalah perintah bagiku. Aku menyayangimu.” Ucap Gauri tulus.
Husna pun tersenyum, “Terima kasih kembali kak. Terima kasih juga sudah melindungi identitasku selama ini.” ucap Husna.
“Ahh itu aku lakukan untuk melindungimu dari teman-teman tidak tulus seperti mereka itu. Tapi kau keren dek dengan julukanmu itu si misterius.” Ucap Gauri.
Husna pun tertawa, “Ahh kakak kau menggodaku.” Ujar Husna.
Tidak lama setelah itu sambungan telepon di antara mereka pun terputus setelah saling mengucap salam satu sama lain.
Husna segera meletakkan ponselnya dan melihat salah satu fotonya beberapa tahun lalu, “Aku bertemu dengan orang yang mirip denganmu. Aku akan mencari tahu siapa dia.” Ucap Husna lalu dia segera menuju kamar mandi untuk berwudhu dan melakukan sholat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Eti Yanto
memang sicwe misterius,
2023-09-26
0
Happyy
😎😎
2023-08-25
0